kisah horor mendebarkan yang penuh dengan pemicu Adrenalin. Kisah ini menceritakan balas dendam seorang arwah gentayangan bernama Hapsari lewat tubuh Dira manusia yang baru dikenalnya tapi memiliki kemampuan melihat arwah.
Perjanjian antara Dira dan Hapsari mendekatkan Dira pada Dika mantan Hapsari selagi masih hidup.
Rasa cinta yang dimiliki Hapsari ternyata masih tidak bisa merelakan Dika ada di samping wanita lain.
Keinginan Hapsari adalah membalas dendam atas kematian nya dan mencari tahu siapa pembunuhnya dan itu semua harus Dira temukan.
Bagaimana petualangan Dira dalam mencari pembunuh Hapsari dan mengapa saa kot bersentuhan dengan Dika semua arwah tidak bisa Dira lihat ada apa dengan Dika.
JANGAN MEMBACA SENDIRIAN Di SAAT MALAM!!
UP JUM'AT INSYA ALLAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deal, Dika dan Dira
Panas matahari siang tanpa hembusan angin membuat siapapun yang ada di luar saat ini akan mudah terpancing emosi. Apalagi kalau dengar ada kata yang bikin telinga pedes udah pasti emosi langsung meledak, seperti halnya yang Dira dan Dika rasakan saat ini.
"Lu cerita apa sama dia?" tanya Dika melirik kearah Nisa.
"Seperti yang lu tau,." jawab Dira santai sambil menyeruput kopi sayang yang tinggal tersisa es batu tapi terus saja masih digoyang-goyangkan berharap agar cepat mencair.
"Jadi lu juga cerita tentang tong itu?" tanya Dika mulai emosi dengan sikap Dira yang cuek.
.
"Bukan gue yang ngasih tahu, tapi lu sendiri yang ngasih tahu." saut Dira tangannya meremas gelas plastik bekas minumnya sampai lepek seperti rambutnya yang basah oleh keringat.
"Wait! Tong maksud kalian tong apaan?" tanya Nisa dengan wajah bingung.
Dira melangkah.
"Mau kemana Lu?" tanya Dika dan Nisa bersamaan sambil memegang kedua lengan Dira.
"TONG SAMPAH!" teriak Dira kesal.
Dika dan Nisa melepaskan tangan Dira, Nisa terkekeh melihat kejengkelan sahabatnya.
"Mama! Please deh lama amat datang nya." keluh Dira mulai kesal.
Dira tidak kembali ke tempat Nisa dan Dika tapi melangkah di bawah terik matahari menyusuri jalan raya yang mulai padat dengan lalu lalang kendaraan atau pun pejalan kaki.
"DIRA TUNGGU!" Nisa berlari mengejar Dira.
TINN!
Bunyi kloakson mobil sedan warna silver menghentikan langkah Nisa.
"Masuk sayang." ajak Mama Nisa melalui isyarat tangan.
Nisa masih sempat menatap punggung Dira yang makin menjauh sebelum masuk mobilnya, bahkan saat Nisa di dalam mobil pun bisa masih mengarahkan tatapan matanya pada punggung Dira saat melihat Dika sedang mengejar Dira.
"Liat apa sayang kok gitu amat ngeliatin nya." tanya Ida penasaran dengan apa yang jadi perhatian putri nya.
"Bukan apa-apa Ma. Ayo jalan Ma bikin macet tuh di belakang." ucap Nisa melihat mobil yang berderet dibelakang mobil mereka dari kaca spion.
Mobil Nisa mulai berjalan, saat melewati Dira Nisa membuka kaca mobilnya dan mengeluarkan separuh kepalanya.
"RAA! BARENG AJA YUK!" teriak Nisa tapi di balas Dira dengan gelengan kepala dan lambaian tangan.
Nisa balas melambai sebelum menutup kaca mobilnya.
Dira terus berjalan, keringat mulai menetes di pelipisnya. Beberapa kali tangannya menyeka jidat, tengkuk dan kedua lengannya.
"Ya Allah panas banget dah berasa kek di depan kompor kang gorengan.' keluh Dira dengan napas mulai cepat.
Terik matahari membuat Dira lama-lama tak kuat berjalan diapun belok ke sebuah warung penjual es kelapa muda. Dira menghubungi nomor Lina tapi nomor yang di tuju tidak aktif.
"Huuhh! Nyebelin! Nyebelin!" geram Dira tertahan.
"Panas, haus, capek, ngantuk, la-" ledek Hapsari yang duduk di bangku reot.
"Terus aja lu ngoceh mentang-mentang lu gak punya rasa itu semua." Dira menggerutu menanggapi ledekan Hapsari.
"Dek, siapa yang ngoceh? Dari tadi gak ada yang ngoceh kecuali Adek." kata Abang tukang kelapa bingung.
"Hahaha," tawa Hapsari mendengar ucapan Abang es kelapa muda.
