Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.
Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.
Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Kejutan
Mereka bercumbu di kolam yang sama tempat ciuman pertama mereka waktu itu.
Sean keluar lebih dulu dari dalam kolam dan mengambil dua handuk. Dia lalu membantu Intan keluar dari kolam, membungkusnya dengan handuk dan membawanya ke kamar tidur. Begitu mereka sampai di sana, Intan gemetar, bibirnya tampak agak kebiruan.
"Aku pikir sebaiknya kita mandi air hangat, aku tidak ingin kau sakit." Ucap Sean.
"Ya, kumohon, aku sangat kedinginan di sini." Balas Intan.
Mereka berdua lalu masuk ke kamar mandi dan kemudian beristirahat. Beberapa saat kemudian, mereka turun untuk makan makan malam dan kemudian kembali ke tempat tidur untuk menonton film dan bercinta sekali lagi sebelum mereka berdua kelelahan.
Beberapa hari ini adalah bulan madu bagi pasangan itu.
Hari-hari berlalu, Sean membagi waktunya antara bekerja dan tinggal di rumah bersama Intan.
Rumah yang dia persiapkan sebagai hadiah untuk ulang tahun Intan sedang memasuki tahap akhir, untuk lanskap dan dekorasinya. Sean sangat bersemangat untuk melihat bagaimana semuanya berubah di rumah itu, karena dia ingin setiap detail di rumah itu, sempurna untuk istrinya.
"Bagaimana menurut Anda, Pak?" Tanya Julian pada Sean.
"Kelihatannya menakjubkan, tapi rumput di sini tidak rata. Orang buta yang berjalan disini bisa jatuh. Sudah kubilang padamu untuk hati-hati dengan hal-hal kecil seperti ini. Kenapa kau tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar?" Ucap Sean kesal.
"Maaf, Pak! Ini semua akan diperbaiki akhir hari ini. Ikan masnya juga sudah sampai hari ini." Ucap Julian.
"Sempurna, sekarang mari kita mulai bekerja." Ucap Sean.
Mereka berdua lalu kembali ke perusahaan dan bekerja sepanjang hari.
Saat malam tiba, Sean meminta Jhoni untuk mampir ke toko bunga terkenal di kota dalam perjalanan pulang.
"Toko bunga tutup saat ini, Pak." Ucap Julian.
"Hubungi pemiliknya dan minta dia menyiapkan buket mawar merah yang indah." Titah Sean.
"Tentu saja, Pak, saya akan melakukannya." Ucap Julian.
Sekretaris itu menekan tombol di roda kemudi dan menelepon toko bunga, pemiliknya berkata dia tidak akan pergi sebelum mendengar nama Sean, lalu dia berubah pikiran dengan sangat cepat dan bahkan mengubah nada suaranya dengan lembut setelah mendengar suara Sean dari kursi belakang.
"Saya akan menunggu dengan karangan bunga terindah yang akan Anda lihat dalam beberapa dekade terakhir." Ucap pemilik toko bunga.
"Aku harap begitu." Balas Sean.
Begitu mereka sampai di sana, sekretaris itu turun dan membayar buket bunga, lalu kembali ke mobil dan mengantar Sean pulang.
Julian sangat terkesan dengan perubahan yang dia lihat pada bosnya. Meskipun bosnya seorang pebisnis yang hebat dan bertanggung jawab dengan perusahaannya, dia selalu suka menikmati hal-hal berbeda dengan yang dilakukannya sekarang, seperti wanita cantik, pesta mewah, makanan mahal. Tapi sekarang bosnya itu sering sekali seolah tengah menghitung waktu sampai tiba di rumah. Dia bahkan membeli bunga dan tersenyum tulus, bukan karena terpaksa. Meskipun senyum itu bukan untuk siapa pun selain Intan, Julian tetap bahagia untuk bosnya.
Mereka pun tiba di rumah.
Sean bergegas masuk dan melihat Intan sedang duduk di sofa mengenakan headphone. Sean mendekatinya dengan hati-hati dan mencium lehernya.
"Aahh! Sean, kau mengagetkanku." Ucap Intan begitu terkejut.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengejutkan mu Ratuku. Terimalah ini sebagai permintaan maafku." Ucap Sean dengan nada bicara begitu romantis.
Dia menyerahkan buket bunga itu dan Intan mendekat untuk mencium aroma bunga mawar itu.
"Terima kasih Sean, bunga-bunga ini memang sangat cantik." Ucap Intan memeluk buket bunga itu.
