Aku tidak akan membiarkan, Saudara tiri dan Ibu tiri menginjak-injak harga diriku.
Ikuti kisah Intan, yang berjuang agar harga dirinya tidak injak-injak oleh ibu tirinya dan kakak tirinya. Tidak sampai situ saja, ikuti kisah perjuangan Intan untuk bisa berdiri di kaki nya sendiri hingga dirinya sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Pukul setengah enam pagi intan sudah bangun, dia merapikan sofa yang menjadi alas tempat tidurnya kemarin malam. Dia juga mengambil segelas air guna menghilangkan dahaganya.
Di luar dugaan Intan, Maya dan juga Mila sudah terbangun juga dari tidurnya. Tumben mereka bangun sepagi ini biasanya jam setengah sembilan pun mereka belum juga bangun, tapi firasat Intan benar mereka bangun dengan mengotong semua barang-barang yang ada di kamar Intan.
“Gue teriakin maling aja seru kali yah?” Intan mengambil ponselnya lalu memvideokan kegiatan mereka yang tengah mengambil semua alat mandi Intan, frozen foodnya dan juga baju-baju Intan yang masih bagus. Hanya satu yang tidak mereka curi, buku-buku dan alat tulis Intan. Itu saja yang mereka sisakan di kamar intan.
“Yah, setidaknya mereka tidak mencuri buku-buku ku. Sama gambar iklan buat di kumpul besok. Cuma, sayang baget uang tante Santi. Aku seperti tidak menghargai beliau karena dia sudah tulus memberikan itu semua untuk ku. Cuma, kalau aku rebut sekarang, sudah dipastikan aku kalah dari dua orang yang tamak itu. Ya Allah, aku hanya bisa mengadu dengan Engkau saja. Lancarkan lah rezeki tante Santi yang sudah baik dengan hamba. Lancarkan juga rezeki hamba mu. Dan Engaku yang MAHA membukak balikkan hati umat mu, sadarkan lah mreka berdua Ya Allah. Amin” Ucap Intan dalam hatinya.
Herman yang baru keluar dari kamar nya terlihat heran melihat dua maling yang tengah mengotong barang-barang intan. “ Kalian? Kenapa mencuri barang- barang intan?” Tanya Herman.
“Apa kamu bilang mas ? Mencuri? Justru anak itu yang mencuri mas!! Ini barang buktinya! Dari mana anak itu bisa punya uang buat beli ini semua! Kalau bukan dia mencuri di warung dan menyimpannya satu- satu di kamarnya itu mas? Lihat! Seperti ini sebenarnya kelakuan anak kamu itu!” Tuduh Maya terhadap anak tirinya itu.
“Iya Om! Kalau bukan karena mencuri! Di mana dia bisa mendapatkan barang-barang sebanyak ini, ada sabun mandi, sabun cuci, ada pasta gigi juga. Buat apa dia beli ini sebanyak ini? Kalau bukan dia curi?” Ujar Mila yang ikut menuduh Intan.
“Mas!! Mending mas laporkan saja! Perilaku anak kamu itu! Biar dia dikeluarkan dari sekolah unggulan! Biar kamu tidak menanggung malu nanti mas! Kalau sampai di kedapatan mencuri di sma unggulan. Disana kan sekolahnya anak-anak orang kaya! Jadi dia bisa saja mencuri di rumah anak orang kaya itu.” Tuduh Maya lagi, dia sepertinya begitu ingin menjatuhkan Intan di depan ayahnya.
Herman masih tidak percaya dengan perbuatan putrinya seperti itu. Tidak mungkin Intan mencuri tapi dari mana Intan mendapatkan uang sebanyak itu untuk membeli ini semua? Sementara uang jajannya saja Herman tidak kasih lagi. Intan dapat uang dari mana.
“Panggil dia mas!! Biar aku panggil pak rt! Biar di arak satu kampung dia mas!! Aku tidak mau punya anak tiri yang suka mencuri seperti itu!” Ujar maya yang mengadu domba suaminya itu, dia nampak begitu semangat menuduh anak tirinya itu.
“Ya! Om!! Om nggak mau kan? Satu keluarga kena getahnya perkara anak si Intan itu suka mencuri? Dia ngerusak nama baik Om itu lho Om! Cepetan Om nggak perlu mikir lagi! Panggil Pak rt! Panggil warga! Ini buktinya sudah di depan mata!” Ucap Mila yang tidak kalah semangatnya untuk menuduh Intan.
