NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:293
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab:21 Suasana Sekolah

Hari ini halaman sekolah terasa lebih santai. Semua murid menikmati hari jamkos itu. Sementara guru-guru sibuk mempersiapkan untuk UN lusa.

"Nggak kerasa ya, udah mau UN aja. Perasaan baru kemarin gue pindah ke sini," kata Alka, ia berdiri depan pintu kelas.

Lista mendorongnya pelan. "Yaudah buruan masuk, jangan diem di sana."

"Santai dulu napa, main dorong-dorong aja. Nggak sopan tahu, jaga sikap saman yang lebih dewasa." Alka menatapnya, lalu nyentil kening Lista.

Lista ngusap kening yang kening sentil itu sambil nyengir kesel. "Si paling dewasa, cuma duluan sepuluh menit juga." gerutu Lista sambil berjalan ke arah bangkunya.

Tak lama, Jehan dan Alesha kini masuk. Langsung menuju bangkunya.

"Aesh, hari ini aku pasti sibuk bantu siapin buat UN lusa. Kamu sama Alka dulu ya." kata Jehan, ia berdiri di samping Alesha.

Alesha senyum lembut, kepalanya mengangguk pelan. "Iya, lagian emang tugas dia juga, kan?"

"Tapi inget ya, jangan sampai suka sama dia." goda Jehan sambil mengacak rambutnya.

Alka yang sudah berada di belakangnya, ia terkekeh. "Takut banget, lo. Santai aja kali, kagak bakal gue ambil tuh cewek, lo."

Jehan kembali berdiri. "Lo kerjain tugas lo dengan baik. Hari ini gue sibuk."

"Siap pak ketos!!" balas Alka sambil memberikan hormat.

Jehan tersenyum miring, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan kelas.

"Hallo guys!" teriak Liona begitu masuk ke dalam kelas, membuat beberapa orang noleh ke arahnya.

"Hallo!" jawab Alka cepat, tangannya melambai.

"Udah lebar banget tuh senyum, masih pagi loh ini." goda Lista sambil menyikut lengannya.

Liona duduk di bangku sebelah Alka. "Harus dong, pokoknya dunia harus tahu. Kalau gue selalu bahagia."

Alka dan Lista tertawa, sementara Alesha hanya tersenyum tipis. Tangannya ngepal kecil di pangkuan.

"Bosan juga ya kalau cuma diem kayak gini." celetuk Alka, sambil bangun dari duduknya, lalu menggeliat kecil.

"Kita cari angin aja yuk!" ajak Liona, langsung bangun dari duduknya.

"Ide bagus!" Alka nunjuk Liona. Tanpa basa basi lagi, ia mendorong pelan kursi roda Alesha.

Mata Alesha membulat. "Ka, gue nggak mau ikut." ia berteriak kecil.

"Lo harus ikut. Kita jalan-jalan menikmati suasana pagi yang masih segar ini." kata Alka sambil terus berjalan.

Di belakangnya, Liona dan Lista mengekor. Liona melangkah dengan ringan tanpa beban, beda dengan Lista yang langkahnya gontai.

Di sepanjang koridor sekolah begitu ramai dengan suara langkah kaki. Di antara hentakan sepatu dengan lantai itu, ada suara Alka juga yang tak bisa berhenti. Entah itu nyanyi, atau ngedumel nggak jelas.

"Aesh, lo kenapa cemberut terus dari tadi?" tanya Alka tiba-tiba.

Alesha menyeritkan kening. "Kenapa?"

"Gue takut nanti pipi lo kram, terus gue yang di salahin." jawab Alka yang di susul oleh tawa kecilnya.

"Alkaaa..." Alesha merengek kecil, tapi tawanya tak bisa di tahan.

"Kayaknya tiap kita lewat auranya kayak dari kerajaan gitu." Alka noleh ke Lista dan Liona.

Lista dan Liona saling melempar pandang. "Kenapa?" tanya mereka.

Alka tertawa pelan. "Ibaratnya... Alesha tuan putrinya, gue prajurit dan lo berdua pelayan." tawanya kembali pecah, sampai matanya menyipit.

Tawa Alesha semakin keras, tangannya memegangi perut yang bergetar karena tawanya.

Lista dan Liona ikut tertawa di belakangnya. Keduanya sambil memukul-mukul punggung Alka.

"Ka, lo bisa diem nggak?" ucap Liona di sela tawanya.