"Monmaap Bang, Aku kalau lapar suka marah-marah sendiri Bang." saut Dira menahan malu sekaligus marah.
Dira menatap kesal ke arah Hapsari yang masih tertawa, begitu mata mereka saling bertatapan Hapsari langsung terdiam dari tawanya.
"Bang es kelapanya satu, jan pakai susu." pesan Dira tangannya kembali menekan nomor Lina tapi tetap tak aktif.
Dengan cekatan Abang es kelapa membuatkan pesanan Dira, Hapsari mulai geregetan dengan sikap Dira yang mudah marah.
"Berapa Bang?" tanya Dira saat si Bang es menyerahkan pesanannya.
"Lu tau gak Ra lu-" pertanyaan Hapsari terpotong.
"5000 Dek." kata Abangnya.
"Gak tau." potong Dira mendengar pertanyaan Hapsari.
Tangannya mengocok es dengan menggoyangkan es yang ada dalam plastik di tangannya. Dira merogoh saku roknya mengambil uang lima ribuan kertas yang menggumpal.
"5000 Dek! Tadi kan Abang udah bilang!" kata Abang es sedikit meninggikan suaranya.
"Iya Bang, tau!" saut Dira mulai kesal sambil mengulurkan gumpalan lembaran 5 ribuan.
"Cantik-cantik kok budek."
Dira melirik Abang es kelapa muda dengan wajah juteknya. Saat Dira membalikan badan sosok Dika sudah berdiri di depannya.
"Kita harus bicara," ucap Dika dengan nada memerintah.
"Please Ra ikuti Dika. Kenapa sih keras kepala banget! Biar semuanya cepet kelar. Lu kan udah janji sama gua. Kalau lo bakal bantu gua." Hapsari memohon kepada Dira.
"Ayo ra bantu Dika bantu gue please Ra, please!" Hapsari terus saja merengek juga mendengar pernikahan Hapsari.
"Oh ya, lu tadi bilang kalau lo mau ganti tas gue, oke biar enak dan tidak merasa bersalah gue setuju tapi gue nggak mau diganti dengan tas ganti dengan hal lain," ucap Dina mulai memberikan penawaran.
"Ok, gue akan lakukan selama bisa gue ngelakuin." tantang Dika.
Sepertinya Dika sudah siap apapun yang akan diminta oleh Dira.
"Gue cuman minta selama di sekolah lu nggak boleh ngelarang gue deket sama lu dan kapanpun gue mau gue boleh pegang lu." permintaan aneh Dira membuat Dika mengernyitkan dahi.
"Aneh lu jadi orang, gue nggak setuju dengan syarat kayak gitu." tolak Dika mentah-mentah.
"Nggak masalah buat gue, tapi jangan harap gue mau bantuin lo sama arwah pacar lo." saut Dira santai sambil menyeruput es kelapa muda.
"DIRAAAAA!!!" teriak Hapsari tepat di telinga Dira membuat telinga Dira berdengung.
"Huzz... huzz... huzz!" Dira mengusir Hapsari kesal.
"Lu pikir gue kucing apa lu usir kek gitu. Songong amat sih lu jadi cewek." geram Dika.
"Bukan ama lu! Tapi pacar lu yang gue usir!" balas Dira emosi.
"Dira ijinin gue masuk tubuh lu, Dika pasti mau dengerin semua kata gue. Please Ra." Hapsari memohon sambil menangkap kan tangannya ini idi depan dada.
Dira menatap Hapsari dan juga Dika bergantian lalu memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"Pusiiing! Ya Allah tolong Di-"
"Bisa gak sih lu gak lebay. Ok! gue turuti semua syarat konyol lu!" Dika akhirnya menyerah juga.
"Ok, deal." saut Dira.
"Sekarang waktunya gue masuk dalam tubuh lu." arwah Hapsari langsung masuk dalam tubuh Dira.
"Mars, I miss you." sapa Hapsari dengan hangat sambil tersenyum manis.
Seketika rasa kesal Dika hilang berganti dengan rasa rindu akan kehadiran Hapsari walaupun dalam sosok yang berbeda yaitu sosok Dira.
Dika dan Dira berjalan beriringan, mereka tetap menjaga jarak agar tidak saling bersentuhan sesekali mereka saling melempar senyum. Beberapa siswa SMA Nusantara memperhatikan mereka dengan tatapan heran sambil berbisik tapi sepertinya Dika menghiraukan
"Kita akan cari jasad mu Mine." ajak Dika.
"Iya aku akan menunjukkan di mana tong itu berada.
...~~~~...
Apakah Dika dan Hapsari akan menemukan Tong tempat jasad Hapsari berada
ikuti episode selanjutnya titipan mata arwah
Terima kasih untuk like vote gift dan juga komentarnya🙏🙏🙏
thanks buat reader setia 🙏🥰