Prok!! Prok!! Prok!!
Suara tepukan berasal dari arah dapur. Intan yang dari tadi sudah menahan geramnya akhirnya muncul juga dari belakang mereka.
“Huhff… sudah nih dramanya? Mau panggil pak rt? Mau panggil Warga? Sana gih panggil! Biar aku tungguin sekalian di depan teras!! Sana cepatan tante! panggil!! Aku sudah berdiri disini, dengan cantik dan wangi.” Kata Intan sambil tersenyum lebar.
Maya dan anaknya terlihat kesal dengan Intan yang sama sekali tidak merasa takut dengan acaman mereka. Intan seolah-olah memperlihatkan jika tidak ada yang salah dengan nya.
“Hayy?? Kenapa malah ngelihatin aku seperti itu?” Ujar Intan sambil melipatkan dua tangannya di depan dada.
“Kamu jangan berlagak tidak takut intan! Hari ini orang-orang akan tahu seberapa miskinnya kamu sampai mencuri di warung! Biar mereka tahu wajah cantik kamu itu tidak mencerminkan sikap kamu intan!l” Cerca Maya yang kesal melihat Intan sangat santai seperti itu.
“Terimakasih sudah bilang aku cantik tante” Saut Intan dengan senyum lebarnya. “Papa? Papa kenapa diam saja? Papa juga mau menuduhku juga? Papa mau menuduh anak kandung papa juga? Setelah enam belas tahun tinggal dengan papa, papa masih belum kenal dengan sifat putrimu ? Oh iya? Papa kan sibuk ya sama dua orang gundal- gundul ini” Ucap Intan.
“Jaga bicara kamu Intan! Apa maksudmu bilang aku seperti itu! Oke kalau kamu menantangku! Aku akan panggilkan warga desa buat kumpul disini! Biar kamu di arak keliling desa” Ucap Maya dia sudah naik pitam akibat lawannya begitu santai.
“Hahaha, cepat sekali ya tante Maya ini tersulut api. Kan sudah aku katakan tante! Panggil warga desa! Aku akan tunggu di depan teras’! Tapi jika terbukti aku tidak salah. Apakah kalian berdua siap untuk keluar dari rumah ini? Dan ya, kalau nantinya kalian yang benar aku bersedia juga akan keluar dari rumah ini” Tanya Intan. Kedua orang itu nampak semakin ragu.
Mila segera menarik lengan ibunya lalu berbisik “Bu. Kayaknya? dia itu nggak salah deh, mungkin ini dia dapat sembako, tapi kita nggak kebagian. Dia itu pinter bu, kalau sampai dia berani memberi ancaman itu, pasti keduanya sudah menguntungkan untuk nya itu. Bu, aku takut kita tinggal di kolong jembatan perkara sabun mandi delapan biji ini. Kasih saja penawaran untuk dia yang lain, biar kita tidak di usir.” Bisik Mila, yang mendapatkan anggukan dari Maya. Herman hanya terdiam menyaksikan drama pagi hari ini.
“Gimana? Deal nggak tante?” Tanya Intan menjulurkan tangan kanannya.
Maya mengempaskan tangan Intan yang terjulur. “ jangan sok kamu ya! Oke! Saya tidak akan laporkan ini ke rt! Tapi semua barang-barang ini menjadi milik saya! Karena ini ada di rumah saya! Jadi ini hak saya juga! Paham.” Ujar Maya.
“Hahaha!!” Intan tertawa menggelegar, membuat keduanya semakin geram dengan Intan. “Bilang seperti ini saja tante!! Intan… Tante sama Mila nggak punya duit! Minta sabun kamu ya, sama baju tante juga belum kecuci tiga hari, tante minta sabun cucinya juga ya… Hahaha, tinggal bilang gitu saja kok susah amat!” Ledek Intan, Maya yang merasa harga dirinya diinjak-injak oleh anak tiri itu pun melayangkan tamparan ke wajah Intan.
Namun, sebelum tamparan itu berhasil mendarat di pipi Intan. Tangan Maya lebih dahulu sudah di tangkis oleh Herman. “Jangan berani kamu menampar anak saya!” Ucap Herman.