NovelToon NovelToon
Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / LGBTQ / GXG
Popularitas:3
Nilai: 5
Nama Author: Raylla Mary

"Briana Anderson, seorang miliarder berusia 30 tahun, bagaikan menggenggam dunia di tangannya. Dingin, penuh perhitungan, dan pemilik perusahaan multijutaan dolar, ia dikenal sebagai wanita yang selalu mendapatkan segala yang diinginkannya... hingga ia bertemu Molly Welstton.
Molly, yang baru berusia 18 tahun, adalah kebalikan sempurna dari Briana. Polos, pemalu, dan penuh dengan impian, ia berfokus pada studinya di jurusan manajemen bisnis. Namun, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat ketika jalan hidupnya bersilangan dengan CEO paling berkuasa dan posesif di New York.
Apa yang awalnya adalah ketertarikan sederhana, berubah menjadi sebuah obsesi yang membara. Briana bertekad untuk memiliki Molly dalam hidupnya dan akan melakukan segalanya untuk melindungi gadis itu dari ancaman apa pun — nyata atau hanya dalam bayangannya.
Akankah cinta Briana yang posesif dan menguasai cukup kuat untuk meluluhkan kepolosan Molly? Atau justru gairah cemburu si miliarder akan membuat Molly terasa terkurung? Sebuah kisah tentang kekuasaan, kontrol, dan cinta yang menantang semua aturan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raylla Mary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21

"Antara Ketakutan dan Keinginan"

Matahari pagi menembus tirai apartemen, menggambar garis-garis keemasan di atas seprai putih.

Molly membuka matanya perlahan, merasakan tubuhnya ringan dan aneh, seolah-olah telah menjalani mimpi yang masih enggan ia bangunkan. Kamar itu berbau parfum mahal, anggur, dan sesuatu yang tak terdefinisi—mungkin sentuhan malam sebelumnya, masih menggantung di udara.

Selama beberapa detik, dia terbaring di sana, tak bergerak, dengan wajah terbenam di bantal, mencoba mengingat setiap detail.

Ciuman. Tangan. Tatapan Briana ketika berbisik "kau sudah menjadi milikku".

Merinding menjalari tulang punggungnya, dan senyum tanpa sadar terbentuk di bibirnya.

Namun, senyum itu segera goyah.

Karena bersama dengan kehangatan datanglah ketakutan.

Apa artinya ini?

Apa yang baru saja dia, Molly Welstton, seorang mahasiswi delapan belas tahun, pemalu dan sejauh ini tidak berpengalaman, lakukan dengan seorang wanita kuat, hampir lima belas tahun lebih tua, pemilik sebuah kerajaan?

Briana bukanlah sembarang orang.

Dia adalah wanita yang memancarkan kekuatan dan kendali dalam segala hal—bahkan dalam cara dia bernapas. Namun, tadi malam, Molly merasa bahwa kendali itu telah dipatahkan olehnya. Bahwa, untuk beberapa menit, Briana telah menyerah.

Kenangan saat itu membuatnya tersipu.

Dia berbalik perlahan, dan jantungnya hampir berhenti.

Briana ada di sana, berbaring di sampingnya, rambutnya terurai di bantal, bibirnya sedikit terbuka dalam istirahat yang tenang. Bahkan saat tidur, dia tampak menguasai dunia.

Ada sesuatu yang tak terjangkau dalam dirinya—kekuatan sunyi yang membuat Molly merasa kecil dan terpesona.

Selama beberapa menit, dia hanya mengamati, seperti orang yang takut merusak lukisan yang sempurna.

Namun, keheningan segera pecah. Briana membuka matanya, perlahan, dengan tatapan tegas dan dalam yang selalu tampak tahu lebih dari yang seharusnya.

"Selamat pagi, sayang," katanya, suaranya serak dan lembut, suara yang membuat perut Molly mual.

Molly mengalihkan pandangannya, malu-malu. "Selamat pagi..."

Briana tersenyum tipis, mengulurkan tangannya dan mengusap ujung jarinya di wajahnya.

"Kau malu padaku sekarang?"

"Aku..." Molly mencoba berbicara, tetapi kata-kata itu hilang. "Aku hanya... tidak tahu harus berkata apa."

"Kau tidak perlu mengatakan apa pun," jawab Briana, dengan ketenangan yang kontras dengan gejolak yang dia rasakan sendiri. "Kemarin terjadi karena memang harus terjadi."

Molly menggigit bibir bawahnya, gelisah.

"Dan apa... artinya ini bagimu?" tanyanya, hampir berbisik.

Briana terdiam sejenak.

Dia duduk di tempat tidur, menopang seprai di tubuhnya, dan melihat ke luar jendela, matahari menerangi fitur-fiturnya dengan kelembutan yang kejam.

"Artinya kau milikku," katanya akhirnya, tanpa menatapnya. "Tetapi itu juga berarti aku... dalam bahaya."

