NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEKUATAN PENYEMBUHAN

Bukan hanya terkejut. Thantana bahkan sempat melongo mendengar kata Peri terucap dari perempuan bermahkota itu. Ia sungguh tidak menyangka, jika makhluk yang bernama Peri itu sungguhan ada.

Dahulu, ketika Thantana masih kecil, Ayahnya pernah bercerita. Jika di dunia ini, bukan hanya di huni oleh Manusia saja, tetapi ada Entitas lain atau Ras lain selain Manusia, seperti Ras Peri, Ras Binatang dan lain sebagainya.

Namun saat itu, Thantana menganggap jika apa yang di katakan Ayahnya itu hanyalah sebuah dongeng belaka.

Sekarang, Ras Peri yang pernah Ayahnya ceritakan itu, tengah berdiri di hadapannya dan berbicara padanya.

"Apa yang kau katakan tadi...? Peri... Kalian Ras Peri?" kata Thantana, begitu tersadar dari rasa terkejutnya.

"Benar! Kami adalah Ras Peri?" jawab perempuan yang mengaku bernama Devi Rajni itu.

"Pantas saja kamu begitu cantik?" kata Thantana dengan polosnya.

Ucapan dari Thantana ini membuat Devi Rajni ini tersipu. Lalu dengan nada yang lebih lebut dari sebelumnya, dia berkata.

"Aku membutuhkan kekuatanmu Thantana?" ucapnya kemudian.

"Sudah ku katakan sebelumnya! Bunuh aku dulu jika kalian mampu?" jawab Thantana tegas, tidak bermaksud untuk sombong.

"Kamu sangat mudah marah Thantana! Aku membutuhkan kekuatanmu, tapi bukan untuk mengambilnya?" ucap perempuan bermahkota itu, sembari duduk kembali di kursinya.

"Jika tidak mengambilnya dariku, lantas bagaimana...?" tanya Thantana dengan bingung.

"Begini Thantana!" kata Devi Rajni. Kemudian melanjutkan perkataannya.

"Aku mempunyai seorang putri, yang saat ini sedang tertidur abadi oleh kutukan yang di deritanya. Sudah bertahun tahun putriku tertidur tanpa pernah melihat indahnya dunia, layaknya orang mati?" kata perempuan bermahkota itu, dan menghentikan ceritanya beberapa saat. Dengan raut wajah yang terlihat sedih, kemudian perempuan itu melanjutkan ucapannya kembali.

"Sudah banyak Manusia dengan kemampuan penyembuh yang ku bawa kesini, dengan maksud untuk mengobati putriku, tapi hasilnya nihil. Malah, ada beberapa di antara orang orang itu, yang dengan sengaja ingin berbuat mesum terhadap putriku yang tertidur itu. Sakit sekali rasanya hatiku melihat itu Thantana?" kata perempuan itu. Dan kali ini, bukan hanya terlihat sedih. Tetapi ia telah menangis.

"Lantas apa yang harus aku lakukan...?" ucap Thantana kemudian, setelah Devi Rajni itu tidak meneruskan bicaranya dan malah menangis.

Dua orang perempuan pengawal itu, kemudian menyeka air mata Ratunya itu menggunakan sapu tangan yang mereka bawa.

"Aku teringat, ketika putriku di kutuk oleh nenek sihir itu. Si nenek berkata! Jika di dunia ini ada orang yang mempunyai tiga kekuatan cahaya yang berbeda, yaitu Hijau, Ungu, dan Pink, dan orang itu mau menyembuhkanmu, maka kamu akan sembuh. Tapi manusia yang aku maksud itu tidak akan pernah ada di dunia ini...! Begitu kata si nenek sihir, pada saat itu?" kata Devi Rajni, menjelaskan pada Thantana.

"Aku sungguh tidak mengerti dan semakin bingung dengan perkataanmu?" ucap Thantana.

"Thantana... Aku merasakan adanya kekuatan penyembuh yang sangat besar di dirimu. Apakah kamu bersedia menyembuhkan putriku? Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, asalkan putriku bisa sembuh?" kata Devi Rajni, terhadap Thantana.

"Melakukan apapun yang aku mau...? Kamu yakin!" ucap Thantana.

"Iya... Aku bersedia melakukan apapun yang kamu mau Thantana, aku janji?" kata Devi Rajni menegaskan perkataannya.

"Hahahaha... Demi seorang Putri kamu bersedia melakukan apapun ya...? Baiklah, sekarang di mana Putrimu itu?" kata Thantana, sembari tertawa dan menanyakan keberadaan Putri Devi Rajni.

"Mari ikut denganku?" ucap Devi Rajni. lalu melangkah kearah tangga dan berjalan menaiki tangga itu, di ikuti oleh dua pengawalnya dan juga Thantana.

Sambil berjalan, Thantana tidak henti hentinya berdecak kagum, melihat begitu indahnya dinding dinding serta ornamen ornamen di dalam ruangan itu.

Di lantai dua ini, segalanya terbuat dari kaca, bahkan dinding dinding bangunan itu sendiri serta tiang tiangnya juga dari kaca yang berkilau, seperti bongkahan batu es yang terpantul Matahari.

