Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan Mengejutkan
Karangan bunga dan beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam berada mengelilingi sebuah makam yang sudah 5 tahun lamanya. Suasana kesedihan begitu terasa, Melati melirik ke sampingnya, seorang pria tampan yang sekarang menjadi suaminya itu, hanya berdiri diam dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Meski tidak terlihat, tapi Melati jelas tahu jika Zaidan sedang merasakan kesedihan yang mendalam saat ini.
Hari ini, tepat dimana perempuan tercintanya meninggal dunia 5 tahun lalu. Meninggalkan seorang gadis kecil yang sekarang sudah tumbuh menjadi anak yang menggemaskan dan pintar. Tentu Zaidan masih merasakan kesedihan yang sama saat ini. Bagaimana dia yang kehilangan separuh dari hidupnya.
Melati melirik ke arah tangan kekar disampingnya, merasa ragu untuk mengenggam tangan itu. Hanya ingin menenangkan saja, sedikit berbagi kesedihan dengan pria yang menjadi suaminya ini.
Aduh, apa dia tidak akan marah ya? Melati ragu-ragu untuk meraih tangan kekar itu dan mengenggamnya. Zaidan tertegun, dia langsung menoleh pada sang istri yang berdiri disampingnya. Rasanya ada sebuah rasa yang membuncah dalam diri Zaidan. Pertama kalinya ada yang mengenggam tangannya di hari ini, hari penu kesedihan baginya. Dan Zaidan merasa lebih baik.
"Semuanya akan baik-baik saja. Nona Diana juga pasti akan tenang disana Tuan, banyak yang menyayanginya, datang di hari kematiannya dan mengirim doa untuknya"
Zaidan menatap Melati dengan tatapan sulit diartikan di balik kacamata hitamnya. Tanpa berkata-kata, dia langsung menarik tubuh Melati ke dalam pelukannya. Memeluknya dengan erat. Membiarkan dagunya berada tepat di puncak kepala istrinya ini.
Deg ... Deg ... Jantung Melati sungguh langsung berdegup kencang. Tidak menyangka Zaidan akan melakukan ini, apalagi ini di depan semu orang. Tentu cukup kaget dan bingung. Awalnya Melati hanya diam tanpa membalas pelukan Zaidan, tapi perlahan tangannya melingkar di pinggang pria itu.
Di sisi lain ada Ares yang tersenyum melihat adegan itu. Meski sebenarnya dia juga cukup terkejut dengan apa yang Zaidan lakukan pada Melati. Tapi, Ares senang karena Zaidan mulai bisa terbuka akan hatinya yang terutup rapat itu.
Cekrek.. cekrek.. Kilatan cahaya kamera dari para media yang hadir diabaikan oleh Zaidan. Ketika hari kematian istrinya dan selalu Zaidan peringati setiap tahun, maka pihak media tentu berbondong-bondong karena membutuhkan berita terkini. Apalagi hari ini cukup berbeda, karena Zaidan yang datang bersama istri barunya dan bahkan memeluknya. Tentu itu akan menjadi sebuah berita hangat.
Kesedihan tetap menyertai para keluarga dan kerabat yang datang. Tapi mereka sudah mulai berdamai dengan keadaan dan kenyataan, meski setetes air mata tetap lolos begitu saja. Namun sudah tidak sederas dulu. Mereka sudah bisa lebih ikhlas.
Saat berjalan ke arah parkiran, Zaidan masih mengenggam tangannya. Seorang Ibu dan Delia datang menghampiri mereka.
"Ah, ini Melati ya? Kapan mau main ke rumah Ibu?"
Melati tersenyum, meski dia agak bingung siapa Ibu yang bersama Delia ini. "Ah, iya Bu, nanti kalau Mel ada waktu akan sempatkan main"
Ibu itu menoleh dan menatap pada Delia yang berdiri disampingnya. "Dia seperti yang kamu ceritakan ya, Del"
"Iya 'kan? Ibu pasti suka dengannya, dia baik dan ceria" ucap Delia.
Melati hanya tersenyum, kedua orang ini membicarakan dia tepat di depan wajahnya.
"Mel, ini adalah Ibunya aku dan juga Ibunya Diana. Mertua Zaidan juga" ucap Delia.
