Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Lama Lagi
Dua hari kemudian,Bagas kembali mendatangi rumah Naima.berbekal vitamin di tangan nya, Bagas yakin kedatangan nya kesana tidak akan menimbulkan kecurigaan dari Naima dan yang lain nya.
" Nak Bagas! Sejak kapan ada di sini?" tanya Bu Maryah yang baru pulang entah dari mana.
Bu Maryah masih cuti ke pasar,semua biaya hidup sehari-hari berasal dari uang pemberian orang tua Lara dan tanpa sepengetahuan Naima atas permintaan langsung dari Lara,Dito juga tidak lupa memberikan upah yang di dapat kan nya kepada sang Ibu dan itu sudah lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga.
Pagi hari dan sepulang sekolah Naima selalu turun ke dapur membuat pesanan keripik dan gorengan yang biasa di titip kan di warung.
Semua terasa mudah jika di lakukan bersama-sama.
" Baru sampai kok Buk,Naima sama Dito kemana?" tanya Bagas setelah mencium punggung tangan Bu Maryah.
" Naima lagi antar pesanan kue sama keripik,kalau Dito sudah berangkat ke pasar." jawab Bu Maryah lalu membuka pintu rumah dan mempersilahkan Bagas masuk kedalam.
Bagas melepas sepatu mengkilat yang memiliki harga selangit,ini bukan rumah dia dan dia harus mengikuti peraturan yang berlaku di rumah ini.
Tidak ada sofa dan sekarang Bagas duduk lesehan di karpet bulu berwarna merah.
Sebuah hal yang baru bagi Bagas tetapi dia begitu menikmati petualangan baru ini.
" Maaf ya sudah merepotkan nak Bagas lagi,rencana nya besok Ibu sama Naima yang akan pergi mengambil vitamin nya." kata Bu Maryah sungkan dan memang sudah berencana untuk mengambil vitamin yang kemarin tercecer ke baskom berisi air karena ketidaksengajaan dari Dito.
" Saya sekalian lewat di depan sini Buk jadi tidak merepotkan sama sekali." balas Bagas tulus.
Meskipun sedikit kecewa tidak bisa bertemu dengan Naima, tetapi Bagas senang bisa membantu Bu Maryah, kemarin Bu Maryah sendiri yang menghubungi Bagas bertanya perihal Vitamin yang jatuh itu.tanpa di duga Bagas malah datang langsung mengantar vitamin ke sini.
" Berapa harga vitamin nya nak Bagas?" tanya Bu Maryah yang sudah bersiap-siap mengeluarkan dompet usang yang kali ini sudah ada penghuninya.
Sekarang dompet itu bisa di simpan di sembarang tempat tanpa takut ada yang mengambil nya.tidak seperti di rumah lama harus di bawa kemana pun mereka pergi sekalipun itu ke kamar mandi.
" Vitamin ini gratis Buk, tidak perlu di bayar lagi." tolak Bagas mana tega mengambil uang yang di berikan oleh Bu Maryah.
Bu Maryah tentu saja tidak mau menerima itu semua dengan gratis,beliau terus membujuk Bagas tetapi Bagas sama sekali tidak mau menerima uang dari Bu Maryah.
Bu Maryah juga belum tahu tentang uang yang Bagas keluarkan untuk biaya pengobatan di rumah sakit,Naima sengaja mengaku uang itu berasal dari tabungan nya karena tidak mau menambah beban pikiran sang ibu.
Nampak nya obrolan Bu Maryah dan Bagas semakin jauh,Bagas dengan senang hati mendengar kan cerita tentang Naima sewaktu kecil hingga sekarang.
" Jadi Naima sejak kecil memang sudah terkenal pintar dan mandiri ya Buk." tanya Bagas memastikan lagi.
" Iya ,Naima selalu mendapatkan juara kelas,dia juga sering ikut lomba antar daerah dan selalu keluar sebagai pemenang nya.ibu harap nanti dia bisa melanjutkan sekolah nya ke jenjang yang lebih tinggi." kata Bu Maryah yang tidak ingin anak nya juga di rendah kan seperti hal nya diri nya.
" Semua pekerjaan rumah bisa di lakukan nya,bahkan di tempat tinggal yang lama dia tak malu menerima tawaran untuk menyetrika di salah satu rumah tetangga.uang nya malah di kasih sama Ibu semua." sambung Bu Maryah sambil terkekeh dengan wajah bangga terhadap sang putri.
" Calon ibu anak-anak ku memang hebat Bu." batin Bagas lalu merasa malu setelah mengucapkan kata itu.
Karena sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaan nya,Bagas memutuskan untuk pergi dari rumah Naima, meskipun tidak bisa bertemu dengan Naima setidaknya Bagas sudah melakukan hal yang baik untuk keluarga Naima.
" Jangan lupa obat nya di minum dengan rutin dan tidak boleh bergadang ya buk." Bagas masuk ke dalam mobil dari arah belakang Naima muncul tapi tidak kelihatan oleh Bagas yang fokus nya terbagi antara jalan gang yang sempit dan juga Ponsel yang bergetar.
Naima mengetuk pintu yang sudah di tutup oleh ibu nya,begitu pintu terbuka Naima langsung berjalan ke dapur mengisi gelas dengan air putih lalu meminum nya sampai habis.
" Lega nya." gumam Naima sambil mengatur nafas yang memburu kencang.
