Hidupku yg sempurna berubah 180° berkat perselingkuhan ayahku. Aku yg dulu hidup bagai tuan putri kini harus bekerja keras mencari nafkah demi kelangsungan hidupku, belum lagi ibuku yg jatuh sakit pasca perceraian. Bagaiamana aku harus bertahan??
#HowtoFight??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21 Menunggu
Di tengah hujan deras tersebut Margaret terus melaju dan pulang ke apartemennya. Setelah mempersiapkan barang bawaannya, Margaret langsung menuju ke bandara. Karena cuaca buruk kemungkinan penerbangan akan ditunda selama beberapa jam. Dirinya kembali terdiam dan menunggu penerbangannya.
Dalam hatinya sudah tak karuan karena ini menyangkut nyawa sang ibu. Margaret sudah tak tahu lagi jika dirinya terlambat sampai tiba di rumah sakit. Detik demi detik ia tetap bertahan menunggu, bahkan untuk menelan segigit roti saja mulutnya tak sanggup.
Beberapa jam kemudian, barulah pesawat bisa berangkat. Dan hal itu membuatnya sedikit lega. Perasaannya semakin tak menentu, meski belum ada kabar lagi dari Theresia. Rasanya seperti habis berlari maraton, jantungnya terus berdegup cepat.
Hingga pesawat mendarat dan Margaret langsung bergegas keluar dengan menarik kopernya. Tujuannya tentu saja langsung rumah sakit tempat sang ibu dirawat. Margaret bahkan berlari hingga ditegur pihak rumah sakit.
"Margie.. Pelan-pelan." ucap Theresia.
"Iya.." jawabnya.
Setibanya di ruangan, kondisi ibunya sudah tak sadarkan diri. Banyak alat yang menempel pada tubuhnya yang kurus. Apa yang terjadi hingga tiba-tiba kondisi ibunya melemah??
Setelah berkonsultasi dengan dokter, Margaret hanya bisa pasrah menunggu hingga ibunya siuman. Dirinya terus menunggu seharian di depan kamar ibunya karena hanya diperbolehkan masuk selama beberapa menit.
"Margie, kamu pulang dulu.." ucap Theresia.
"Tapi tante.." ucap Margaret.
"Mama-mu baik-baik saja, semua yang ada disana teman-teman tante." ucap Theresia.
"Bagaimana kalau mama sadar dan aku tak ada disana?" tanya Margaret panik.
"Kan tante sudah bilang, mereka teman-teman tante, mereka berjanji akan langsung mengabari." ucap Theresia.
"Tapi.." ucap Margaret.
"Sudah ayo pulang, kamu belum makan apapun dari semalam, bahkan kamu juga belum tidur." ucap Theresia.
Theresia mengajak Margaret pulang untuk beristirahat. Untungnya Margaret menurutinya dan pulang bersama Theresia. Theresia memaksanya makan dan menyuruhnya tidur, baru boleh kembali ke rumah sakit.
Tak terasa sudah 3 hari berlalu, keadaan Chyntia tak berubah. Margaret merasa sangat terpukul dan sedih. Sudah tak ada lagi semangat dalam hidupnya. Margaret hanya bisa mengerjakan pekerjaannya sambil menunggu ibunya sadar di depan ruangannya. Bahkan dirinya tak makan dengan benar sejak datang ke rumah sakit.
Theresia sudah mencoba memaksanya makan, tapi tak banyak yang bisa ditelan olehnya. Theresia jadi semakin tak tega pada ibu dan anak tersebut.
1 Minggu berlalu, 2 minggu, bahkan sampai 1 bulan, tak ada perubahan yg signifikan. Margaret bahkan sudah dapat surat teguran dari kantor. Hingga dirinya mengirim surat resign pada atasannya dan juga ayahnya lewat email.
Sontak David terkejut akan keputusan putrinya dan memanggilnya ke kantor. David berkata jika ingin resign bereskan semua barang-barangnya di kantor. Untuk itu Margaret pulang sejenak ke Indonesia. Banyak sekali yang harus diurus olehnya dan dirinya kembali butuh uang cepat untuk mengurus sang ibu.
Setiba di Indonesia, Margaret langsung pulang ke apartemennya. Dirinya mengambil beberapa barang dan merapikannya ke dalam koper besar. Kemudian menghubungi beberapa agen properti untuk menjual sisa aset ibunya. Dalam minggu ini kemungkinan semuanya akan beres.
Setelah itu, Margaret menghubungi Monica dan mengabari kabar terbarunya. Margaret berniat untuk tinggal di Singapura hingga kesehatan ibunya pulih dan berhenti dari pekerjaannya. Monica hanya bisa membantu sebisanya dan berdoa untuk kebaikan Margaret.