Sean duduk di sofa di samping Intan dan menarik Intan hampir ke pangkuannya dan mereka berbincang tentang bagaimana hari mereka berlalu. Intan berkata dia makan kue coklat dengan toping kelapa yang disiapkan Bi Lila dan menghabiskan sisa hari itu dengan membaca.
Sean mencium leher Intan lagi dan membelai kakinya.
"Sepertinya harimu lebih baik dari hariku." Ucap Sean.
"Memangnya seberapa buruk harimu berlalu?" Tanya Intan.
Sean berhenti dan memikirkan pertanyaan itu lalu menjawab.
"Kau tahu, mungkin tidak begitu buruk. Tapi aku jauh lebih baik sekarang karena aku berada di rumah bersamamu." Jawab Sean.
"Ahhh, kau lucu sekali." Balas Intan tersenyum.
Mereka berciuman dengan intens dan sensual, tapi Intan menghentikannya dan menarik diri.
"Ada apa?" Tanya Sean bingung.
"Maafkan aku, tapi kita tidak bisa melakukan itu hari ini." Ucap Intan.
"Kita tidak bisa? Kenapa kita tidak bisa?" Tanya Sean bingung.
"Aku sedang datang bulan." Jawab Intan.
"Yang benar?" Tanya Sean tidak percaya.
"Sangat serius haha." Jawab Intan tertawa.
Sean kemudian mulai menggelitik Intan saat dia tertawa.
"Sepertinya kau suka di gelitik." Ucap Sean.
"Hentikan.... hentikan... hentikan... aku tidak suka. Serius, ku mohon, hentikan." Ucap Intan terus tertawa
"Jadi kenapa kau tertawa?" Tanya Sean.
"Ayolah Sean, kumohon ha ha ha ha... Yang tidak kusuka adalah aku bisa membayangkan wajahmu saat aku mengatakan kita tidak bisa melakukan itu." Ucap Intan.
"Apakah kau merasa lucu membayangkan wajah ku yang tidak puas?" Tanya Sean.
"Tentu saja, aku bisa membayangkan wajah anak kucing kecil yang terlantar, yang hanya butuh sedikit kasih sayang." Ujar Intan.
"Yang benar saja, aku akan mencakar dan menjilati mu kalau kau terus bersikap manis seperti ini." Balas Sean.
Keduanya terus bercanda sampai tidak menyadari kedatangan Bi Lila.
"Selamat malam, makan malam sudah siap." Ucap Bi Lila tersenyum.
"Terima kasih, Bi Lila. Kenapa kau belum makan?" Tanya Sean pada Intan.
"Aku menunggumu pulang. Jadi kita bisa makan malam bersama." Jawab Intan.
"Ratuku! Aku sudah bilang padamu, kalau aku akan pulang terlambat, jangan tunggu aku. Makan malam saja dan minta Bi Lila menemanimu." Ucap Sean.
"Aku tahu, tapi aku ingin makan malam denganmu malam ini." Balas Intan.
Sean berdiri dan Intan, yang berada di pangkuannya, juga bangkit.
"Kalau begitu, mari kita makan." Ucap Sean.
Mereka makan malam, lalu mandi dan pergi tidur.
Tiga hari berlalu dengan rutinitas mereka seperti biasa. Dan hari ini adalah hari ulang tahun Intan, dia bangun dengan suasana hati yang tidak sebahagia hari-hari lainnya. Dia belum pernah menerima ucapan selamat ulang tahun sejak Mamanya meninggal, jadi ulang tahun menjadi kurang penting baginya beberapa tahun terakhir. Dia bahkan sempat berpikir untuk memberi tahu Sean, tapi dia pikir lebih baik mengabaikannya saja. Dia tidak tahu bahwa Sean sudah tahu hari ulangtahunnya dan bahkan sedang merencanakan sebuah kejutan besar untuknya.
Sepanjang pagi, Sean terus berpura-pura tidak tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Intan, dan dia telah mengatur segalanya dengan Bi Lila, yang akan berkemas untuk pindah ke rumah baru.
Sean berpura-pura pergi ke perusahaan tetapi menghabiskan sepanjang hari memastikan semua persiapannya sempurna di rumah impian Intan. Dan setelah dia merasa sangat puas dan pesta kejutan sudah siap, dia pergi ke rumah untuk menjemput Intan.
Dia berhasil menemukan beberapa teman kuliah Intan dan mengundang beberapa temannya juga untuk merayakan ulangtahun Intan. Dia ingin Intan bahagia dengan segalanya.
Bersambung...