NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Sahabat

Menikah Dengan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Mereka tumbuh bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Tapi tak pernah menyangka akan menikah satu sama lain.

Nina dan Devan adalah sahabat sejak kecil. Semua orang di sekitar mereka selalu mengira mereka akan berakhir bersama, namun keduanya justru selalu menepis anggapan itu. Bagi Nina, Devan adalah tempat pulang yang nyaman, tapi tidak pernah terpikirkan sebagai sosok suami. Bagi Devan, Nina adalah sumber kekuatan, tapi juga seseorang yang terlalu penting untuk dihancurkan dengan cinta yang mungkin tak terbalas.

Sampai suatu hari, dalam situasi penuh tekanan dan rasa kehilangan, mereka dipaksa menikah demi menyelamatkan kehormatan keluarga. Nina baru saja ditinggal tunangannya yang berselingkuh, dan Devan, sebagai sahabat sejati, menawarkan sebuah solusi yaitu pernikahan.

Awalnya, pernikahan itu hanyalah formalitas. Tidak ada cinta, hanya kenyamanan dan kebersamaan lama yang mencoba dijahit kembali dalam bentuk ikatan suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

“Devaaaaa! Aku pengin rujak... tapi yang ada mangga muda, jambu air, nanas, dan belimbing. Yang irisannya rapi, sambalnya yang nggak terlalu pedes tapi kerasa gula merahnya. Pokoknya kayak yang kita beli waktu ke taman minggu lalu!”

Suara Nina menggema di seantero rumah, mengagetkan Devan yang baru saja selesai mengerjakan kerjaan kantor dan menaruh laptopnya. Lelaki itu menoleh pelan, lalu meneguk ludah.

“Sayang, itu... itu penjualnya udah pindah dagang ke daerah Pondok Indah, kan? Kita ke sananya, besok pagi aja ya?” tawarnya sambil tersenyum manis, berharap Nina tidak marah.

Namun kenyataannya...

“BESOK PAGI? AKU PENGINNYA SEKARANG!”

Dan begitulah, lima menit kemudian Devan sudah meluncur naik motor, pakai helm pink punya Nina, dengan jaket tertukar milik ibu artnya, yang kebetulan mirip warna ungu. Semua karena panik dan cinta.

Beberapa menit kemudian, Devan sudah sampai di tempat penjual itu.

“Bu, mangga mudanya ada yang nggak terlalu asem?” tanya Devan sambil ngos-ngosan menghampiri pedagang rujak di pinggir jalan. “Istri saya lagi ngidam... dan sedikit temperamen...” kemudian Devan menyebutkan apa yang Nina inginkan.

Si ibu penjual hanya tertawa sambil meracikkan pesanan dengan irisan yang super rapi. Dan pesanan yang di minta oleh Devan.

“Biasa itu, Mas. Suami siaga ya? Kalau istri marah-marah itu artinya cintanya makin dalam. Cuma... ya Mas siap-siap kuping panas aja.”

Devan cengengesan. “Udah biasa, Bu. Kadang kuping saya sampai berasap, saking seringnya disemprot.”

"Wah, suami langka ini. Harus di lestarikan."

"Ada-ada saja ibu ini" Devan tertawa geli,

Sesampainya di rumah, Devan menemukan Nina yang sudah tertidur di sofa dengan tangan memeluk bantal guling. Wajahnya damai, meskipun tadi sempat mengamuk seperti naga kelaparan.

Devan mendekat pelan, mencium kening istrinya lalu duduk di sampingnya. Ia membuka bungkus rujak perlahan, dan aroma pedas manis itu menyeruak—cukup untuk membangunkan monster kecil di dalam diri Nina.

“RUJAAAK!” Nina langsung duduk tegak.

Devan terkesiap. “Astaga... aku kira kamu tidur beneran.”

“Namanya juga hamil, bukan hibernasi,” jawab Nina sambil nyengir dan mulai menyantap rujak dengan lahap. “Kamu hebat deh. Irisannya rapi banget, sambalnya pas. Kamu pasti sempet ribut sama tukang rujaknya?”

“Enggak kok... aku cuma pura-pura jadi pengacara biar dapet sambel spesial,” gurau Devan. “Kalau kamu happy, aku lebih dari bahagia.”

Nina tersenyum lebar, ia memasukkan potongan rujak itu kedalam mulutnya lagi, dan Devan yang melihat itu bahagia bukan main.

Malam itu, Nina duduk di tempat tidur sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Ia sudah bisa merasakan gerakan kecil si jabang bayi. Tendangan halus dan geli yang kadang membuatnya tertawa sendiri.

“Devan...” panggilnya lembut.

Devan yang sedang sibuk mencari daftar nama bayi langsung meloncat ke kasur. “Kenapa? Kontraksi? Atau... kamu pengin es degan jam tiga pagi?”

Nina tertawa pelan. “Enggak, sayang. Cuma pengin kamu pegang perut aku deh... Bayinya nendang.”

Devan membeku. “N-nendang? Serius?”

Ia meletakkan tangannya dengan canggung di atas perut Nina. Sesaat... hening. Lalu duk!—tendangan kecil menyentuh telapak tangan Devan. Mata lelaki itu langsung berkaca-kaca.

“Masya Allah... dia beneran nendang... Dia denger suara aku ya?” bisik Devan parau, nyaris tak percaya.

