Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.
Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.
Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.
Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CMO dan CEO
"Untuk dokter kepala yang baru, saya akan mempercayakannya pada dokter Emir."
Apa yang dikatakan Handaru tentu saja mengejutkan semua kru IGD. Pasalnya mereka hanya tahu kalau Emir hanyalah dokter residen bedah tahun kedua. Tapi pria itu sudah dipercaya memegang jabatan yang ditinggalkan dokter Ilham. Jika yang ditunjuk adalah Irsyad, mereka tidak akan terkejut.
"Tapi dok, Emir itu hanyalah dokter residen bedah tahun kedua. Bagaimana dokter menunjuknya sebagai dokter kepala IGD?" protes Gusti.
"Dokter Emir memang masih menempuh residensi untuk spesialisasi bedah. Tapi sebelum mengambil residen bedah, dia sudah lulus sebagai dokter spesialis emergensi. Dulu kami pernah bekerja di rumah sakit yang sama dan saya menjamin kalau dokter Emir adalah dokter yang baik dan mampu memimpin IGD ini."
Lagi-lagi perkataan Handaru mengejutkan semua orang. Gusti sendiri nampak shock. Dia masih belum percaya dokter yang usianya dua tahun di bawahnya sudah menyandang gelar dokter spesialis emergensi. Selama ini, dia tidak melihat sesuatu yang spesial dari Emir.
"Baiklah, saya harap kinerja IGD lebih baik lagi di bawah kepemimpinan dokter Emir," Handaru mengakhiri briefing hari ini.
"Lalu bagaimana dengan pasien BPJS? Saya harap rumah sakit tidak menolak lagi pasien BPJS."
Ucapan Emir sukses menghentikan langkah Handaru. Pria itu berbalik kemudian melihat pada Emir dengan tatapan tajam. Baru hitungan detik menjabat sebagai dokter kepala, pria itu sudah melontarkan pertanyaan menyebalkan.
Bukan Handaru anti pada pasien BPJS, hanya saja dia malas kalau harus berdebat dengan dewan direksi lagi. Perintah mereka sudah jelas untuk menolak pasien BPJS.
"Untuk saat ini perintah sudah jelas, rumah sakit tidak menerima pasien BPJS."
"Kalau memang rumah sakit ini tidak menerima pasien BPJS lagi, sebaiknya cabut pemberitahuan yang ada di bagian depan rumah sakit dan minta semua faskes satu menghapus rumah sakit ini dari daftar rumah sakit rujukan."
Suasana yang semula santai, kini mulai berubah tegang. Mereka terkejut melihat sikap Emir yang langsung berubah seratus delapan puluh derajat setelah mendapat kepercayaan sebagai kepala IGD. Irsyad tersenyum tipis melihat perdebatan dua pria di depannya.
Tanpa mengatakan apapun, Handaru langsung meninggalkan IGD. Dia tidak mempedulikan teriakan Emir berikutnya.
"Selama anda tidak menghapus nama rumah sakit ini dari daftar, aku akan terus menerima pasien BPJS!"
Nayraya hanya menggelengkan kepalanya saja. Ternyata bukan hanya Irsyad, tapi Emir pun cukup punya nyali untuk berseteru dengan Handaru.
"Oke pemberitahuan sudah berakhir, silakan bersiap di pos masing-masing."
Emir membubarkan kru IGD. Kru shift malam dipersilakan untuk pulang sementara shift pagi bersiap untuk bertugas. Gusti mendekati nurse station. Dia masih belum puas dengan penunjukkan Emir sebagai dokter kepala IGD yang baru.
"Aku tidak percaya dia bisa memimpin IGD ini," ujar Gusti pelan. Namun semua suster yang berada di nurse station termasuk Reynand yang baru datang bisa mendengarnya.
"Apa kamu tidak dengar tadi? Dokter Emir sudah menyandang gelar spesialis emergensi. Itu artinya dia sekarang yang menjadi pembimbing mu menggantikan dokter Ilham."
