NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Kalau loe menginginkan anak dalam pernikahan kita, gue enggak bisa kasih anak untuk loe. Kalau loe tidak setuju dengan keinginan gue, loe bisa batalkan pernikahan kita. Gue bakal terima keputusan loe, Yos."

Suasana mendadak hening, Ryos masih bisa fokus mengemudikan mobil meski perasaannya sudah tidak nyaman, sementara itu Avellyne tetap memerhatikan wajah calon suaminya dari samping.

Keheningan yang sempat terjadi tidak berlangsung lama sebab suara tawa Ryos pecah. Dia tertawa nyaring hingga berlangsung beberapa detik.

"Gue serius, Yos!" ucap Avellyne lagi untuk meyakinkan pria tersebut kalau ucapannya bukanlah candaan.

"Oke, aku paham. Kalau kamu memang tidak mau punya anak, aku tidak keberatan sama sekali. Anak itu adalah bonus bukan tujuan utama dalam pernikahan."

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, tujuan kita menikah agar kamu dan aku hidup bahagia. Aku tidak akan membebani kamu, Vel. Bisa hidup bersama dengan kamu aja aku sudah bahagia banget."

Ryos melihat Avellyne sekilas sambil memerlihatkan senyumnya yang merekah. Perasaannya terus bergejolak, meski begitu dia harus tetap pada tujuan awal menikahi Avellyne. Yaitu, membahagiakan wanitanya.

"Kenapa kamu malah cemberut?" tanya Ryos kembali menoleh ke arah Avellyne.

"Loe itu selalu aja nurut apa kata gue. Kenapa enggak bisa protes dan marah sekali aja sama gue! Loe bakal jadi pemimpin keluarga, Yos. Enggak semua yang gue katakan loe harus setuju."

Ryos tetap tersenyum, satu tangannya bergerak ke arah Avellyne dan mengacak rambut wanita itu.

"Laki-laki itu memang serba salah, ya. Entar aku cuek kayak kemarin kamu panik. Gimana kalau aku marah benaran, Vel. Bisa jadi kamu tidak meminta bantuan Hanna tapi langsung minta bantuan Mami untuk membujuk aku."

"Aku serius tidak mempermasalahkan keinginan kamu. Aku menghormati kemauan kamu. Bagaimanapun juga yang mengandung dan melahirkan itu pihak perempuan."

Avellyne menghela napas setelah mendengarkan penjelasan Ryos. Dia selalu saja merasa bersalah dan menyesal. Namun, dia juga tidak memiliki pilihan lain. Meski sudah menjadi pihak antagonis di dalam kehidupan Ryos, dia percaya suatu saat nanti sahabatnya itu akan mendapatkan pasangan yang tepat.

Avellyne bukannya tidak ingin memiliki anak, bukannya dia tidak suka dengan anak-anak. Karena pada akhirnya akan meninggalkan Ryos, bukankah lebih baik tidak memiliki keturunan dari pria tersebut, maka dengan demikian dia bisa berpisah tanpa memikirkan apa pun.

...

Sepasang calon suami-isteri itu sudah tiba di rumah sakit, mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Ryos yang lebih dulu berinisiatif untuk menggenggam tangan calon istrinya.

"Kamu lihatin siapa, Sayang?" tanya Ryos karena melihat arah pandangan Avellyne fokus pada satu titik.

"Hmm, kayaknya tadi aku lihat teman. Tapi, sudah pergi." Avellyne berbohong, padahal sepasang matanya fokus pada poli psikiater.

Dia teringat dengan saran Chalista untuk memeriksakan diri kepada ahli psikiater.

Ryos berjalan menuju meja informasi sedangkan Avellyne hanya duduk sambil menunggu arahan selanjutnya. Mereka tidak akan lama di sini, setelah melakukan serangkaian pengecekan sederhana dan pengambilan darah, calon pengantin tersebut akan langsung ke taman untuk melakukan sesi pemotretan.

"Ayo, Sayang. Daftarnya sudah selesai. Kita langsung masuk ke dalam aja!" Ryos mengulurkan tangannya untuk membantu Avellyne berdiri.

Selain pengambilan darah, Avellyne harus mendapatkan suntik vaksin sebagai salah satu persyaratan yang diajukan pihak KUA.

Dia tidak mengerti apakah suntik vaksin tersebut memang diperlukan. Namun, demi kelancaran administrasi, Avellyne pasrah saja.

Kurang dari satu jam, Avellyne dan Ryos sudah meninggalkan rumah sakit. Hasil laboratorium akan mereka ambil setelah sesi pemotretan selesai.

Sekarang di sinilah mereka berada, di taman alun-alun kota. Area sekitar taman tidak terlalu ramai karena mereka melakukan sesi pemotretan di saat jam kerja.

"Kamu kenapa diam aja dari tadi. Apa masih kurang enak badan? Apa kita tunda aja sesi pemotretannya?" Ryos bertanya sebab saat keluar dari rumah sakit tadi, Avellyne memang tidak banyak bicara.

Biasanya wanita itu selalu saja membahas sesuatu dan tidak jarang berakhir menjadi perdebatan bersama Ryos.

