NovelToon NovelToon
Jangan Pernah Bersama

Jangan Pernah Bersama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21.Ajakkan.

Kantin sekolah sore itu ramai oleh suara obrolan dan denting sendok. Aroma gorengan dan mi instan memenuhi udara, membuat suasana terasa riuh namun hangat. Clara dan Ria duduk di pojok dekat jendela, tempat favorit mereka karena agak jauh dari keramaian dan bisa melihat halaman luar.

“Untung aku cepet pesen,” ujar Ria sambil menyodorkan segelas es teh ke arah Clara. “Tadi udah hampir keabisan nasi goreng.”

Clara tersenyum tipis. “Thanks, Ri. Hari ini rasanya panjang banget, padahal baru setengah hari.”

“Panjang karena ada pameran cinta di kelas tadi?” goda Ria sambil menyenggol siku Clara.

Clara mendesah pelan, tapi sudut bibirnya terangkat sedikit. “Kalau ada penghargaan untuk pasangan paling berlebihan di jam pelajaran, Arman sama Loly pasti menang telak.”

Ria tertawa kecil, tapi sebelum sempat menjawab, langkah-langkah berat terdengar dari arah pintu kantin. Suara ramai di sekitar perlahan mereda bukan karena sesuatu yang besar, tapi karena semua orang tahu siapa yang baru datang.

Finn.

Dengan gaya santainya yang khas, kemeja putihnya dibiarkan sedikit terbuka di bagian atas, dasi tergantung di leher, dan wajahnya memancarkan rasa percaya diri yang berlebihan. Ia berjalan melewati meja-meja dengan langkah ringan, menepuk bahu beberapa teman laki-lakinya sambil tertawa.

Ria yang baru saja menyesap minumannya langsung mengerutkan kening. “Ngapain tuh anak ke sini?”

Clara menatap ke arah pintu sekilas. Begitu pandangannya bertemu dengan mata Finn, ia tahu cowok itu datang bukan kebetulan.

Gawat, apa dia mau buat perhitungan dengan ku? karena tadi. pikir Clara yang cemas.

Clara langsung memalingkan pandangannya dari Finn, dan berbisik kearah Ria. “Ri, sebaiknya kita kembali ke kelas saja”

“Kenapa? ”tanya Ria yang bingung.

Belum sempat menjawab pertanyaan Ria,Finn tersenyum miring, lalu berjalan langsung ke arah meja mereka. Suara sandal sepatunya terdengar jelas di lantai kantin yang licin.

“Boleh duduk?” katanya sambil menarik kursi di depan Clara tanpa menunggu jawaban.

Ria spontan menegakkan punggung. “Boleh—”

“Eh, tunggu dulu.” Clara memotong dengan nada datar, matanya masih menatap gelasnya sendiri. “Kak apa tidak lihat banyak bangku kosong?malah desakan dengan adik kelas. Bangkunya penuh! .”

Finn menyandarkan tubuhnya di kursi, tangannya menyilangkan di dada. “Boleh kamu tinggalkan kita berdua,aku ingin bicara empat mata dengan Clara.”

Ria langsung beranjak dari bangkunya, dengan membereskan makanan di mejanya.“Silahkan saja kak!, aku juga ada perlu di perpus. ”

Clara mendengus. “Tunggu-tunggu kamu mau kemana?,aku ikut!.”

Lalu tiba-tiba tangan Clara ditahan oleh Finn, ia memegang tangan Clara dengan erat.

Finn meliriknya sekilas lalu balik menatap Clara. “Aku bilang mau bicara dengan mu, kenapa kamu malah mau pergi? .”

Mereka berdua saling menatap, dan Ria memperhatikan tatapan yang tidak boleh ada orang ketiga. “Kalau begitu, aku pergi dulu Clar.”

Clara menatap tangan Finn yang masih mencengkeram pergelangannya. Sentuhannya tidak menyakitkan, tapi cukup kuat untuk membuatnya tak bisa bergerak. Suara-suara di kantin mulai mereda; banyak mata kini memperhatikan mereka. Beberapa bisikan terdengar samar.

Bocah ini mau apa sih!, pikir Clara kesal.

“Lepasin, Finn,” ucap Clara pelan, suaranya bergetar tapi tegas. Ia tahu setiap detik mereka seperti itu hanya akan menambah bahan gosip.

Finn tidak menjawab. Tatapan matanya dalam campuran antara frustrasi dan ketakutan. “Aku gak akan lepasin kamu sampai kamu dengerin aku,” katanya pelan tapi keras cukup untuk didengar oleh orang di sekitar.

Clara menarik napas panjang. Ia menunduk, menutupi wajahnya dengan rambut agar tak terlalu jadi pusat perhatian. “Oke..,” katanya akhirnya, lirih. “Sekarang bicaralah!,kalau tidak sebaiknya aku pergi.”

Finn mengangguk cepat, seolah takut kesempatan itu akan hilang kalau ia tidak menuruti. Ia melepaskan genggamannya, tapi tetap berdiri di samping Clara, menjaga jarak seakan takut gadis itu benar-benar kabur. Mereka berjalan ke sudut kantin yang agak sepi, beberapa pasang mata masih menatap dengan rasa ingin tahu.

Clara duduk tanpa bicara. Ia meraih gelas jus di depannya, mencoba menenangkan diri. “Kamu mau ngomong apa?” tanyanya datar.

Finn menatap meja beberapa detik sebelum akhirnya berkata, “Aku mau buat tawaran dengan mu.”

Clara terdiam. Kata-kata itu menusuk sesuatu di dadanya yang sudah ia kubur dalam-dalam. Ia menatap Finn, matanya sedikit bergetar. “Tawaran?maksudnya jelaskan kak?.”