"Aku tidak menyukainya. Aku pikir dia tidak sehebat itu."
"Jangan menilai orang dari luarnya saja. Sejauh ini justru aku melihat dokter Emir seperti belum memperlihatkan kemampuan yang sebenarnya. Aku yakin dia lebih dari mampu untuk memimpin departemen ini. Kita lihat saja nanti."
Reynand menepuk pundak Gusti sebelum pergi meninggalkan IGD. Dia hendak berkeliling mengunjungi pasiennya yang menjalani rawat inap. Salah satunya adalah Ivana. Gadis itu masih menjalani rawat inap dan rencananya hari ini dia diperbolehkan pulang.
Lift yang ditumpangi Reynand berhenti di lantai sepuluh. Pria itu segera keluar dari kotak besi lalu berbelok ke arah kanan. Reynand memasuki kamar di bagian paling sudut. Begitu memasuki kamar rawat VIP tersebut, tidak ada siapapun di sana. Hanya ada Ivana saja.
"Pagi Ivana," sapa Reynand.
"Pagi dokter Reynand."
"Bagaimana kabar mu hari ini?"
"Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar."
Reynand tak bisa menahan tawanya mendengar jawaban Ivana yang persis seperti anak TKQ. Dokter residen internis itu segera memeriksa keadaan Ivana. Seorang suster dengan cepat menghampiri dengan catatan medis di tangannya.
"Kondisinya sudah baik, dok. Tekanan darah normal, begitu pula dengan nadinya," terang suster tersebut.
"Obatnya dihentikan saja dan ganti dengan vitamin."
"Baik, dok."
"Sudah siap pulang, Ivana?"
"Sudah, dok."
"Bagaimana konsultasi mu dengan psikolog?"
"Baik. Kami ada jadwal pertemuan Minggu depan."
"Baiklah, aku akan menyiapkan surat untuk kepulangan mu. Tapi aku harap kamu tidak melakukan hal sembrono lagi. Ingat, hidup mu itu berharga."
"Siap, dok. Eeuungg.. apa dokter Emir masuk hari ini?"
"Yap."
"Dia ada di IGD?"
"Iya. Sekarang dia adalah dokter kepala IGD yang baru."
"Benarkah? Wah hebat sekali. Apa aku bisa bertemu dengannya sebelum pulang?"
"Tentu saja."
"Terima kasih, dok."
"Sama-sama. Stay healthy, think clearly."
Reynand mengusak puncak kepala Ivana lalu keluar dari ruang rawat tersebut. Wajah Ivana nampak sumringah setelah mengetahui dirinya bisa segera keluar dari rumah sakit. Sebelum pergi, dia akan melihat dokter Emir. Dokter yang sudah menyadarkannya untuk tidak bertindak konyol dan lebih menghargai hidup.
***
Di ruang kerjanya, Handaru baru saja menandatangani kesepakatan kerjasama antara BMC dengan AvaMed. Jumlah uang yang digelontorkan AvaMed cukup besar dan dengan uang itu, perusahaan yang bergerak di bidang farmasi tersebut ingin membuat beberapa perubahan manajamen di BMC. Mereka mempercayakan Sentanu sebagai perwakilan mereka di rumah sakit tersebut.
"Karena kita sudah menandatangani perjanjian, itu artinya kamu tidak keberatan dengan beberapa perubahan yang terjadi di rumah sakit ini," ujar Sentanu.
"Asalkan perubahan yang terjadi tidak sampai menghentikan kami memberikan pelayanan pada pasien, aku setuju."
"Baiklah. Sekarang kita jelaskan dulu posisi ku di sini. Kamu bukan direktur lagi di sini."
"Apa maksud mu?" raut wajah Handaru menunjukkan keterkejutan.
