Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.
Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:
“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”
Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.
Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.
“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 – Pertemuan di Kegelapan
Malam itu, dinginnya udara Valenforge tidak sebanding dengan dinginnya hati Lyra Edevane. Setelah pengungkapan di Bayang Arena, kecurigaan bahwa Umbra adalah Ardan Kael telah menggerogoti jiwanya. Ia merasa bersalah karena telah diam saat Ardan dibuang, dan kini ia dihantui oleh kenyataan bahwa sahabatnya telah kembali sebagai musuh Akademi.
Tim investigasi Rion telah membagi area pencarian. Rion dan dua anggota Klan Api menuju Distrik Pelabuhan, sementara Lyra dan satu murid Klan Tanah ditugaskan menyisir jalanan sempit di dekat distrik Perpustakaan.
Saat menyusuri lorong yang gelap, Lyra menggunakan Lightbound Magic-nya. Ia tidak memancarkan cahaya terang untuk bertarung, melainkan mengalirkan energi ke ujung jarinya, menciptakan titik cahaya kecil yang sensitif terhadap anomali energi.
"Energi di sini sangat tebal, Lyra," bisik murid Klan Tanah, seorang pria bernama Lorcan. "Aku merasa tanah di bawah kita bergetar aneh."
"Itu Void," jawab Lyra, suaranya tegang. "Lorcan, kau kembali ke Pelabuhan dan panggil Rion. Aku akan maju sedikit."
"Tapi, Lyra! Sendirian? Grandmaster Solan bilang jangan sampai terpisah!"
"Energi ini terlalu kuat. Kita hanya akan menarik perhatian jika berdua," Lyra berbohong. Ia tidak ingin Rion ada di sana. Ia ingin waktu sendiri untuk mengkonfirmasi ketakutannya. "Aku akan bersembunyi. Cepat!"
Lorcan, yang takut pada Lyra yang sudah mencapai level Elite-B, mengangguk patuh dan berlari kembali.
Lyra melanjutkan langkahnya. Jalanan menjadi semakin gelap, dan energi Void terasa dingin, menyengat kulitnya. Rune Lightbound di tangannya berkedip panik.
Tiba-tiba, dari bayangan di atap, sesuatu bergerak.
Itu bukan Umbra. Itu adalah makhluk bayangan liar, lebih primitif, kemungkinan besar Void Energy yang digunakan oleh Ardan sebelumnya yang kini bergerak sendiri. Makhluk itu meluncur ke arah Lyra dengan kecepatan yang mengerikan, cakarnya terbuat dari kegelapan yang tajam.
Lyra menjerit. Ia dengan cepat mengangkat tangannya. "Lightbound: Dinding Murni!"
Dinding cahaya putih muncul di depannya. Tapi makhluk bayangan itu tidak terbakar. Ia hanya tersentak, dan mulai mengikis dinding cahaya itu, menyerap esensinya. Lightbound Magic Lyra terasa seperti dihisap.
Lyra panik. Ia mundur selangkah. Ia tidak sekuat Rion dalam pertarungan langsung.
Tepat sebelum cakar makhluk itu menembus pertahanannya, Ardan muncul.
Bukan Umbra yang mengenakan jubah duel. Ardan muncul di hadapan Lyra dari bayangan lorong yang berlawanan, masih mengenakan jubah Umbra (tanpa topengnya), tetapi kini diselimuti lapisan Void Energy yang sangat tipis—hanya sebagai perlindungan, bukan serangan.
Ardan melompat di antara Lyra dan makhluk itu. Ia tidak menggunakan serangan Void yang masif. Ia hanya mengulurkan tangan.
"Void: Nullify," desis Ardan, suaranya dalam dan berwibawa, seperti yang ia peroleh setelah Ritual Bayangan.
Void Energy yang Ardan keluarkan lebih terfokus. Itu tidak menghancurkan makhluk itu; itu hanya 'mematikan' energi primitif yang membentuknya. Makhluk bayangan itu berhenti bergerak, membeku sesaat, lalu jatuh ke lantai seperti gumpalan lumpur gelap.
Ardan menoleh ke arah Lyra. Wajahnya diselimuti bayangan tudungnya, tapi Lyra bisa melihat garis rahangnya yang tegas, dan sorot mata ungunya yang kini memudar kembali menjadi warna gelap alami.
"Lyra," kata Ardan. Hanya satu kata itu, tetapi diucapkan dengan suara yang dalam dan dingin, yang membuat hati Lyra mencelos.
Lyra tidak berteriak. Ia tidak menyerang. Ia hanya menjatuhkan tangan dan menatapnya.
"Ardan," bisik Lyra, air mata mengalir deras. "Itu benar. Itu kau. Kenapa...?"
Ardan mengambil langkah mundur. Ia tidak ingin berinteraksi. Ia hanya ingin menyelamatkannya dan pergi.
"Aku bukan Ardan," jawabnya. "Ardan Kael sudah mati. Kau dan Akademi yang membunuhnya."
"Tidak!" Lyra melangkah maju, tangannya terulur. "Aku menyesal, Ardan. Aku seharusnya tidak diam saat mereka mengusirmu. Aku takut kehilangan tempatku. Tapi... aku tidak membunuhmu! Jangan jadi seperti ini!"
Lyra menyentuh lengan Ardan, mencari kehangatan yang dulu ia kenal.
Saat Lyra memegang lengannya, Ardan merasakan getaran. Bukan Void Energy, melainkan koneksi emosional yang dulu begitu kuat. Ia merasakan Cahaya Lyra, Lightbound Magic, yang mencoba memperbaiki energi Void di sekitarnya.
“Tinggalkan dia! Dia kelemahanmu! Dia adalah budak Cahaya Solan!” The Whisper berteriak, kembali muncul karena emosi yang meluap.
Ardan mengeras. Ia menarik lengannya dengan kasar, memutuskan kontak itu.
"Hentikan Lightbound-mu, Lyra. Cahayamu hanya akan membuatku lebih kuat. Atau kau," Ardan berhenti, mencoba mencari kata-kata yang tidak akan melukai dirinya sendiri. "Kau akan membawaku kembali ke Solan."
"Aku percaya padamu dulu, Ardan," Lyra memohon. "Aku tidak akan membawamu ke Solan. Aku tahu Akademi menyembunyikan sesuatu. Aku tahu 'Nol' adalah kebohongan. Kembalilah! Kita bisa mengungkapnya bersama!"
Ardan menatapnya. Ia melihat kepedihan di mata Lyra, kepedihan yang nyata. Tapi ia juga melihat ketakutan. Ketakutan untuk kehilangan tatanan yang telah melahirkannya.
"Kau melihatku sekarang, Lyra? Aku adalah kegelapan. Kau adalah cahaya. Kita tidak bisa berjalan bersama," Ardan menoleh, bersiap untuk menghilang ke dalam bayangan.
"Siapa kau...?" tanya Lyra, suaranya parau.
"Hanya bayangan dari masa lalu," jawab Ardan, membiarkan Void Energy membungkus tubuhnya, membuatnya menjadi samar.
Saat Ardan melangkah mundur, suara teriakan terdengar dari kejauhan. Rion.
"Lyra! Ada apa? Aku dengar kau berteriak!"
Ardan tahu ia kehabisan waktu. Ia tidak bisa menghadapi Rion di depan Lyra.
"Aku akan kembali untukmu, Lyra," bisik Ardan, kata-kata yang bisa diartikan sebagai ancaman atau janji.
Ia menghilang. Lyra ditinggalkan sendirian, menangis, di tengah lorong yang kini terasa lebih dingin dari sebelumnya.