OG Simpanan Tuan Muda

Disebuah apartemen dengan lampu temaram, hanya di cahayai lampu kecil di meja. Sepasang insan tengah menyatu dengan nikmat nya, bahkan pria itu sedikit pun tak merasa bersalah, padahal Marissa masih berada di rumah sakit dan masih tak sadarkan diri, sedangkan Gerald? pria itu tengah menikmati penyatuan nya dengan gadis yang lain.

Gadis itu bergerak cepat di atas tubuh Gerald, bunyi ciplakan terdengar cukup keras karena tubuh mereka sudah di banjiri keringat.

Sudah dua jam mereka bertempur, tapi Gerald masih belum meledak juga, itulah mungkin yang membuat para wanita jatuh hati pada Gerald, pria bule tampan yang memiliki tubuh atletis dan kejantanan yang tangguh, tahan lama pula, hingga mereka dengan suka rela datang pada pria itu hanya sekedar untuk menjadi penghangat ranjang nya saja.

Bagi wanita itu, memuaskan Gerald adalah yang utama dan itu suatu keberuntungan.

Gerald menahan pinggang gadis itu agar tak bergerak lagi, dia menekan kuat hingga membuat gadis itu mendongak karena senjata pria itu terasa menusuk lebih dalam lagi.

"Argghhhh, Honeyyyy..." Racau Gerald, dia meraih klimakss dalam posisi ini. Cairan nya menyembur bebas di dalam inti gadis itu, membuat tubuh gadis itu bergetar karena dia juga terangsangg dan kembali meraih pelepasan.

"Beli lah lingerie lagi, aku ingin yang warna hitam atau biru, kau sangat menggoda." Bisik Gerald, gadis itu hanya tersenyum manja lalu memeluk tubuh tegap Gerald dengan manja.

"Kepuasan mu adalah kebanggan untuk ku sayang, bagaimana keadaan Marissa?" Tanya gadis itu.

"Dia belum siuman saat kau menelpon ku, tentu saja aku lebih memilih bersenang-senang dengan mu, dari pada harus menunggui wanita itu di rumah sakit." Jawab Gerald, membuat gadis itu tersenyum penuh kemenangan.

Selama ini dia selalu iri pada Marissa karena Gerald lebih sering meniduri Marissa daripada wanita mainan Gerald yang lain.

"Gerald.." Desahh gadis itu sensual.

Gerald tersenyum menyeringai, pasti gadis nya itu kembali merasakan senjata yang kembali mengeras di dalam lubang milik nya.

Gerald kembali memulai penyatuan lagi, dia takkan pernah puas hanya sekali main.

....

Amelia terbangun saat matahari mulai menyinari bumi dengan terang nya. Dia melirik ke samping, tapi Smith tak ada di samping nya. Biasa nya pria itu akan paling terakhir bangun.

Amelia bangkit dan mengucek kedua mata nya, dia berlalu ke kamar mandi setelah melilitkan kain bathrobe di tubuh mungil yang bisa membuat Smith kecanduan.

Amelia masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu nya.

"Kenapa di kunci, takut saya mengerjai kamu lagi ya?" Amelia terlonjak kaget saat mendengar suara yang berasal tepat dari belakang nya.

"Tuan Smith, anda membuat saya terkejut." Ucap Amelia, dia mengusap-usap dada nya.

"Saya fikir anda sudah berangkat."

"Belum, tentu nya aku takkan berangkat sebelum kita mandi bersama. Aku sudah menyiapkan air nya, dengan aromaterapi kesukaan mu." Ucap Smith.

"T-tapi saya lelah tuan, bisakah vitamin pagi hari ini ditunda dulu?"

"Sampai kapan?" tanya Smith polos, jika harus jujur dia menginginkan penyatuan setiap jam nya, tapi dia tak mungkin gila dengan melakukan itu pada gadis manis nya.

Nanti sebelum pergi ke kampung, tuan boleh memakai saya."

