kanya adalah seorang Corporate Lawyer muda yang ambisinya setinggi gedung pencakar langit Jakarta. Di usianya yang ke-28, fokus hidupnya hanya satu, meskipun itu berarti mengorbankan setiap malam pribadinya.
Namun, rencananya yang sempurna hancur ketika ia bertemu adrian, seorang investor misterius dengan aura kekuasaan yang mematikan. Pertemuan singkat di lantai 45 sebuah fine dining di tengah senja Jakarta itu bukan sekadar perkenalan, melainkan sebuah tantangan dan janji berbahaya. Adrian tidak hanya menawarkan Pinot Noir dan keintiman yang membuat Kanya merasakan hasrat yang asing, tetapi juga sebuah permainan yang akan mengubah segalanya.
Kanya segera menyadari bahwa Adrian adalah musuh profesionalnya, investor licik di balik gugatan terbesar yang mengancam klien firman tempatnya bekerja.
Novel ini adalah kisah tentang perang di ruang sidang dan pertempuran di kamar tidur
Untuk memenangkan kasusnya, Kanya terpaksa masuk ke dunia abu-abu Adrian, menukar informasi rahasia de
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FTA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam tanpa tidur ²
Tengah Malam, di Apartemen Kanya.
Apartemen Kanya adalah benteng isolasi total. Semua lampu menyala, dan meja kerjanya dipenuhi laptop yang terhubung ke jaringan aman Adrian dan tumpukan berkas Vanguard Group. Kanya sudah berganti pakaian menjadi hoodie longgar dan celana yoga, tetapi otaknya bekerja dalam mode jas mahal.
Adrian menuntut Mareva Injunction diajukan besok pukul 09:00 WIB.
Mareva Injunction adalah senjata nuklir dalam hukum perdata. Ini adalah perintah pengadilan yang sangat rahasia untuk membekukan aset tergugat (Daniel) di seluruh yurisdiksi, sebelum kasus itu disidangkan. Untuk mendapatkan perintah ini, Kanya harus membuktikan risiko nyata bahwa Daniel bermaksud menjual asetnya (dissipate assets) untuk menghindari kewajiban hukum.
"Daniel menjual Vanguard Maritime ke holding Hong Kong. Itu adalah bukti niat yang jelas," gumam Kanya pada dirinya sendiri.
Kanya mulai menyusun argumennya, menggunakan data transfer aset Adrian yang terenkripsi sebagai tulang punggung petisi. Dia harus menyusunnya dengan sempurna, tanpa cacat, karena jika pengajuan ini bocor sebelum diajukan, Daniel akan segera menyelesaikan penjualan aset dan Mareva Injunction akan menjadi tidak berguna.
Kanya menyesap kopi hitam keempatnya. Di tengah ketegangan dan kelelahan, dia kembali teringat peringatan Laksmana: Kau akan selamanya menjadi Harga Pengkhianatan-nya. Dia tidak lagi berjuang untuk karir, tetapi untuk kelangsungan hidup. Kegagalan berarti Adrian kehilangan puluhan juta dolar, dan Kanya akan membayar harganya.
Dia bekerja selama berjam-jam, menyusun affidavit rinci yang menghubungkan Daniel dengan Vanguard Maritime dan rencana penjualan cepatnya, menunjukkan bahwa transfer ke holding Hong Kong adalah upaya yang jelas untuk melarikan dana. Dia harus memastikan petisi itu diajukan atas nama Vanguard Group, tetapi tidak boleh melibatkan departemen Litigation firmanya sendiri secara resmi—setidaknya, belum.
Pukul 04:00 WIB.
Kanya menyandarkan kepala di meja, menghela napas. Petisi itu selesai. Lebih dari 50 halaman argumen yang kuat. Sekarang masalahnya adalah: bagaimana cara mengajukannya secara diam-diam? Dia tidak bisa membiarkan Dian atau Pak Bram melihat isinya.
Kanya memikirkan semua junior associate dan paralegal yang dia kenal. Dia membutuhkan seseorang yang loyalitasnya bukan kepada Partner Senior, melainkan kepada pekerjaan dan gajinya. Dia membutuhkan seseorang yang tidak banyak bertanya.
Dia teringat pada Doni, seorang Junior Associate muda yang tenang dan sangat terampil dalam tugas administrasi tetapi dikenal sangat menghindari konflik korporat. Doni sering bekerja lembur, tetapi dia sangat individualistis.
Pukul 05:30 WIB.
Kanya mengirimkan email terenkripsi ke Doni, tidak melalui jaringan firma.
Subjek: Bantuan Urgen dan Sangat Rahasia - Bayaran Cepat dan Besar.
