Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Situasi itu membuat mereka bertiga terjebak dalam keheningan yang terasa seperti selamanya. Suasana dalam ruangan itu berubah menjadi canggung, terlebih Kael yang baru saja menyatakan perasaannya pada Velia.
"Sepertinya kekasih bapak sudah menunggu lama, saya pamit dulu," ucap Velia lalu segera menyimpan dokumen yang di kerjakannya dan mematikan komputer.
Wanita itu beranjak dari ruang kerjanya dengan langkah yang cepat, meninggalkan Gaby dan Kael berdua. Wajah Kael tampak memerah, pria itu berdiri dari tempatnya dan berjalan melewati Gaby. "Kita ke mobilmu sekarang," perintah Kael kemudian berjalan lebih dulu.
Di dalam mobil Gaby, suasana tampak memanas. "Lagi-lagi kau mengacaukan segalanya, Gaby!" bentak Kael dengan dada yang kembang kempis.
"Lalu aku harus apa?! Aku sudah memberikan segalanya untukmu, dan kau malah menyatakan perasaanmu pada wanita lain?! Sebenarnya kau menganggapku apa, Kaelion?!" hardik Gaby, urat di lehernya mulai timbul.
Kael terkekeh, "Wanita sialan! Lebih baik hubungan kita selesai sampai di sini. Ternyata kalimatmu yang bilang akan membantuku balas dendam hanya omong kosong!" Pria itu hendak keluar dari mobil Gaby.
"Jika kau berani mengakhiri hubungan kita, aku tidak segan-segan untuk menyebarkan seluruh video saat kita berhubungan. Wajahmu terekam sangat jelas, Bodoh!" ancam Gaby dengan senyum miring di wajahnya.
Seketika Kael mengurungkan niatnya. "Keparat! Reputasiku tidak boleh hancur sekarang! Bedebah ini malah menambah pekerjaanku saja!" batinnya sambil menatap tajam Gaby dengan ujung matanya.
...****************...
Setelah menolak tegas ajakan Daniel, Velia pergi diam-diam ke daerah yang difungsikan sebagai tempat prostitusi tanpa sepengetahuan ayahnya.
Wanita itu sudah berdiri di depan gang, jantungnya berdebar tidak karuan. Hatinya seolah menyuruhnya untuk pergi dari tempat itu, sedangkan otaknya menyuruhnya untuk mencari jawaban dari pertanyaan di kepalanya.
"Tidak, sekarang bukan waktunya untuk mundur!" gumam Velia, tangannya mengepal erat.
Sementara itu Daniel memutuskan untuk menemani ibunya berbelanja. Saat sedang termenung di dalam mobil, dirinya tiba-tiba melihat sosok Velia, "Velia? Apa yang dilakukannya disini?" pikir Daniel.
"Pak, tolong turunkan aku di sini," pinta Daniel pada supirnya.
"Nak? Bukankah kau mau menemani mama berbelanja?" tanya ibunya terheran.
"Maaf, Mama. Mungkin lain kali, aku ada urusan mendadak. Pak tolong hentikan mobilnya," jawab Daniel sebelum akhirnya keluar sari mobil.
"Ada apa dengan anak itu?" tanya ibunya heran.
"Sepertinya tuan muda sedang jatuh cinta," goda pak supir sedikit terkikik.
...****************...
Velia menelan ludahnya dengan kasar, tekadnya sudah bulat dan terus melangkah maju. "Velia!" seru Daniel dari kejauhan, membuat langkah wanita itu terhenti.
Mata Velia terbelalak, ia mengetahui betul siapa pemilik suara ini. "Daniel?" gumamnya, lalu menoleh.
Terlihat Daniel sedang berlari ke tempatnya, napas pria itu terengah. Ia berhenti tepat di hadapan Velia, tubuhnya menunduk menumpukan tangan di lututnya. "Apa yang kau lakukan di sini? Ini bukan tempat yang bisa di datangi sembarangan orang!" bentak Daniel sambil mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan.
Velia membuang napasnya dengan kasar, "Apa urusannya denganmu?" tanyanya dingin serata menundukkan kepalanya.
"Jangan pergi sendiri! Jika kau ingin memastikan sesuatu, ajak aku! Aku bisa menemanimu!" jawab pria itu, napasnya masih tersengal.
Velia tertegun, wanita itu mengangkat wajahnya. "Kenapa?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Dengan cepat Daniel meraih tangan Velia lalu menariknya masuk ke dalam gang sepi. "Pakai ini," ucapnya sambil menyodorkan sapu tangan.
Velia menatap sapu tangan itu dalam diam, "Apa aku boleh menerima perlakuan seperti ini?" batin wanita itu, tangannya gemetar ketika menerima selembar kain yang Daniel berikan.
Velia mengusap air mata yang memenuhi pelupuk matanya, "Wangi," pikir wanita itu ketika tidak sengaja mengendus sapu tangan Daniel.
Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki mendekat ke arah mereka. Velia menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik topi. Sedangkan Daniel langsung meletakkan tangannya ke belakang kepala Velia dan mendorongnya hingga wajah Velia membentur dada bidangnya.
"Sembunyikan wajahmu, jangan sampai ada rekan kerja yang mengetahui kau ada di tempat seperti ini," bisik Daniel, tangannya masih menahan kepala Velia.
Mata Velia seketika membola, wajahnya berubah menjadi merah padam. Jantungnya mulai berdebar hebat, seolah akan meledak dari dalam.
"Tidak tidak tidak tidak. Jangan sampai Daniel mendengar suara detak jantungku," ucapnya dengan mata yang terpejam erat. Wanita itu berusaha mengatur napasnya, agar detak jantungnya kembali stabil namun usahanya nihil.
"Tapi bagaimana jika orang melihatmu?" bisik Velia.
Daniel terkekeh, "Tidak masalah, aku tinggal bilang kalau aku butuh hiburan," jawab Daniel sambil berbisik.
"Kau akan datang lagikan, Sayang?" celetuk seorang wanita membuat Velia terperangah. Ia tahu betul siapa pemilik suara ini. Suara yang ia rindukan saat masih kecil, namun menjadi suara yang ka benci sekarang.