Melati mengangguk sambil tersenyum. Jadi ini Ibunya Diana? Mertuanya Tuan Zaidan ya. Keluarganya terlihat sangat baik. Pasti Nona Diana juga baik. Gumamnya dalam hati.
"Kami permisi dulu Bu, Zen katanya masih ingin bersama Tante"
"Iya Zenia masih mau tinggal sama aku sama adiknya. Kamu pulang saja, jangan ketus-ketus sama istri kamu, nanti dia kabur" ucap Delia dengan tertawa meledek.
Melati hanya tersenyum dan segera berpamitan. Mendengar ucapan Delia barusan, malah membuat Melati ingin ikut tertawa. Bagaimana bisa dia melarikan diri selama perjanjian kontrak itu belum selesai. Melati masih harus bersabar menghadapi Zaidan, sampai masa kontrak selesai. Semoga saja Zaidan tidak merubah perjanjian waktu satu tahun itu.
Sudah berada di dalam mobil dengan Pak Eka yang mengemudi. Ares masih harus banyak mengurus beberapa hal disana. Jadi, dia pulang terakhir. Belum lagi para media yang harus dia arahkan, agar tidak sampai memberikan berita yang berlebihan dan akan menggiring opini publik pada kekacauan.
Melati melirik ke arah pria disampingnya, Zaidan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, kacamata hitam masih bertengger di hidungnya. Melati mengira jika Zaidan mungkin tidur karena lelah.
Kasihan sekali, dia pasti lelah pikiran dan perasaan juga. Pasti sangat sedih hari ini.
Akhirnya Melati hanya membiarkan saja, dia diam dengan menatap keluar jendela mobil. Menatap rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi. Seolah langit juga ikut menangis atas kesedihan yang terjadi hari ini.
"Kemari"
Suara itu membuat Melati langsung menoleh pada suaminya, Zaidan sudah terbangun dan kacamatanya juga sudah dia lepas. Melati sedikit ragu, tapi karena tahu hari ini Zaidan sedang bersedih, jadi dia tidak akan membantah. Melati beringsut mendekati pria itu.
Aaa.. Dia memelukku lagi?
Melati sedikit tertegun saat Zaidan menarik tangannya hingga dia terjatuh dalam pelukannya. Kepala Melati menyandar di bahunya dengan tangan pria itu yang memeluk tubuhnya.
Tangan Melati masih berada di sisi tubuhnya, bingung apa harus dia membalas pelukan ini atau tidak. Takut jika Zaidan akan marah jika dia lancang membalas pelukannya. Tapi malah Zaidan yang meraih tangan Melati untuk melingkar di perutnya. Melati sedikit mendongak dan menatap wajah pria itu yang terdiam tenang dengan mata yang terpejam.
Sebenarnya dia tidak mau mengatakan apapun gitu? Sementara dia sudah menjadikan ku boneka hidup seperti ini. Ck.
Melati masih begitu bingung dengan sikap Zaidan ini. Bahkan pria itu tidak mengatakan apapun saat dia memeluknya seperti ini. Jika untuk pasangan suami istri pada umumnya, mungkin ini adalah hal biasa. Tapi, untuk Melati ini adalah hal yang aneh dan luar biasa. Seorang Zaidan yang biasanya dia gandeng tangannya saja hanya saat mereka melakukan sandiwara pernikahan. Tapi sekarang, dia malah memeluknya seperti ini tanpa rasa bersalah dan tanpa mengatakan apapun. Membuat Melati bingung saja.
"Tuan, jika memelukku bisa sedikit saja menghilangkan kesedihan yang Tuan rasakan. Peluk saja aku" ucap Melati.
Dia sadar dengan apa yang diucapkannya barusan. Karena memang dia hanya ingin membantu Zaidan mencoba untuk membagi kesedihannya. Melati mulai mengerti, jika ternyata Zaidan memang selalu memendam semua perasaannya seorang diri. Seperti perasaan sedih yang dia alami sekarang, dia juga tidak membaginya dengan siapapun. Dan Melati ingin mencoba untuk membuatnya sedikit saja membagi kesedihannya.
"Semoga kau tidak menyesal mengatakan itu"
Melati menatap wajah tampan suaminya, matanya masih terpejam, tapi Melati yakin dia tidak tertidur. Ada perasaan kasihan dan peduli dalam diri Melati saat ini.
Bersambung
Tapi tidak menabung bab
nextttt thor.....