Isi: Doni, butuh bantuanmu. Dokumen ini sangat sensitif, terkait klien VIP. Kau harus mencetak dan mengajukannya ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, bagian Pendaftaran Gugatan Perdata Khusus, tepat pukul 08:30. Kau tidak boleh membaca isinya, hanya serahkan. Honor: Rp 10 juta tunai, akan ditransfer pagi ini. Jangan tanyakan siapa pun. Jangan katakan kepada siapa pun. Konfirmasi segera jika setuju.
Lima menit kemudian, balasan dari Doni datang: Deal. Kanya segera mentransfer uang itu, memotong potensi pertanyaan Doni di awal.
Kanya mencetak petisi Mareva Injunction tersebut di printer aman Adrian. Dia menyegelnya dalam amplop coklat tebal yang dilabeli dengan kode dan instruksi penyerahan yang sangat rinci, memastikan Doni hanya akan melihat alamat pengadilan dan waktu penyerahan.
Pukul 07:00 WIB.
Kanya tiba di kantor, jauh sebelum jam kerja normal. Dia menyelinap ke ruang istirahat, di mana Doni sedang memanaskan sarapannya. Kanya menyapa Doni dengan senyum yang sangat jarang ia tunjukkan.
"Doni, terima kasih. Amplop itu. Ingat, pukul 08:30, di tempat yang aku sebutkan. Jangan buka, jangan ditunda," Kanya berbisik, menyerahkan amplop itu.
"Siap, Mbak Kanya. Very confidential. Saya mengerti," jawab Doni, tampak sedikit tegang tetapi bersemangat dengan uang tunai tambahan.
Kanya kembali ke mejanya, jantungnya berdebar. Dia harus menunggu. Dia harus bertindak seperti Junior Partner normal yang sedang meninjau berkas rutin, sementara puluhan juta dolar dan masa depannya sendiri sedang dalam perjalanan menuju Pengadilan Negeri di tangan seorang Junior Associate yang mungkin akan membuat kesalahan sepele.
Kanya duduk di mejanya, memegang ponselnya. Setiap menit terasa seperti satu jam. Dia mencoba membaca berkas Daniel, tetapi matanya hanya melihat angka 08:30:00.
Pukul 08:45 WIB.
Kanya menerima pesan dari Doni. Doni tidak menelepon, hanya mengirim pesan singkat: Done. Berkas diterima dan didaftarkan.
Kanya merasakan gelombang lega yang sangat besar. Mareva Injunction telah diajukan. Daniel dan Vanguard Maritime dibekukan. Penjualan ke Hong Kong itu gagal.
Dia segera mengirim laporan singkat ke Adrian.
Kanya: Mareva Injunction berhasil diajukan pukul 08:45. Penjualan Vanguard Maritime telah dibekukan.
Balasan Adrian datang hampir instan.
Adrian: Itu adalah pekerjaan yang brilian, Kanya. Kau telah menyelamatkan Vanguard $50 juta. Tapi kau baru saja membuat Daniel dan Maya sangat marah.
Kanya: Maksudmu?
Adrian: Daniel menerima pemberitahuan pembekuan aset secara instan dari pengadilan. Dia baru menyadari bahwa dia tidak berurusan dengan gugatan kepemilikan biasa. Dia tahu ada mata-mata di dalam firmanya. Dia menelepon Daniel dan mengancam akan menghancurkan siapapun yang bertanggung jawab atas Injunction ini.
Kanya menahan napas. Ancaman Laksmana berakhir. Ancaman Daniel kini dimulai.
Adrian: Maya sudah bertindak. Dia baru saja mengajukan laporan resmi ke Dewan Etik Firma, menuduhmu melakukan conflict of interest yang sangat serius terkait penunjukanmu sebagai penasihat hukum Adrian.
Kanya menatap pesan itu. Maya telah menyerang jantung karirnya—Dewan Etik. Laksmana mungkin telah pergi, tetapi dia pasti meninggalkan jejak yang Maya bisa gunakan.
Kanya: Konflik apa?
Adrian: Konflik kepentingan lamamu. Kasus pro bono yang kau tangani di tahun 2018. Klienmu dulu di kasus itu adalah seorang bandar narkoba. Maya menuduhmu membiarkan klien itu melarikan diri, yang kemudian di hire oleh Vanguard Group sebagai penasihat offshore. Itu adalah kebohongan yang sangat berbahaya, Kanya. Dan Dewan Etik harus menyelidikinya.
Kanya merasakan kepalanya berputar. Dia tidak pernah membiarkan kliennya melarikan diri. Tetapi Maya tidak butuh kebenaran, dia hanya butuh keraguan. Daniel dan Maya akhirnya melawan, dan mereka menyerang Kanya secara pribadi, bukan Adrian.