Nina mengangguk, matanya pun berkaca. “Katanya begitu... bayi bisa denger suara ayahnya sejak minggu ke-20.”

Devan menempelkan bibirnya ke perut Nina, lalu bicara lembut. “Hai, Nak... Ini Papa. Makasih udah nendang, itu artinya kamu sehat, ya? Jangan bikin Mama ngidam yang aneh-aneh terus, ya... Papa capek muter Jakarta.”

Nina menahan tawa. “Dia kayaknya nurun kamu deh, doyan nge-prank.”

Devan mendengus, namun kembali menempelkan telinganya di perut Nina.

Keesokan harinya, Devan sudah bangun lebih pagi dari biasanya. Ia sudah menyiapkan sarapan spesial: nasi goreng telur mata sapi berbentuk hati, teh manis hangat, dan roti panggang isi keju favorit Nina.

Saat Nina turun dari kamar, matanya langsung membulat melihat meja makan yang penuh.

“Wah... hari ini hari ulang tahun kamu ya?” candanya.

“Bukan. Ini hari ‘Suami Hebat Nasional’,” jawab Devan sambil membawa piring dan meletakkannya di pangkuan Nina. “Dari aku, untuk dua cintaku.”

Nina tak bisa menahan senyum. Ia memeluk Devan dari samping. “Terima kasih... kamu terlalu manis...”

“Aku cuma takut kamu ngidam makan nasi goreng jam lima pagi, terus aku disuruh naik angkot ke Bogor,” jawab Devan serius.

Nina tertawa terbahak-bahak.

"Enggak lah, mana ada." Kata Nina, "Tapi nggak janji besok ya?" Sambung Nina sambil terkikik geli, membuat Devan melotot.

"Nin, jangan bercanda ya. Nggak lucu kalau sampai beneran."

"Nggak, nggak sayang. Kamu ini takut banget sih."

Devan mendengus malas.

Hari itu juga, Devan dan Nina pergi ke toko perlengkapan bayi. Mereka mulai mencicil belanja keperluan, baju, selimut, botol susu, popok, hingga keranjang bayi. Nina tampak sangat antusias—setiap item yang ia lihat selalu memicu komentar lucu:

“Devaaan! Ini lucu banget. Baju bayi bentuk panda!”

Devan menatap harga tag-nya dan diam sejenak. “Lucu sih... tapi harganya nggak lucu, Sayang. Tapi beli aja”

Nina mengangguk, dia langsung mengambilnya. “Kalau kita beliin dia baju boneka lebah, terus dia nangis tiap pakai itu... kamu bakal nyesel,” ujar Nina sambil terkekeh.

"Terserah kamu, kalau kamu suka kamu beliin aja."

Tiba-tiba, saat mereka sedang antri di kasir, seorang ibu-ibu menabrak keranjang mereka.

“Maaf ya, Mas... saya buru-buru!” ujar si ibu dengan panik.

Devan hanya senyum. Tapi ketika hendak membantu mengangkat barang ibu itu yang terjatuh, sebuah popok bayi plastik nyangkut di kakinya, membuatnya terpeleset dan...

“BYUUUUURRR!”

Dia jatuh telungkup tepat di depan kasir. Beberapa orang menahan tawa, dan Nina sudah memegangi perutnya karena terlalu banyak tertawa.

“Mas... kamu kenapa?” tanya si ibu-ibu panik.

“Enggak Bu... saya cuma latihan gaya menyelam... barangkali anak saya nanti jadi atlet renang,” jawab Nina sambil bangkit dan menepuk-nepuk celananya yang kotor.

Nina masih tertawa sambil memeluk perutnya. “Aduh... Devan... kamu bikin baby kita ikutan guling di dalam perut, tahu nggak.”

Malam itu, setelah bersih-bersih dan istirahat, mereka berdua duduk di balkon rumah. Angin sejuk menyapa, sementara lampu-lampu kota terlihat dari kejauhan.

Devan memeluk Nina dari belakang. “Aku masih nggak nyangka, ya... kita yang dulu cuma temenan, sekarang udah jadi suami istri dan calon orang tua.”

Nina menyandarkan kepala di dada Devan. “Dan kamu... ternyata suami yang luar biasa.”

Devan mencium pelipis istrinya. “Dan kamu... adalah hadiah terindah dari sahabat terbaikku.”

Dalam diam, mereka menikmati suara malam. Tak ada yang lebih indah dari momen ini—dua sahabat, dua kekasih, kini menjadi dua orang tua yang menanti malaikat kecil mereka hadir ke dunia.

1
Eva Karmita
masyaallah bahagia selalu untuk kalian berdua, pacaran saat sudah sah itu mengasikan ❤️😍🥰
Julia and'Marian: sabar ya kak, aku kemarin liburan gak sempat up...🙏
total 1 replies
Eva Karmita
semangat semoga semu yg kau ucapkan bisa terkabul mempunyai anak" yg manis ganteng baik hati dan sopan ya Nina
Eva Karmita
semoga kebahagiaan menyertai kalian berdua 😍❤️🥰
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Herman Lim
selalu berjuang devan buat dptkan hati nana
Eva Karmita
percayalah Nina insyaallah Devan bisa membahagiakan kamu ❤️
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
Julia and'Marian: hihihi buku sebelumnya Hiatus ya kak, karena gak dapat reterensi, jadi males lanjut 🤣, makasih ya kak udah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!