Esok harinya Margaret pergi ke kantor untuk membereskan semua barangnya. Dirinya berpamitan pada beberapa rekan dan juga Julian. Julian sungguh menyayangkan kepergian Margaret, tapi kondisinya juga terlihat tak baik-baik saja.
"Apa tuan David sudah tahu?" tanya Julian.
"Sudah, tapi lebih baik beliau tak peduli padaku pak." ucap Margaret.
"Baiklah, Margaret semoga kau bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik setelah ini." ucap Julian.
"Terimakasih pak." ucap Margaret.
"Tuan David memanggilmu ke ruangannya." ucapnya.
"Baik pak." jawab Margaret langsung menuju ke ruangan David.
Setibanya disana, David sudah menunggunya dan sudah mempersiapkan banyak pertanyaannya tapi tak banyak yg bisa keluar dari mulutnya.
"Margie, bagaimana kondisi ibumu?" tanyanya.
"Tidak baik, mama belum sadarkan diri." ucap Margaret mulai menangis.
"Kau hebat, kau sudah menjaganya dengan baik." ucap David.
"Iya pa.." ucap Margaret.
"Tapi ibumu itu sebenarnya sakit apa? Papa ingin menjenguknya tapi tidak bisa." ucap David.
"Lebih baik papa tidak tahu, aku tak mau kondisi mama semakin memburuk jika wanita itu datang." ucap Margaret.
"Maafkan papa nak.. semua salah papa." ucap David menepuk pundak Margaret.
"Tak ada gunanya papa menyesal, kata maaf papa takkan bisa mengubah situasinya." ucap Margaret.
"Baiklah, jika kau kembali kemari, papa akan tetap menerimamu bekerja." ucap David.
"Aku tidak yakin pa.." ucap Margaret.
"Kau sungguh akan pindah kesana?" tanya David.
Margaret pun hanya menganggukan kepalanya sambil mengusap air matanya. Sungguh David kembali melihat putrinya menangis dengan sesedih ini.
"Jika butuh sesuatu,hubungi papa, papa akan bantu." ucap David.
"Terimakasih pa. Aku permisi." ucap Margaret.
Setelah ini, Margaret punya banyak urusan yang harus diurus. Mulai dari penjualan sisa aset, pengurusan Visa, hingga mengurus apartemennya yang sudah lama ia tinggalkan.
Monica pun hadir menemaninya kesana kemari mengurus hal tersebut. Hingga Margaret jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Menurut dokter Margaret kelelahan dan juga kurang nutrisi. Monica menjelaskan sedikit kondisi Margaret pada dokter dan menjaganya di rumah sakit.
"Ugh.. Aku dimana?" tanyanya.
"Kau di rumah sakit, selama ini apa yang sudah kau makan sampai kurang nutrisi.?" tanya Monica.
"Aku hanya makan roti lapis." jawab Margaret.
"Jangan sok bule, kita ini orang Indo kalau belum makan nasi belum kenyang." ucap Monica.
"Aku tidak nafsu makan." jawab Margaret.
"Kau harus makan, kau itu akan kembali ke Singapura dan merawat ibumu kan?"
"Benar." ucap Margaret.
"Yasudah, kata dokter setelah infusnya habis kita baru boleh pulang." ucap Monica.
"Terimakasih Mon, berkatmu aku selamat." ucap Margaret.
"Ucapanmu membuatku merinding, sudah istirahat saja dan nanti kita langsung makan." ucap Monica.
Beberapa jam kemudian, Margaret keluar dari rumah sakit dan langsung diajak makan oleh Monica. Monica memaksanya makan dengan benar barulah mengantarkannya pulang.
Tubuh Margaret sangat lemah saat ini, selain tidak bisa tidur dengan benar, dirinya juga kehilangan nafsu makannya. Setibanya di apartemen dirinya langsung minum obat dan merebahkan tubuhnya. Theresia masih terus mengabari kabar ibunya yang belum ada perubahan.
"Mama kapan mama akan sadar??" gumamnya sambil menangis.
Hingga tak terasa Margaret tertidur di dalam kamarnya. Badannya sudah lelah dan langsung tidur seketika setelah meminum obat. Pagi harinya, Margaret terbangun dan langsung melihat ponselnya. Lagi-lagi kabar yang ia dapat masih sama, tapi hari ini kondisi tubuhnya sudah lebih baik. Margaret memutuskan untuk istirahat dan merapikan apartemennya. Entah berapa lama lagi nanti dirinya akan berada di Singapura hingga Margaret membereskan semua makanan yang ada di kulkasnya dan mengecek setiap sudut ruangan.
...----------------...