Di perjalanan pulang tadi Naima sangat kehausan sekali,sudah sore tetapi terik matahari masih terasa membakar kulit nya.Naima bisa saja membeli air mineral namun urung di lakukan sayang dengan uang nya.di rumah mereka ada banyak air putih bisa di minum sepuas hati.
" Tadi Kamu nggak ketemu sama Nak Bagas di depan?" tanya Maryah kepada putri nya karena Bagas juga baru saja pergi dari rumah mereka.
" Nggak Bu,mau apa dokter Bagas ke sini?" tanya Naima balik sambil memicing kan kedua mata.
" Ngantar vitamin Ibu,kata nya sekalian lewat." Naima mengangguk samar tidak ingin bertanya lebih meksipun mencium sesuatu yang mencurigakan dari kedatangan Bagas ke rumah nya.
Ucapan Lara tempo hari kembali bergema di pikiran nya, apa iya? Bagas sudah memiliki pekerjaan yang bagus, sementara dia masih sekolah dan belum jelas masa depan nya,mana mungkin pria itu suka kepada nya.Naima segera mengusir pikiran liar itu dari kepala nya untuk mengurangi beban pikiran.
Jangan sampai rambut nya memutih padahal usia masih sangat muda.
" Bapak mu apa kabar nya?" tanya Maryah tiba-tiba membuat Naima berdecak kesal mendengar pertanyaan dari ibu nya.
" Naima nggak tahu Bu,Naima sudah tidak mau tahu tentang Bapak,Naima harap Ibu juga seperti itu." balas Naima yang tidak habis pikir ibu nya masih saja membahas tentang Bapak yang tidak pernah bertanggung jawab terhadap mereka.
" Bukan begitu!Tadi ibu denger Bapak mu sudah menikah dengan pacarnya itu dan rumah kita sudah di jual kepada orang lain." ujar Maryah lagi.
Tadi di dekat pasar Maryah bertemu dengan Bu Kokom,di sana Bu Kokom menceritakan apa yang di ketahui nya, meksipun jarak rumah Bu Kokom cukup jauh dari rumah Neneng, tetapi kabar penggerebekan itu sampai juga ke telinga Bu Kokom yang memiliki sinyal yang kuat.
Bu Maryah hanya terdiam membisu mendengar cerita Bu Kokom,sedih iya tapi lega jauh lebih banyak.
Semenjak berpisah dari Rudi ,dia bersama kedua anak nya bisa makan dengan enak dan tidur dengan lelap tanpa di hantui drama yang melelahkan.
" Biarkan saja Bu! Semoga saja Bapak setia dengan istri baru nya." Naima tidak tulus mengatakan harapan itu,jika dia berkata kasar pasti ibu nya akan membela Rudi lagi,dari pada berdebat dengan sang Ibu lebih baik dia mengalah saja.
" Di jual sama siapa rumah nya Bu?" tanya Naima penasaran.
Seharusnya rumah itu menjadi milik Naima dan Dito,tetapi Rudi malah rakus ingin menguasai rumah itu sendirian.padahal jika Rudi sedikit saja memiliki kebaikan mereka bisa membagi dua hasil penjualan rumah.namun nyata nya Rudi lebih memilih membahagiakan Neneng ketimbang darah daging nya sendiri.
Naima masih ingat bagaimana perlakuan Rudi terhadap nya tempo hari, semua itu di pendam sendirian tanpa ada niat untuk berbagi kepada sang ibu.
" Ibu juga tidak tahu, padahal rumah itu milik bersama tetapi Ibu sama sekali tidak di libatkan." ujar Maryah dengan wajah sendu nya.
Demi bisa membeli rumah itu ,Maryah rela kerja dari pagi buta sampai sore hari,semua pekerjaan di lakukan nya tanpa merasa malu sedikit pun.meskipun sedang hamil Maryah tetap bekerja tanpa pernah mengeluh capek.
Pernah sekali tidak sengaja ia mengurut kaki di depan Rudi,pria itu langsung memakinya tanpa ampun.
Semenjak saat itu Maryah lebih memilih memendam semua sakit yang di rasakan nya ketimbang harus mendengar ucapan Rudi yang menyakiti hati.
" Nanti kalau Naima ada rezeki lebih,Naima akan belikan rumah untuk ibu.tidak usah mengharap kan lagi sesuatu yang sudah di pegang Bapak, tidak akan di balikkan sekalipun kita sudah menangis darah." semakin membara semangat Naima untuk sukses.akan dia beli rumah untuk ibu nya yang lebih bagus dan besar dari rumah lama dan mereka tidak perlu lagi mengontrak seperti sekarang.
" Sesuatu yang sudah di takdir kan untuk kita pasti akan kembali kepada kita, begitu juga sebaliknya."ucap Naima sambil memeluk tubuh ibu nya.
Suatu hari nanti jika Rudi datang menemui mereka,Naima lah orang pertama yang akan menolak kedatangan Rudi, apapun dan bagaimana respon ibu nya Naima tidak akan membiarkan Rudi kembali bersama mereka dengan mengandalkan cerita sedih nya.
" Aku akan menunggu waktu itu datang.tidak akan lama lagi dan Aku yakin Bapak pasti akan menyesal seumur hidup."
Bersambung
Jangan lupa like,Vote, tinggal kan jejak di kolom komentar dan bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ nya guys
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...