"Di sini kita akan membagi tugas dengan jelas. Kita akan menghapus posisi Direktur dan menggantinya dengan CMO dan CEO. Kamu akan menjadi CMO, sementara aku CEO. Hal yang berkaitan dengan medis menjadi tanggung jawab mu, sementara yang berkaitan dengan manajemen menjadi tanggung jawab ku."
Terdengar helaan nafas lega Handaru. Dengan dibaginya kepemimpinan menjadi dua seperti ini, artinya dia akan fokus mengurus hal-hal yang berkaitan dengan dunia medis, seperti bertanggung jawab untuk semua staf medis, layanan medis, menetapkan dan menjaga standar pelayanan medis dan lainnya yang berhubungan dengan medis.
Sementara Sentanu akan bertanggung jawab untuk manajemen secara keseluruhan, strategi bisnis dan keuangan. Standar manajemen seperti ini sudah diadaptasi oleh rumah sakit besar, salah satunya adalah Ibnu Sina.
"Lalu bagaimana dengan klinik bedah plastik yang ku minta?"
"Kami sudah menyiapkannya. Klinik bedah plastik akan berada di departemen yang berbeda. Dokter Park bisa memilih timnya sendiri. Untuk ruangan, kami sudah menyiapkan sayap gedung di lantai empat. Areanya cukup luas dan belum pernah digunakan sebelumnya.
"Tidak. Aku tidak mau di sana. Sebenarnya aku sudah mendapatkan area yang menurut ku pas."
"Di mana?" tanya Handaru bingung.
"Aku akan menunjukkannya pada mu."
Sentanu bangun dari duduknya lalu mengajak dokter bedah digestif itu untuk mengikutinya. Pria itu mengajak Handaru turun ke bawah mengunakan lift. Sesampainya di lantai dasar, Sentanu mengajak Handaru menuju IGD.
Perasaan Handaru langsung tidak enak ketika Sentanu menuju IGD. Dia sudah bisa menebak area mana yang dimaksud oleh Sentanu. Sesampainya di IGD, Sentanu berhenti lalu melihat pada Handaru.
"Apa kamu tidak mau memperkenalkan ku pada mereka?" tanya Sentanu.
"Perkenalkan ini Bapak Sentanu. Sekarang dia adalah CEO di rumah sakit ini."
Terdengar kasak-kusuk dari para kru IGD. Pagi ini mereka terus mendapat kabar yang mengejutkan. Emir dan Irsyad yang sedang memeriksa pasien sampai harus keluar untuk melihat pria bernama Sentanu itu.
"Saya Sentanu, dan berharap bisa bekerja sama dengan kalian semua. Untuk hal yang berkaitan dengan manajemen akan menjadi tanggung jawab saya. Sementara untuk masalah medis tetap dipegang oleh dokter Handaru. Dan saya juga ingin memberitahukan kalau kita akan segera membuka departemen baru, yakni klinik bedah plastik. Saya berharap dibukanya departemen ini bisa mendongkrak pemasukan bagi BMC. Dan ruangan di sebelah IGD ini akan dijadikan tempat praktek plastik bedah."
Irsyad dan Emir tentu saja terkejut mendengarnya. Area yang baru saja dibangun diperuntukkan untuk memperluas IGD. Mereka akan menambah ruang tindakan dan membangun ruang hybrid. Sontak keduanya melihat pada Handaru. Irsyad berjalan mendekati Sentanu.
"Area itu diperuntukkan untuk perluasan IGD. Kalau kamu mau mengambilnya, kamu harus berhadapan dengan ku!"
***
Soal Gusti, dr. Ilham ngga pernah menjadikan dia penggantinya. dr. Ilham cuma menanyakan masa residennya berapa lama lagi. Artinya sebentar lagi Gusti bakal jadi dokter sp. Emergensi. Tapi bukan buat jadi penggantinya. Karena dr. Ilham tahu sudah ada Irsyad dan Emir yang cocok jadi penggantinya. Sekian sekilas info🤗
Ini penampakan Handaru versi ku
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