“Jadi pacar ku”ucapnya Finn cepat dan jelas.

Clara pun terkejut mendengar tawaran Finn, “Hah!, kau gila?.”

“Terserah kamu bilang apa, tapi itu semua gara-gara kamu. ”

“Aku? memangnya aku kenapa?. ”

“Kakek ku mau kamu jadi pasanganku, setelah apa yang kamu lakukan pada mereka di rumah sakit. mereka berdua suka dengan mu, mereka ingin kita jadi pasangan. Bahkan kakek sudah bicara dengan ayahmu, yang mau menjadikan hubungan kita sebuah ikatan bisnis. ”

“Tunggu.., apa hubungannya kita jadi pasangan dengan bisnis ayahku?. ”

“Kamu tahu ayahmu ramah dengan kakek ku, karena ia ingin berkerjasama dengan perusahaan kita. ”

Clara terpaku. Untuk sesaat, suara-suara di kantin menghilang, berganti dengan dengung kosong di telinganya. Kata-kata Finn tadi—“kakekku sudah bicara dengan ayahmu”—seperti memutar ulang memori lama yang selama ini ia kira sudah terkubur bersama masa lalu yang tak akan pernah kembali.

Tangannya yang memegang gelas jus tiba-tiba terasa dingin. Pandangannya kabur, bukan karena air mata, tapi karena otaknya menolak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Di kehidupan dulu—

Ia masih ingat, bagaimana ayahnya, Pak Lukman, dengan senyum yang terlalu tenang, membicarakan rencana besar tentang merger dua perusahaan keluarga.

“Clara, ini kesempatan bagus untuk masa depan kita. Keluarga Morgan ingin menjodohkan cucunya denganmu. Mereka orang baik, dan masa depanmu akan terjamin.”

“Tapi yah_”

“Tidak ada tapi.., kamu harus bertunangan dengan cucu Morgan itu setelah lulus sekolah. ”

Waktu itu Clara tidak bisa menolak permintaan ayahnya,ia mengira itu ayahnya tidak akan memaksakan kehendaknya untuk putri satu-satunya. Tapi ketika ayahnya mulai serius membicarakan tanggal pertemuan dan makan malam keluarga, hatinya langsung menolak keras.

“yah, aku gak mau dijodohin sama siapa pun. Aku udah punya Arman,dia pacarku dan aku tidak mau menikah dengan orang lain selain dirinya.”

Arman cowok yang dulu ia yakini sebagai cintanya. Cowok yang dengan manis berjanji akan menemaninya sampai akhir, tapi justru pergi meninggalkan luka. Karena cinta buta itu, Clara menolak mentah-mentah perjodohan itu. Ia bahkan tidak mau tahu siapa calon tunangannya, apalagi menemuinya.

Dan kini…

“Finn…” Clara memandang cowok di depannya dengan tatapan tak percaya. “Dari mana..dari mana kamu mendengar nya?”

Finn menjawabnya dengan serius. “Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kakek di telepon, sepertinya ia sedang berbicara dengan ayahmu karena menyebutkan namamu. kakek hanya kenal nama Clara moestopo itu dirimu. ”

Clara terdiam. Dadanya sesak. Dunia seakan berhenti berputar sejenak.

Jadi cowok dulu yang mau dijodohkan adalah Finn, aku tidak menyangka ayah mau menjodohkan aku dengan bocah badung kayak dirinya. pikir Clara yang terus mengamati dengan tidak percaya.

“Tidak mungkin…” bisiknya pelan. Ia menatap Finn lekat-lekat, ia melihat nya dengan teliti, dari wajahnya dan modelnya seperti preman kampung. Ayah apa tidak bisa menilai, cowok rambut bercat warna-warni, telinga bertindik dan gaya sok keren. ayah mau menyuruhku menikah dengan nya. pikir Clara dengan kening berkerut.

Finn memperhatikan perubahan ekspresi Clara, keningnya berkerut. “Kamu kenapa? Kok tiba-tiba diam?”lanjut Finn, “memangnya ada yang salah dengan ku? ”

Clara tersenyum kaku. “Jangan bercanda”

“Apa kamu lihat aku seperti bercanda?”

“Tidak, kalau begitu apa kamu mau kita mengumumkan jadi pasangan? jangan mimpi! ”tolak tegas Clara.

“Kita hanya pura-pura saja, kamu tahu bukan kondisi nenekku. ini permintaan pertama nenek untuk ku, jadi aku minta tolong padamu”

“Jadi kamu minta aku bohongin keluargamu, tapi Finn itu namanya tetap bohong”

“Tapi aku tidak minta kamu menikah dengan ku sekarang”

Clara terdiam, ekspresi tidak suka masih ia tunjukkan. akhirnya kita juga menikah bodoh!, pikir Clara.

“Maaf, aku menolak. cari saja wanita lain dan kalau masalah ayahku aku akan tegas menolaknya”

Clara langsung beranjak dari tempat duduknya setelah menolak permintaan Finn, lalu pergi dari kantin.

Dan Finn masih duduk sambil melihat Clara berjalan menjauh dari nya, tatapan Finn tidak pernah lepas dari Clara dalam dirinya seperti ada rasa kecewa yang tidak sanggup untuk ia dengar.

1
Putri Ana
thorrr lanjuttttt dong.🤭
Putri Ana
lanjutttt thorrr 😭😭😭😭😭😭😭
penasaran bangetttttttt🤭
Putri Ana
bagussss bangettttt
Putri Ana
lanjutttttttttytttttttttt thorrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!