"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Lisa menyerang Meira dengan keras, dia tidak bisa mengendalikan emosinya lagi karena ingatannya sudah pulih. Setiap kali mendapatkan kesempatan, Lisa langsung melancarkan serangan, membuat Meira kewalahan.
Meira mencoba untuk melindungi diri, tapi Lisa terlalu kuat dan agresif. Dia terus menyerang, seolah-olah ingin melampiaskan semua kemarahannya pada Meira.
‘Aku ingat semuanya.’
Suasana menjadi semakin kacau, dengan Lisa yang terus menyerang dan Meira yang berusaha untuk bertahan.
Tiba-tiba, seseorang datang dan mencoba untuk melerai mereka, tapi Lisa tidak mau berhenti.
Lisa tidak menghiraukan suara itu, dia terlalu fokus pada kemarahannya terhadap Meira.
"Aku tidak peduli!" teriaknya, sambil terus menyerang.
Suara itu tampaknya milik seseorang yang mengenal Lisa dengan baik, tapi Lisa tidak mau mendengarkan. Dia terlalu larut dalam emosinya dan tidak bisa mengendalikan dirinya.
Meira mencoba untuk melindungi diri, tapi Lisa terus menyerang dengan keras. Situasi semakin tidak terkendali, dan orang-orang di sekitar mereka mulai khawatir.
"Apakah kau pikir aku tidak tahu bahwa kau telah mencuri suamiku dengan senyum manismu yang memikat dan mata indahnya yang mempesona? Akan hancurkan wajahmu yang polos itu, beraninya bermain api dan mencuri suamiku yang seharusnya menjadi milikku sendiri!" teriak Lisa dengan mata berapi-api, membalas rasa sakit di hatinya.
Meira membela diri dengan gigih, sedikit ada kemenangan dalam kondisinya yang sudah babak belur.
"Ampun, aku tidak mencuri suamimu! Dia yang mengejar aku dengan kata-kata manis dan rayuan gombalnya, aku tidak bisa menolaknya karena dia yang memulai semuanya! Kau tidak tahu bagaimana dia membujukku, bagaimana dia membuatku merasa dicintai dan diinginkan!"
Lisa semakin marah. "Beraninya kau bohong! Kau hanya seorang wanita licik yang ingin merebut suamiku dari aku, aku tidak akan membiarkanmu menang!" teriaknya, sambil terus mendekati Meira dengan mata berapi-api.
Meira tidak gentar. "Aku tidak berbohong! Dia yang mengejar aku dengan gigih, dan aku tidak bisa menolaknya karena dia yang memulai semuanya! Kau harus tahu bahwa suamimu tidak setulus apa yang dia katakan, dia hanya ingin memenuhi nafsunya saja!" Meira membalas dengan kata-kata yang menusuk, membuat Lisa semakin marah.
"Hentikan semua ini!"
Suara keras dan tegas terdengar, tubuh Lisa terasa terangkat dan ditarik secara paksa oleh seseorang yang tidak sabar melihat pertengkaran itu.
Orang itu menatap Lisa dengan mata tajam. "Kau seperti wanita gila, tidak bisa mengendalikan emosi dan tindakanmu sendiri. Apa yang kau inginkan dengan terus-menerus menyerang Meira?"
Lisa merasakan sakit yang menusuk di dadanya saat melihat suaminya, Jonathan, berdiri di samping Meira, membelanya. Rasa cemburu dan kemarahan membakar dirinya.
Dengan tangan yang gemetar, Lisa melayangkan tamparan keras di pipi Jonathan. Tapi, itu belum cukup untuk memuaskannya. Tatapan tajamnya seakan ingin mencabik-cabik Meira, wanita yang dianggapnya sebagai musuh.
"Bagaimana kau bisa begitu bodoh?" teriaknya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan. "Aku tidak percaya kau akan membela dia, setelah semua yang aku lakukan untukmu!"