"Bahaya?" Molly mengerutkan kening. "Kenapa?"

Briana berbalik perlahan, matanya tertuju padanya, dan untuk sesaat, Molly melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya: kerentanan.

"Karena aku tidak terbiasa terikat, Molly. Dan kemarin... kau mengusik sesuatu dalam diriku yang tidak aku duga."

Keheningan yang menyusul terasa berat.

Molly ingin menjawab, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.

Sebagian dirinya ingin berlari ke pelukannya dan mengatakan bahwa tidak ada yang penting—bahwa apa yang dia rasakan itu nyata dan indah. Bagian lainnya... ingin melarikan diri. Karena merasakan hal itu terlalu intens, terlalu menakutkan.

Dia menarik seprai hingga ke dada dan mengalihkan pandangannya.

"Aku tidak ingin mempersulit hidupmu..."

Briana tertawa singkat, tanpa humor.

"Sudah terlambat untuk itu, sayang."

Keduanya terdiam beberapa saat.

Briana bangkit, berjalan menuju dapur. Tubuhnya masih membawa keanggunan alami dari seseorang yang dilahirkan untuk menguasai ruang.

Saat dia menyiapkan kopi, pikirannya kacau.

Dia selalu menjadi pemilik dirinya sendiri. Memimpin pertemuan jutaan dolar, menghadapi pesaing tanpa berkedip.

Namun di sana, di rumahnya sendiri, setelah malam bersama seorang gadis delapan belas tahun, dia merasa... terpapar.

Molly telah menembus batasan yang belum pernah bisa dilakukan oleh wanita—atau pria—mana pun.

"Kau milikku."

Kata-kata yang diucapkan oleh Molly masih bergema di dalam dirinya.

Dan yang paling mengganggu adalah betapa hal itu membuatnya bergairah dan takut pada saat yang sama.

Ketika dia kembali ke kamar, Molly sedang duduk di tempat tidur, rambutnya berantakan, matanya berkaca-kaca.

Briana mendekat dan memberinya secangkir.

"Ini. Minumlah," katanya lembut.

"Terima kasih."

Molly memegang cangkir itu, tetapi tangannya sedikit gemetar.

"Briana... tadi malam... adalah pertama kalinya aku merasakan sesuatu seperti ini. Sesuatu yang... membuatku kehabisan napas. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku bisa merasakan ini pada seseorang."

Briana berlutut di depannya, meraih tangannya.

"Dan itu membuatmu takut?"

Molly mengangguk. "Takut. Tapi... juga membuatku bahagia."

"Aku tahu," Briana meremas tangannya, tatapannya tegas. "Dan memang begitu. Ketakutan adalah harga dari orang yang benar-benar merasakan."

Sentuhan di antara mereka lambat, menghibur.

Tetapi ada sesuatu di udara—ketegangan baru, halus, hampir tak terlihat, seperti garis yang akan putus.

Molly ingin tinggal, tetapi sesuatu di dalam dirinya mengatakan bahwa dunia di luar apartemen itu tidak akan selembut apa yang mereka alami di sana.

Briana menyadari tatapan kosong gadis muda itu.

"Kau berpikir untuk melarikan diri?" tanyanya, dengan senyum tipis.

"Tidak..." jawab Molly, ragu-ragu. "Aku hanya mencoba memahami apa diriku bagimu."

Briana menarik napas dalam-dalam.

"Kau adalah kekacauan yang aku inginkan tanpa aku sadari," katanya. "Dan aku belum pernah menginginkan apa pun dengan begitu kuat."

Ketulusan dalam suaranya membuat jantung Molly berdebar kencang.

Dia mencondongkan tubuh perlahan, menyandarkan dahinya ke dahi Briana.

"Kalau begitu jangan tinggalkan aku," bisiknya. "Bahkan jika aku membuatmu gila kadang-kadang."

Briana tersenyum, senyum yang sedih dan hangat pada saat yang sama.

"Aku sudah gila, sayang. Dan, untuk pertama kalinya, aku tidak tahu apakah aku ingin menyembuhkan diriku dari ini."

Mereka terdiam beberapa saat, hanya bernapas bersama.

Dunia di luar sana terus berjalan, tetapi di dalam apartemen itu, hanya ada suara dua wanita yang mencoba memahami cinta di tengah ketakutan.

Ketika Molly akhirnya bangkit dari tempat tidur dan mulai berpakaian, Briana mengamatinya dalam diam.

Dia tahu bahwa itu adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar—sesuatu yang bisa menghancurkan mereka atau membuat mereka tak terpisahkan.

Dan jauh di lubuk hatinya, Briana merasakan keyakinan berbahaya tumbuh di dalam dirinya:

Tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya...

Molly sudah menjadi miliknya.

Dan dia tidak berniat membiarkan dunia—atau takdir—merebutnya dari pelukannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!