Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cara Lain
Operasi berjalan lancar. Untuk kesehatan Bill di kembalikan ke ruang Inkubator hingga berat badannya ideal.
Juga dalam masa perwatan pasca operasi Bill masih harus di awasi dengan ketat oleh dokter
Kanza hanya datang untuk menyusui lalu pulang setelah memastikan stok asinya cukup untuk Bill.
"Kamu akan berangkat?" tanya Kanza, saat tiba di rumah Mia sudah siap untuk pergi bekerja.
"Ya, bagaimana kabar Bill?" tanya Mia.
"Dokter bilang kesehatannya semakin meningkat."
Mia mengangguk. "Baguslah, semoga dia cepat pulang, aku tidak sabar bertemu dengannya lagi ..." Mia menjeda ucapannya lalu kembali bertanya. "... Bagaimana dengan Tuan Daegan dia belum menghubungimu?" tanya Mia dengan wajah khawatir. Bagaimana pun setelah ini Kanza harus segera bersiap dengan kesepakatan yang dia buat pada Daegan.
"Belum." Kanza menggeleng. Sudah satu minggu sejak operasi Bill, tapi pria itu belum menghubunginya untuk membicarakan kesepakatan mereka.
"Aku harap dia lupa selamanya agar kamu tidak perlu melakukan itu," ucap Mia dengan mengenakan sepatunya.
Kanza tertawa. "Bisakah?"
"Bisa, mungkin dia kecelakaan lalu hilang ingatan?"
Kanza semakin tertawa. "Semoga itu terjadi." Namun saat ini ponselnya berdering hingga tawanya hilang seketika. "Sepertinya tidak mungkin," ucapnya dengan menunjukkan layar ponselnya dimana ada nama Daegan disana.
Mia mencebik. "Kalau begitu aku berangkat dulu." Kanza mengangguk dengan menerima panggilan Daegan.
Sebelum Mia mencapai pintu Kanza kembali memanggilnya dengan menutupi ponselnya agar Daegan tidak mendengar. "Ada yang ingin aku bicarakan saat kamu pulang," ucapnya.
Mia mengangguk lalu melambaikan tangannya.
"Hallo, Tuan?" ucap Kanza dengan membuka percakapan setelah Mia benar-benar pergi.
"Kau tidak berpikir aku lupa dengan kesepakatan kita, bukan?" ucap Daegan di seberang sana. Kenapa momentnya bisa sangat pas. Baru saja dia dan Mia berharap Daegan lupa, pria itu justru menghubunginya.
"Mungkinkah kau lupa dengan uang sebanyak itu?"
"Tidak."
"Karena itu aku menunggu kau menghubungiku."
Daegan terkekeh. "Kamu cukup tahu diri, ya. Siang ini datanglah ke rumahku!"
Kanza mengerutkan keningnya. "Siang ini aku harus mencari rumah untukku tinggal. Bagaimana kalau malam?" Ya, Kanza berencana mencari rumah sewa untuk dia dan anaknya. Rencananya saat Bill di perbolehkan pulang Kanza akan membawanya ke rumah mereka. Tidak mungkin dia terus menumpang di rumah Mia. Itu juga yang ingin dia bicarakan dengan Mia saat gadis itu pulang bekerja nanti.
Daegan terdiam membuat Kanza semakin mengerutkan keningnya. "Tuan?" Kanza memastikan Daegan masih di seberang sana.
"Kesepakatannya adalah kau datang saat aku memintamu. Apa satu minggu ini belum cukup?"
Kanza menghela nafasnya. "Lagi pula meskipun aku datang sekarang, kita tetap tidak bisa melakukannya dulu."
"Kenapa?"
"Aku masih dalam masa nifasku, Tuan."
"Apa itu?"
"Hal yang normal yang di dapat perempuan setelah melahirkan. Seperti datang bulan, tapi dalam waktu lebih lama." jelas Kanza. Setidaknya itu yang dia dengar dari penjelasan dokter.
"Berapa lama?"
"40 sampai 60 hari."
Daegan menggeram kesal sementara Kanza ingin tertawa. "Kau sedang menipuku?"
"Jika kau tidak percaya bisa tanyakan pada dokter. Atau carilah artikel tentang wanita yang baru melahirkan."
"Sial!" Daegan menutup teleponnya sepihak hingga Kanza tertawa.
"Hari ini bisa lolos bagaimana selanjutnya?" Pada akhirnya siap tidak siap Kanza harus siap.
Baru saja menghela nafas lega Kanza mendapati pesan dari Dagan yang membuat senyumnya hilang seketika.
Kau harus tetap datang siang ini!
