"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan Yang Aneh
Pagi ini Deril sudah lebih segar daripada kemarin saat ia mengalami alergi. Obat yang diberikan dokter Dina cukup ampuh pada tubuhnya.
"Sayang... Udah pagi ayo ba_"
Wanita bermanik hazel brown ini membuka matanya dan bangun lalu setengah berlari ke kamar mandi memuntahkan lagi isi perutnya. Dengan cepat Deril menyusul istrinya ke dalam sana.
"Sabar ya sayang, muntahin aja sini." Tangan Deril terus memijat leher istrinya.
Namun Anna tidak menjawabnya. Ia fokus membersihkan dirinya di bantu suaminya. Juga, Deril mengganti pakaian istrinya. Di tempat tidur, ia memijat pundak sang istri dan membalur tubuhnya dengan minyak kayu putih.
Kepala Anna hanya menunduk tanpa bicara, ia masih merasakan mual namun tak ia bicarakan dengan suaminya. Anna berusaha ikhlas menerima kehamilannya walaupun tubuhnya terasa tersiksa.
"Aku buatin teh jahe ya sayang, biar hangat tunggu yah."
"Iya yank." Jawab Anna dengan lesu. Ia membaringkan dirinya sambil menunggu suaminya.
Selesai membuat teh, Deril bergegas ke kamar dan memberikan pada istrinya. Ia juga memeriksa kandungan istrinya. "Alhamdulillah semuanya normal dan anak kita sehat ya sayang. Berat badannya juga bertambah. Kamu ibu yang hebat sayang." Kata Deril dengan lembut.
"Iya yank, aku mau tidur dulu yah. Kamu kerja jam berapa?"
"Siang jam satu, jam lima mungkin aku udah di rumah. Hari ini tidak ada jadwal operasi hanya praktek biasa. Mau ikut aku enggak? Nanti pulangnya kita jalan-jalan."
Anna bangun lagi dan menatap suaminya. "Mau yank, tapi aku tidur lagi yah."
"No, makan dulu sayang terus minum obat sama vitaminnya."
Bumil ini menuruti suaminya tanpa membantah. Keduanya mandi pagi bersama, Deril benar benar merawat istrinya, ia membuktikan omongannya. Anna sangat tersentuh akan perhatian dari suami tampannya ini.
Selesai mandi keduanya ke lantai bawah untuk sarapan pagi bersama orang tua Anna. Saat di meja makan, papih Alarich meminta Anna dan Deril agar pindah ke kamar bawah karena khawatir akan kandungan Anna.
Pasutri ini mengangguk pelan, mereka akan pindah ke bawah seusai Deril pulang kerja. Mamih Aleesya datang membawa kue yang ia buat untuk Anna.
"Nanti di makan ya sayang, bumil harus banyak makan. Sama es krim-nya juga, mamih udah stok di freezer."
"Makasih ya mamih." Anna memeluk mamihnya dengan penuh kasih sayang. Perhatian yang ia rindukan dari orang tuanya kini ia dapatkan kembali.
Orang tua Anna sudah bisa menerima kehamilan anaknya ini. Meskipun di awal mereka sangat syok tapi bayi yang di kandung Anna tidaklah berdosa.
"Cucu omah yang sehat ya nak. Nanti kalau udah tujuh bulan, kita beli perlengkapan bayi ya sayang."
"Terima kasih mih." Ucap Deril lembut.
-
-
-
Sebelum menuju tempat kerja Deril, rupanya pasturi ini mampir ke caffe yang biasa Anna datangi dulu. Namun saat ke sana, mereka tak sengaja bertemu Brian.
Tapi yang anehnya, keadaan Brian nampak mengkhawatirkan. "Anna... Hai... Kamu apa kabar?" Tanya Brian basa-basi, dengan memakai tongkat untuk menopang kakinya.
"Ba-baik. Kamu kenapa?" Tanya Anna.
Tangan Deril semakin mengeratkan jemari istrinya ini. Anna melirik ke arah suaminya sekilas dan menatap lagi Brian. Sang suami tidak bicara apapun, ia akan menunggu istrinya.
"Oh ini.. Aku kecelakaan, aku permisi ya An. Oh iya, aku harap kamu bahagia dengan pernikahan mu." Lirih Brian dengan melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Anna dan Deril.