"Gue sariawan. Sakit kalau banyak ngomong," jawab Avellyne berbohong.

Dia tidak memiliki antusias sama sekali. Berbeda dengan Ryos yang terlihat begitu semangat.

"Kita selesaikan aja semuanya hari ini," ucap Avellyne melanjutkan.

Tim MUA mendekati Avellyne untuk memberikan sedikit polesan pada wajah calon pengantin wanita agar Avellyne terlihat cantik pada pemotretan nanti. Mereka juga membawa beberapa pakaian yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak.

...

Berjam-jam sudah terlewati, semua area taman sudah mereka jadikan objek pemotretan.

Avellyne rasanya sudah tidak sanggup untuk melanjutkan sisa pemotretan.

"Yos, foto-fotonya udahan aja, ya? Gue capek banget."

Ryos melihat wajah wanitanya dan Avellyne terlihat pucat. Sama seperti kemarin saat acara lamaran mereka.

"Ya, sudah." Tanpa berpikir panjang Ryos langsung setuju.

Dia menghampiri fotografer untuk menyudahi sesi pemotretan.

Meski tidak sesuai perjanjian awal, Ryos akan tetap membayar penuh.

"Kita mampir dulu ambil hasil laboratorium... sekalian aja kamu periksa ke dokter, ya?" ucap Ryos sedikit khawatir.

"Gue enggak apa-apa, Yos. Cuma kecapekan aja. Sebelum pernikahan kita, gue harus menyelesaikan satu gaun pernikahan klien. Apalagi klien maunya gue sendiri yang jahit, makanya sudah beberapa hari ini gue begadang. Habis ngambil hasil cek laboratorium, loe antar gue langsung ke rumah. Gue mau tidur dulu." Lagi-lagi Avellyne berkata bohong.

Sebenarnya dia sendiri pun tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini merasa lemas padahal dirinya memang sudah terbiasa tidur larut malam.

"Kamu enggak bohong, kan?" tanya Ryos masih merasa khawatir.

"Enggak percayaan banget sama gue," ucap Avellyne.

Pada akhirnya Ryos memilih untuk memercayai ucapan sang kekasih. Tidak ada gunanya juga memaksa Avellyne untuk tetap memeriksakan diri ke dokter. Lagipula, saat pemeriksaan sebelumnya kondisi Avellyne terlihat baik-baik saja. Tekanan darah dan suhu tubuhnya normal.

...

Saat sudah sampai di rumah sakit, Avellyne tidak ikut masuk bersama Ryos. Dia lebih memilih menunggu di dalam mobil. Wanita itu memejamkan mata, tidur sejenak sambil menunggu pria itu kembali.

Sedangkan Ryos yang sudah berada di ruang laboratorium meminta petugas untuk membacakan hasil pemeriksaan darah mereka.

"Bagaimana, Dok. Hasil pemeriksaannya bagus semua, kan?" tanya Ryos.

"Kalau hasil pemeriksaan Bapak baik-baik saja. Semuanya normal. Tapi untuk calon istri Bapak...." Dokter tersebut sedikit ragu apakah harus memberitahu Ryos hasil dari pemeriksaan darah Avellyne.

"Calon istri saya kenapa, Dok?"

Dokter menyerahkan selembar kertas yang berisikan hasil pemeriksaan pasien bernama Avellyne Zachary.

"Bapak bisa lihat pada bagian ini!"

Pandangan Ryos mengikuti ke mana arah jari telunjuk Dokter tersebut dan hasil pada kertas tertulis positif.

"Selain mengecek virus dan bakteri, kami juga melakukan tes untuk narkotika dan seperti yang Bapak lihat, hasilnya positif."

Ryos begitu terkejut mendengar penjelasan dokter. Mana bisa dia percaya begitu saja dengan hasil laboratorium ini. Jangankan menggunakan obat-obatan terlarang, minum alkohol saja Avellyne tidak pernah. Bahkan wanita itu selalu menghindar bila bertemu dengan seorang perokok.

"Mungkin ada kesalahan, Dokter!" ucap Ryos masih tidak memercayai dengan hasil cek laboratorium milik Avellyne.

"Kalau begitu saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan ulang dan kita fokuskan pada pemeriksaan narkotika. Bagaimana?"

Ryos mengusap wajahnya, semakin dipikirkan lagi, semakin tidak masuk akal saja Avellyne mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

"Bagaimana, Pak?" Dokter bertanya kembali sebab Ryos hanya diam meski beberapa detik sudah terlewati.

"Dia menunggu di mobil. Kita akan ambil ulang darahnya. Dokter, tolong nanti bilang saja ada sedikit masalah saat melakukan pemeriksaan. Saya ingin memastikan apakah hasil ini benar-benar valid atau memang ada kesalahan dari pihak Dokter."

"Baik, saya juga akan memfokuskan jenis narkotika apa yang digunakan Ibu Avellyne."

Ryos langsung berdiri dan bergegas keluar dari ruang laboratorium. Dia berjalan cepat menuju area parkir, di mana Avellyne menunggu. Setiap kaki melangkah, perasaan Ryos tentu saja tidak tenang. Dia beroda berharap Dokter salah melakukan pemeriksaan.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!