NovelToon NovelToon
KEPALSUAN

KEPALSUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri / Action / Persahabatan / Romansa
Popularitas:217
Nilai: 5
Nama Author: yersya

ini adalah cerita tentang seorang anak laki-laki yang mencari jawaban atas keberadaannya sendiri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Setelah ketiga penyihir bayaran itu ditangkap, Adelia menyuruhku menunggu di taman sementara ia menyerahkan ketiga penyihir itu kepada pihak penyihir lain.

Aku duduk di atas ayunan, menatap bulan yang menggantung di langit malam, lalu menutup mataku sejenak, membiarkan pikiranku menimbang semuanya.

“Arya!” Suara Adelia memanggil. Ia berjalan perlahan mendekat dan duduk di ayunan di sampingku.

“Sudah selesai?” tanyaku.

“Ya,” jawabnya. “Ada pihak yang akan langsung mengurus keluarga Adikara. Kita hanya perlu menunggu hasilnya.”

“Apa mereka akan ditangkap?”

“Tidak mungkin,” jawab Adelia. “Pengaruh mereka terlalu besar di dunia penyihir. Palingan, mereka hanya menyiapkan tumbal agar terlihat seolah-olah tertangkap.”

Aku terdiam, kemudian bergumam, “Ari…”

“Mungkin,” jawabnya singkat.

Yeah, mau bagaimana lagi. Aku tahu dalang di balik kejadian di sekolah adalah Ari, lalu penyihir bayaran dari keluarga Adikara muncul untuk menyerangku. Artinya, kemungkinan Ari memiliki keterlibatan dengan keluarga itu. Jika Ari dijadikan tumbal, besar kemungkinan dia sengaja dipakai untuk mengalihkan perhatian.

“Jika Ari ditangkap, apa berarti tidak ada yang akan mengejarku lagi?” tanyaku.

Adelia melirikku, lalu menatapku serius. “Seperti yang kau pikirkan… Ari tidak mungkin menyewa ketiga penyihir itu. Dia bisa mengatasimu sendirian meski teknik pesonanya gagal. Jadi, jika Ari ditangkap, penyewa sebenarnya masih bebas—dan dia tidak akan membiarkanmu begitu saja.”

“Bukankah dia tidak punya alasan lagi?”

“Keluarga Adikara itu pendendam,” jelas Adelia. “Bukan hanya kau yang pertama kali mengetahui bahwa Ari pelakunya, tapi aku—penyihir jenius yang bukan dari empat keluarga besar—juga terlibat. Itu membuat mereka semakin ingin menyingkirkanku, menganggapku penghalang.”

“Ma-maaf!” Kataku, merasa bersalah telah melibatkannya.

Adelia menatapku heran, lalu tersenyum. “Kau bilang apa? Kita teman, kan? Tentu saja aku akan menolongmu. Jadi jangan merasa bersalah.” Ia menepuk punggungku lembut.

Aku hanya diam, tidak menanggapinya.

“Tapi tetap saja, kita dalam masalah,” katanya, menatapku serius. “Lebih tepatnya… kau.”

“Ugh… kau jujur sekali,” keluhku.

“Hehe… aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” katanya sambil tersenyum kecil. “Toh, aku juga tidak bisa melindungimu 24 jam nonstop.”

“Yah, kau benar juga,” kataku. “Ngomong-ngomong… keluarga Adikara itu seperti apa sebenarnya?”

Adelia merenung sebentar. “Seperti yang ku bilang, mereka salah satu dari empat keluarga besar. Ada keluarga utama dan cabang. Kepala keluarga sekarang adalah penyihir tua tingkat 1, Brahmantya Adikara. Anak-anaknya berada di tingkat 2 dan 3. Ada juga tiga tuan muda: Arsabima, Devina, dan Julian Adikara, dari yang tertua hingga termuda.”

“Berbeda dengan saudaranya, yang sudah mencapai tingkat 5 dan 4 di usia awal 30-an, cucu termuda, Julian, bahkan di usia 27 tahun masih berada di tingkat 7. Dia terkenal brengsek, suka bermain-main dengan banyak wanita. Singkatnya… dia sampah,” jelas Adelia dengan ekspresi kesal.

Aku menatapnya, merasakan kemarahan yang jelas terpancar dari matanya.

“Ini hanya dugaan ku,” ujarku.

Adelia sontak menoleh. “Apa maksudmu?”

“Yang menyewa ketiga penyihir bayaran itu mungkin salah satu dari ketiga tuan muda itu. Kepala keluarga pasti sibuk, anak-anaknya bersaing untuk posisi pewaris, dan keluarga cabang tidak akan berani memakai nama utama mereka. Jadi hanya tersisa mereka bertiga.”

Adelia tersenyum tipis. “Lumayan,” katanya seperti memberi pujian. “Tapi menurutku, Julian lah pelakunya.”

“Kenapa?” tanyaku, bingung.

“Karena dia sampah,” jawab Adelia singkat. “Di dunia penyihir, membunuh warga sipil itu tabu. Arsabima dan Devina, yang memiliki kekuatan dan potensi besar untuk menjadi kepala keluarga, tidak akan repot-repot mencampuri urusan seorang penyihir yang seenaknya membunuh warga sipil secara brutal dan acak. Tindakan seperti itu hanya akan menarik perhatian yang tidak perlu dari keluarga-keluarga besar lainnya.”

“Bagaimana jika Ari adalah murid mereka?” tanyaku.

“Keluarga Adikara sombong, begitu juga anak-anaknya. Mereka memamerkan semua murid, tapi tidak ada murid bernama Ari. Bahkan jika Ari murid gagal yang tidak diumumkan, mereka tidak perlu menyewa penyihir bayaran. Meskipun Ari tertangkap dan mengaku sebagai murid mereka, mereka tetap aman tanpa bukti.”

“Tapi kenapa Julian?”

“Karena dia sampah,” ulang Adelia. “Dia pasti membuat perjanjian dengan Ari. Isi perjanjiannya kemungkinan seperti ini: Ari bebas membunuh orang lain, Julian menutupinya, sebagai gantinya Ari harus membayarnya dengan tubuhnya.”

Aku terdiam, mulai memahami situasinya.

“Sudah larut. Ayo, kuantar kau pulang!” kata Adelia sambil turun dari ayunan.

Aku mengangguk, dan kami berjalan beriringan menuju rumahku. Sepanjang jalan, kami hanya diam. Kedua pikiran kami sibuk menimbang kemungkinan, hingga akhirnya kami sampai di depan rumah.

“Terima kasih, Adelia. Kau sudah sering menolongku,” kataku.

“Jangan dipikirkan. Kau juga pernah menolongku,” jawabnya. “Apa kau pegang ponsel sekarang?”

“Ya.” Aku mengeluarkan ponsel dari saku.

Adelia mengetik cepat, lalu mengembalikannya padaku. “Ini nomorku. Hubungi aku jika ada masalah,” tambahnya sambil melambaikan tangan, kemudian pergi.

Aku menatap punggungnya hingga menghilang dari pandangan, lalu masuk ke rumah. Hatiku masih berat, tapi sedikit lega karena setidaknya aku tidak sendirian dalam masalah ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!