Pasturi itu menoleh kemana Brian pergi. Mata Deril menatap istrinya lekat. "Udah kangen kangenan-nya?" Tanyanya, dengan cemburu.
"Apaan sih yank? Kan kita juga enggak sengaja ketemu dia. Wajar donk aku tanya, kecuali aku pelukan sama dia baru kamu marah!" Ucap Anna sambil menghentakkan kakinya ke dalam.
Dengan penuh kesabaran Deril bergegas menyusul istrinya. Sampai di dalam ia juga yang memesankan makanan untuk Anna. "Kamu kenapa?" Tanya Deril heran.
Sedari tadi sejak bertemu Brian, istrinya ini diam seribu bahasa. Anna menoleh pada suaminya. "Brian! Memang luka kecelakaan sampai lebam di wajah? Terus kakinya kayak di pukul benda tajam." Ucap Anna.
"Ya mana aku tahu sayang. Kamu khawatir sama dia?" Deril kembali bertanya dengan sorot matanya yang tajam.
"Enggak kok! Aneh aja kecelakaannya, masa sampai muka lebam. Waktu kak Athala kecelakaan mobil dia enggak kayak gitu, yank." Lanjut Anna tidak mau kalah.
Mood Deril seketika turun. "Kita pu_"
"Iya iya sayang, jangan marah donk. Aku kan cuma heran aja." Anna mendengus kesal pada suaminya ini. Ia juga menahan tangan Deril.
Deril kembali duduk bersama istrinya. Ia mengalihkan perhatiannya dengan membicarakan liburan yang sudah ia rencanakan. "Terserah kamu aja yank, aku nurut aja." Ucap Anna lembut.
Jemari Deril membelai lembut pipi istrinya dan mengecupnya. "Kita makan dulu yah sayang, love you."
"Love you too, yank."
-
-
-
Tiba-tiba ketika Deril dan Anna baru sampai rumah sakit, mereka di hebohkan dengan beberapa wartawan yang ingin mewawancarai pasangan ini.
Anna berlindung dibelakang suaminya. Beberapa satpam rumah sakit dan staff disana mencoba menghalau para jurnalis itu.
"Dokter, apa benar sewaktu bertemu Ariana di club?" Ucap salah seorang wartawan.
"Ari, katanya lagi hamil yah? Baru sebulan me_"
"STOP! Iya benar istri saya hamil, kenapa ada masalah sama kalian? Kami sudah menikah secara agama saat di Amerika, lalu kami melegalkan di sini, puas kalian?" Deril membentak para jurnalis itu.
Namun Anna sama sekali tidak bicara, ia ketakutan dan terus memegang lengan suaminya juga menunduk. Deril menyuruh satpam itu mengusir jurnalis yang ada di sana.
"Ayo sayang." Bergegas, Deril membawa istrinya ke dalam ruang kerjanya. Ia memberikan segelas air putih.
"Aa-aku takut yank."
Deril berdiri menghubungi Bima. "Kenapa belum dibereskan? Cepat bereskan wartawan syalan itu! Brengsek! Mereka sudah mengganggu istriku!" Ucap Deril dengan nada tinggi.
"Baik boss."
Ia kembali duduk di samping istrinya dan menenangkannya. Athala menghubungi dirinya, sebagai kakak ipar ia juga akan membantu Deril dan Anna. Agar para jurnalis itu tidak menulis berita buruk tentang keluarga mereka.
"Kamu tenang ya sayang. Bima sama kakak kamu sedang membereskan mereka." Kata Deril sambil mendekap erat istrinya.
"Yank... Apa kita pindah aja? Papih punya rumah di Australia, kita pindah kesana aja ya yank. Kamu bisa ker_"
"Ssstt sayang lihat aku, kita tidak akan kemana-mana. Kita akan tetap bersama. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu sayang." Lirih Deril.
-
-
Rupanya papih Alarich juga bertindak tegas pada perusahaan yang menaungi para jurnalis itu. "Gimana pih?" Tanya mamih Aleesya dengan cemas.
"Sudah mih, mereka tidak akan bisa memberitakan Anna dan Deril lagi jika masih ingin berkarir." Jawab papih Alarich dengan suara beratnya.
"Syukurlah pih. Kasihan anak-anak kita pih. Terlepas kesalahan mereka dulu, tapi mereka tetap anak dan menantu kita. Mamih mau telepon Anna, pasti dia ketakutan sekarang." Lirih mamih Aleesya.