"Oke deal." Ucap Smith, dia menarik tangan Amelia dan membuka tali bathrobe nya, membuat tubuh polos Amelia terekspos lagi.

"Jangan menatap saya seperti itu tuan, saya malu." Ucap Amelia pelan, dia langsung masuk ke dalam bath up dan menenggelamkan dirinya di dalam busa sabun.

Smith menggelengkan kepala nya, ini lah yang membuat pria itu semakin menyukai Amelia, tingkah nya terlihat begitu alami tanpa di buat-buat seperti Marisa. Ehh! kok jadi di bandingin sama tunangan nya sih?

Singkat nya, mereka pun pergi ngantor dengan di jemput oleh Roy sang asisten tuan muda keluarga Jeon. Roy membuka kan pintu untuk Nona muda dan tuan muda nya itu, mereka berdua masuk dengan saling bergandengan tangan.

"Tuan, apa tuan sudah tau berita tentang Nona Marissa?" Tanya Roy pelan, dia tau mood tuan muda nya selalu berantakan tiap kali membahas wanita itu.

"Kenapa lagi dengan wanita itu? Apa skandal lagi?"

"Bukan skandal tuan, tapi dia mengalami kecelakaan tadi malam di jalan xxx di belokan ketiga." Jelas Roy, Amelia hanya diam menyimak tak berminat menimbrung pada topik pembicaraan kedua pria itu.

"Apa dia masih hidup Roy?"

"Hanya terluka di dahi dan mendapat delapan jahitan tuan, tapi.." Roy ragu-ragu meneruskan ucapan nya.

"Tapi apa?"

"Tuan Geraldio ada di rumah sakit malam tadi, wajah nya terlihat khawatir dan menunggu di ruangan UGD tempat Nona Marissa sedang di tangani, tapi setelah menerima telepon dari seseorang pria itu langsung pergi, dan belum kembali lagi sampai sekarang." jelas Roy.

"Pasti lelaki itu di telpon wanita nya untuk bermain, dia kan biawak air tukang ngobok-ngobok selangkangann." Cetus Smith datar.

"Apaan tuan ini, apa dia tidak sadar kalau dia juga hampir sama dengan pria itu ya?" Batin Amelia.

"Cassanova burik.." Celetuk Smith lagi, tapi raut wajah nya tak berubah.

"Tuan, cassanova itu apa?" Tanya Amelia, dia baru mengeluarkan suara nya saat mendengar kata yang menurut nya asing.

Mendengar pertanyaan Amelia, Smith menjadi gelagapan sendiri, dia lupa kalau gadis di samping nya masih polos meski sudah sering di polosin.

"Jelaskan Roy.." Smith malah meminta Roy menjelaskan apa arti cassanova.

"Nona, cassanova itu pria yang suka bermain dengan.."

"Stop Roy, kau akan menodai kepolosan gadis ku. Sialan kau!" Rutuk nya kesal, dia menendang kursi yang di duduki asisten nya dengan kuat hingga membuat bokong Roy terasa sakit.

"Apa-apaan tuan muda ini, tadi menyuruh ku menjelaskan apa arti cassanova pada Nona Amel, tapi baru mau di jelaskan pria itu malah marah-marah. Terus salahku dimana?" Rutuk Roy dalam hati, tentu nya dia takkan berani bicara seperti itu di depan orang nya langsung, bisa-bisa besok dia jadi pengangguran.

"Berani merutuki aku di dalam hati mu, aku potong gaji mu 50%."

"T-tidak tuan, saya tidak bicara apa-apa di dalam batin saya." Ujar Roy gelagapan.

"Bagus."

Smith merangkul bahu Amelia dan menyandarkan kepala gadis itu di dada bidang nya, mereka beradegan mesra tanpa memperdulikan perasaan sang jomblo di depan nya.

...

Seperti biasa, Amel akan turun di taman dekat perusahaan ALX Company. Tapi lagi-lagi dia tak fokus dan kembali menabrak seorang pria, dan itu Gerald lagi.