Thantana terus berjalan mengikuti Devi Rajni, tanpa banyak bicara. Hingga akhirnya sampailah di depan sebuah pintu kamar yang entah terbuat dari apa, tapi handel pintunya sepertinya terbuat dari emas.

Kemudian mereka berempat, termasuk dua orang pengawal tadi, memasuki kamar tersebut.

Setelah berada di dalam kamar, Thantana terpaku melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita terbaring di atas tempat tidur dengan mengenakan pakaian warna putih yang transparan.

Kecantikan gadis itu tidak bisa di ungkap dengan kata kata. Bila di bandingkan dengan Manusia, mungkin seratus banding satu, atau bahkan seribu banding satu. "Pantas saja jika orang orang yang di panggil ke sini untuk mengobatinya malah ingin menodainya. Siapa yang bisa menahan hasratnya melihat gadis semolek ini?" pikir hati Thantana.

"Itu Putriku Urvashi, Thantana?" kata Devi Rajni membuyarkan lamunan Thantana.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan! Aku sungguh sungguh masih belum mengerti?" ucap Thantana, setelah tersadar dari lamunannya itu.

"Apa kamu mempunyai kekuatan cahaya yang aku maksud tadi itu?" kata perempuan bermahkota itu.

"Iya...!" jawab Thantana singkat.

"Kekuatan yang kamu miliki itu, cahaya apa. hijau atau ungu ataukaj Pink?" ucapa Devi Rajni lagi.

"Ketiganya...?" jawab Thantana, secara singkat kembali.

"Mustahil...! Jangan berbohong kamu Thantana!" ucap devi Rajni dengan suara agak meninggi, karena terkejut dan menyangka jika Thantana sedang berbohong.

"Aku tidak berbohong...?" jawab Thantana, menegaskan.

"Tidak ada manusia yang sanggup menampung tiga kekuatan cahaya sekaligus Thantana. Kamu pasti mati saat itu juga?" kata Devi Rajni.

"Tidak percaya ya sudah! Aku sudah mengatakan yang sebenarnya?" gumam Thantana kemudian.

"Sekarang katakan saja apa yang harus aku lakukan! Sebab, aku belum pernah mengobati satu orang pun sebelum ini?" kata Thantana dengan jujur.

"Hemmm... Baiklah, aku juga mau lihat, ucapanmu bisa di buktikan atau tidak?" kata Devi Rajni, kemudian memberi arahan terhadap Thantana.

"Duduk kamu di sebelah Putriku, kemudian ulurkan kedua tanganmu dan letakkan di atas perut Putriku. Awas, jangan macam macam?" kata Devi Rajni lagi.

"Iya, iya... terus selanjutnya bagaimana?" jawab Thantana, sembari menuruti apa yang di katakan perempuan bermahkota itu.

"Keluarkan tiga keluatan cahaya yang kamu miliki itu secara bersamaan. Dan biarkan beberapa saat sampai ketiga cahaya itu bercampur jadi satu. Setelah itu kamu alirkan cahaya tersebut ke dalam tubuh Putriku?" kata Devi Rajni itu, menerangkan.

"Baiklah, akan akau lakukan?" ucap Thantana.

Kemudian dengan duduk bersila di atas kasur menghadap gadis jelita yang sedang tidur itu, Thantana menjulurkan kedua tangannya dan meletakkan di atas perut dekat pusar gadis tersebut.

"Haritha, dhumalah, Raktagaura"

Bersamaan dengan perkataan itu, di kedua tangan Thanatana, tiba tiba muncul tiga berkas cahaya, Hijau, Ungu, dan Pink secara bersamaan. Lalu dengan perlahan cahaya itu menyatu dan membiaskan warna seperti pelangi tiga warna yang kemudian menyelimuti tubuh gadis cantik yang sedang tertidur itu.

"Apa yang sedang kau lakukan Thanrana! Kenapa kau selimutkan cahaya itu, bukannya kau alirkan kedalam tubuhnya?" ucap perempuan bermahkota perak itu terhadap Thantana, begitu melihat Thantana tidak mengikuti arahannya.

Thantana hanya diam saja, dan terus saja fokus dengan apa yang sedang ia lakukan.

Cahaya yang keluar dari tangan Thantana dan menyelimuti gadis di atas pembaringan itu, semakin lama semakin menebal, seolah menelan gadis cantik itu ke dalamnya, membuat tubuh gadis bernama Urvashi itu hilang ke dalam cahaya tersebut.

Menyaksikan hal yang terjadi pada putrinya, hampir saja Devi Rajni mendorong Thantana supaya melepaskan Putrinya dari cahaya tersebut. Namun tiba tiba.

"Uhuk... uhuk... "

Terdengar suara terbatuk dari balik cahaya yang menyelimuti Putrinya itu.

Setelah Thantana menarik tangannya dari atas perut Urvashi, cahaya yang menyelimuti itu memudar. Dan terlihatlah gadis yang cantik jelita itu terbuka matanya dengan raut muka kebingungan.

"Putriku...?" ucap Devi Rajni histeris, sembari memeluk Putri kesayangannya itu....

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!