"Apa maksudnya akan tetap melakukannya meski keadaanku seperti sekarang?" Kanza menunduk menatap dirinya.
"Dasar gila!"
...
Kanza menatap ponselnya. Dia baru saja membatalkan janji dengan pemilik rumah yang akan dia sewa sebab panggilan mendadak dari Daegan.
Setelah merubah janjinya menjadi malam dengan si pemilik rumah, Kanza menekan bel gerbang rumah Daegan membuat si pengawal membuka gerbang dan mempersilakannya masuk.
Bagus sekali, dia sudah tidak ditanya untuk apa dia datang, dan ada urusan apa? Sepertinya penjaga keamanan juga tahu untuk apa dia datang sebab minggu lalu dia memang datang untuk menawarkan dirinya.
Kanza berjalan memasuki pelataran rumah Daegan dengan mengepalkan tangannya erat. Seiring tekadnya yang mulai goyah Kanza seperti kehilangan keberanian. Tidak seperti terakhir kali dimana tekadnya sangat besar, hingga lupa akan ketakutannya. Sedangkan saat ini Kanza seperti tikus yang takut di gigit kucing.
Saat tiba di depan pintu tangannya semakin basah karena keringat, hingga pintu benar-benar terbuka menampakkan seorang pelayan.
"Silakan Nona, Tuan Daegan menunggu di lantai atas," tunjuk pelayan ke arah tangga.
Kanza mendongak menatap lantai dua. Jantungnya semakin berdetak cepat saat pelayan mengantarnya menaiki satu persatu tangga. "Kamar tuan ada di ujung koridor di dekat balkon, Nona."
Kanza mengerutkan keningnya dengan menoleh pada pelayan. "Kau tidak mengantarku?"
"Saat Tuan di rumah tidak ada yang di perbolehkan naik ke lantai dua, Nona. Saya hanya menunjukkan arah kemana anda harus pergi."
Kanza mengangguk. Daegan ini sepertinya pria yang sangat tidak suka di ganggu hingga tidak memperbolehkan siapapun naik ke lantai dua jika dia sedang di rumah. Satu lantai besar ini menjadi hening karenanya.
Kanza terus berjalan melewati beberapa pintu hingga dia menemukan sebuah pintu yang bersebelahan dengan pintu balkon. "Ini?" Saat Kanza ingin mengetuk pintu dia justru melihat siluet Daegan di balkon, jadi Kanza mengurungkan niatnya dan beralih pada pintu kaca di sebelahnya.
Saat Kanza membuka pintu Kanza tak melihat Daegan menoleh. Jadi dia pikir Daegan tidak menyadari kehadirannya. Kanza berjalan mengendap untuk segera tiba di dekat Daegan. Baru saja dia mengulurkan tangannya untuk menepuk bahu Daegan, tiba-tiba pria itu menoleh hingga Kanza terkejut.
"Akh!" Kanza berjengit dan meloncat ke belakang, hampir saja dia terjatuh andai Daegan tidak menahan pinggangnya.
"Mau mengejutkanku?"
"Aku pikir kau tidak tahu aku datang." Kanza berdehem lalu berusaha melepaskan tangan Daegan. Namun bukannya terlepas, Daegan justru menariknya mendekat hingga tubuh mereka merapat.
"Aku bahkan melihatmu sejak datang." Kanza melihat ke bawah dimana pemandangan balkon tepat mengarah pada halaman rumah, hingga dia bisa melihat gerbang rumah Daegan.
"Tentu saja."
Kanza menelan ludahnya saat matanya kembali menatap Daegan. "Jadi, sudah siap menjadi simpananku?" Daegan terkekeh lalu menyampirkan poni Kanza hingga dia melihat ada bekas luka disana.
Kanza menggigit bibirnya pelan. Rasa gugup tak bisa dia hindari saat wajah Daegan begitu dekat hingga dia bahkan bisa mencium aroma nafasnya. Wangi mint bercampur minuman. "Kamu mabuk?"
"Hanya satu gelas tidak akan membuatku mabuk." Tatapan Kanza jatuh pada satu gelas berisi sisa minuman di atas sebuah meja, di sebalahnya ada sebotol anggur yang Kanza tahu harganya tak main- main. "Kamu belum menjawab pertanyaanku?"
Kanza kembali menatap Daegan. "Siap atau tidak aku tetap harus siap, kan?" Daegan mengangguk.
"Tapi, aku sudah bilang kita belum bisa melakukannya sekarang." Daegan menyeringai.
"Tidak bisa melakukannya bukan berarti tidak bisa dengan cara lain." Daegan mengusap bibir Kanza dengan ibu jarinya lalu membukanya dan memasukannya.
"Lakukan dengan ini."
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