Seperti yang sudah di rencanakan, Gerald dengan sengaja memeluk pinggang ramping gadis itu sebagai pancingan, biasa nya wanita yang lain pasti akan memberi kode dengan senyuman.

Tapi berbeda dengan Amel, gadis itu segera bangkit dan menampilkan wajah datar nya.

"Maaf tuan, lagi-lagi saya menabrak anda." Ucap Amelia.

"Tidak apa-apa Nona, saya lupa waktu itu kita belum sempat berkenalan, saya Gerald."

"Amelia, maaf saya harus segera pergi." Ucap Amelia dan terburu-buru meninggalkan pria itu. Gerald tersenyum misterius sambil menatap punggung gadis yang doyan nabrak itu hingga menghilang di balik pintu kantor.

"Menarik, semakin sulit di taklukan semakin aku penasaran. Tunggu saja, kau akan jadi milik ku gadis manis." Gerald tersenyum smirk dan pergi dari tempat itu, tempat kedua kali dia bertemu gadis manis yang ternyata bernama Amelia.

Tak tau saja dia kalau Amelia udah jadi simpanan Smith yang lebih dari segala nya dari pada dirimu, huhh..

...

Di ruangan Smith, berdiri gagah pria paruh baya dengan gaya angkuh nya. Siapa lagi kalau bukan Jeon Joseon, ayah dari Smith Alexander.

"Ada hal penting apa yang membuat Appa kemari?" tanya Smith santai, dia duduk di sofa dengan kaki yang menyilang.

"Kau tak ke rumah sakit, menjenguk Marissa?" Tanya Jeon Joseon.

"Tidak, untuk apa? Lagi pun aku tak peduli, malah aku berharap wanita itu mati saja agar tak mengganggu."

"Jaga bicara mu Smith Alexander!" Teriak Jeon Joseon.

"Jangan berteriak di ruangan ku, telinga ku masih berfungsi dengan baik jadi bicaralah dengan nada sewajarnya." Tegas Smith, dia melayangkan tatapan tajam nya pada Appa nya.

"Marissa itu tunangan mu, wanita yang Appa pilih untuk mendampingi dirimu."

"Appa pernah berfikir kalau perasaan ku tak bisa di paksakan? dulu aku memang mencintai nya, tapi tidak sekarang! Appa yakin Marissa itu wanita baik-baik seperti yang Appa katakan?"

"Sudahlah, aku malas berdebat hari ini pekerjaan ku banyak, jadi lebih baik Appa pergi saja."

"Kau mengusir Appa mu hah? Kau semakin berani Smith." Ucap Jeon Joseon emosi.

"Aku tak peduli, siapa pun itu jika membuat kekacauan di kantor ku, akan aku seret dengan tak hormat."

"Ckkk, dasar anak sialan."

"Kau saja yang sialan, aku selalu menuruti segala keinginan mu meski aku tak mau, tapi semakin kesini kau semakin egois dan tak memikirkan perasaan ku sebagai anak."

"Aku sudah bilang, jika kau sangat menyukai Marissa, kenapa bukan kau saja yang menikah dengan nya? Kenapa harus aku yang di korbankan?"

Setelah mendengar ucapan anak nya, Joseon pergi dengan membawa api kemarahan yang membara di dalam diri nya untuk sang anak.

"Aku tak mengerti mengapa pria tua itu begitu menginginkan aku bersama wanita jalangg itu? pengaruh apa yang sudah wanita itu katakan pada Appa hingga membuat nya bersikeras membuat kami bersatu?"

Smith menggembungkan pipi nya dan menghembuskan nafas berat nya, ini adalah masalah yang panjang. Andai saja dia punya bukti yang kuat untuk menjatuhkan Marissa, pasti dia takkan pusing seperti ini.

....

🌻🌻🌻🌻

Sabar ya bang Smith, yang sabar di sayang Amelia🤭🤭🌈