Alka diam sebentar tak lagi bicara, tapi sisa tawanya masih menggantung di wajahnya.

Di balik tawa mereka ada seseorang yang menatapnya tak suka dari kejauhan. Seperti cemburu.

"Seneng banget ya, ketawanya sampai lepas kayak gitu." gumamnya.

"Bahkan aku sampai lupa, kapan terakhir kamu tertawa lepas kayak gitu pas bareng aku." Jehan menelan ludah keras, tangannya mengepal halus.

Butuh beberapa detik. Akhirnya Jehan memaksakan senyum dan kembali pada kesibukannya.

Langkah Alka kini berhenti di tepi lapangan sekolah. Liona dan Lista duduk di bangku, sementara Alesha berada di samping Liona.

Alka masih berdiri di hapana mereka, seperti orang yang akan menyampaikan pidato.

Matanya kini menatap Lista lama. "Ta, gue salut banget sama lo." ia mengacungkan jari jempolnya. "Lo kalau sekolah seragamnya rapi banget."

"Ya iyalah," jawab Lista dengan percaya diri.

"Saking rapinya orang-orang sampai nggak sadar kalau hati lo berserakan." ia menaikkan alisnya beberapa kali.

Mata Lista membulat. "Awas ya lo, Ka."

"Lagian lo nggak cape apa sok cool terus?" tanya Alka lagi.

"Ya gue emang cool," jawab Lista cepat, sedikit berteriak.

"Tapi coolnya kayak kulkas yang nggak ada isinya." katanya, sambil melingkarkan tangan depan dada. Dengan gaya sok bijak.

"ALKAA, LO..." suaranya terpotong saat Liona tertawa ngakak sambil mukulin lengannya.

Alesha ikut tertawa tipis, matanya benar-benar menatap Alka dalam. Selalu ada getar aneh di dadanya. Tapi Alesha mencoba untuk mengabaikannya.

Tawa itu perlahan mereda. Tapi tatapan Alka masih liar, seolah masih ada sisa orang yang harus ia jadikan bahan untuk menjaga suasana agar tetap cair.

Tatapannya jatuh ke Liona. Senyumnya lebarnya membuat Liona sedikit berdelik. Padahal senyum dan sorot Alka kepadanya jelas berbeda, seperti mengandung sesuatu yang sulit untuk di jelaskan.

"Lio tahu nggak, gue tuh takut kalau lo tampil dance di panggung kafe." ucapnya pelan, lebih lembut dari sebelumnya.

"Takut kenapa?" tanya Liona bingung.

Senyum di bibir Alka sedikit melebar. "Takut lo jadi terlalu bersinar... terus gue jadi penonton yang jatuh cinta dalam diam sama lo." Alka langsung membuang muka, merasa salah tingkah dengan ucapannya sendiri.

Liona mendengus, tapi juga tersenyum. "Stress!!"

Mata Lista membulat, mulut terbuka tanpa suara. "Ka, lo nggak lagi bercanda, kan?" tanyanya, mendadak heboh.

"Ta, lo ngerti gombal nggak sih?" sahut Liona cepat.

Alka kembali berbicara pada Liona. "Lio, kalau sama lo kadang gue bingung..."

"Bingung kenapa lagi?" tanya Liona dengan senyum yang masih nempel di bibirnya.

"Gue tuh seneng banget. Sampai nggak bisa bedain, ini cuma seneng... apa jatuh cinta?" jawabnya sambil tertawa lebih keras, lebih heboh.

Pipi Liona semakin merah. "ALKAA!" teriaknya.

Lista bangun dari duduknya, berdiri di belakang Alesha. "Aesh, kayaknya kita mending pergi dari sini deh." ia mendorong pelan kursi roda Alesha.

Alesha tertawa hambar, jari-jari nya saling menggenggam erat. Ia suka dengan cara Alka menjaga suasana agar tetap hidup. Tapi ia juga merasa panas, ada sesak yang membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Alesha narik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya.

"Kayaknya Alka suka sama Liona." katanya pelan, tapi terdengar jelas oleh Lista.

"Biarin aja, gue seneng lihatnya." jawab Lista.

Mendengar jawaban Lista, bibir Alesha kembali tersenyum, getir. Angin siang berhembus pelan, menahan hawa panas siang ini. Tapi tak mampu menghapus hawa panas dalam dada Alesha.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!