Jonathan tidak bereaksi terhadap tamparan itu, tapi tatapannya menunjukkan kekecewaan dan kesedihan. "Lisa, apa yang terjadi padamu?" tanyanya, suaranya lembut tapi penuh dengan kepedihan.
"Aku hanya melampiaskan ganjalan yang di hati, kamu membuatku sangat muak!" teriak Lisa, matanya menatap Jonathan dengan tajam dan sengit. Nafasnya sedikit sulit dikontrol, tubuhnya gemetar karena kemarahan yang membakar dirinya.
"Kamu telah menghancurkan kepercayaan ku, menghancurkan cinta yang aku berikan padamu," lanjutnya, suaranya penuh dengan kesedihan dan kemarahan.
"Aku tidak percaya kamu bisa begitu rendah, membela wanita lain di depanku."
Tatapan Lisa seakan ingin membunuh, dia tidak bisa menerima bahwa suaminya telah mengkhianatinya.
"Jonathan, kamu telah menghancurkan segala yang pernah aku percayai tentang cinta dan pernikahan," kata Lisa, suaranya penuh dengan kesedihan dan kemarahan.
"Aku telah memberikan segalanya untukmu, aku telah menjadi istri yang setia dan mencintaimu dengan tulus, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu menghancurkan semuanya dengan pengkhianatanmu, dan memilih cinta pertamamu.”
Jonathan mencoba untuk meraih tangan Lisa, berharap bisa menenangkan dan menjelaskan keadaan sebenarnya.
Tapi, Lisa tidak memberikan sambutan baik. Dia langsung menepis tangan Jonathan dengan keras.
"Jangan sentuh aku! Jangan pernah menyentuh aku lagi! Cukup sudah penderitaanku menjadi istri yang terabaikan, cukup sudah aku menjadi bahan permainanmu!"
Suara Lisa terdengar final dan menusuk.
"Aku membebaskanmu dari hubungan ini! Aku tidak ingin melihatmu lagi, aku tidak ingin mendengar suaramu lagi! Kamu bebas untuk mengejar wanita lain, bebas untuk melakukan apa saja yang kamu inginkan, tapi jangan pernah berharap aku akan kembali kepadamu!"
Lisa berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Jonathan yang merasa sedih dan kehilangan.
"Lisa, tunggu! Aku bisa menjelaskan!" teriak Jonathan, tapi Lisa tidak menoleh lagi.
Dia tahu bahwa sudah terlambat untuk memperbaiki keadaan, bahwa kepercayaan Lisa telah hancur dan tidak bisa diperbaiki lagi.
Jonathan merasa bimbang, dia ingin mengejar Lisa dan menjelaskan keadaan sebenarnya, tapi Meira yang terluka membutuhkan penanganan lebih cepat.
Dia melihat Meira yang terbaring di lantai, wajahnya pucat dan terluka.
Dengan berat hati, Jonathan memutuskan untuk menolong Meira terlebih dahulu.
Dia tidak melakukannya karena masih mencintai Meira, tapi karena dia merasa bertanggung jawab atas keadaan yang terjadi dengan memperbaiki apa yang sudah rusak, dan Meira yang menjadi korban keadaan.
Alex datang terlambat, tapi dia langsung melihat kondisi Lisa yang cukup berantakan. Ada luka cakaran di leher dan luka lebam di tangan, wajahnya juga terlihat sedih dan kecewa.
Lisa menatap Alex dengan mata yang berkaca-kaca, dia mengingat semuanya dan merasa terlalu bodoh jika berharap Jonathan datang membelanya.
Alex langsung mengerti keadaan dan menawarkan bantuan.
"Ayo, masuk ke mobil. Aku akan membawamu ke tempat yang aman."
Alex melepas jasnya dan menutupi tubuh Lisa dengan lembut, memberikan sedikit kehangatan dan kenyamanan.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut, sambil memperhatikan luka-luka di tubuh Lisa.
Lisa tidak menjawab, dia hanya mengangguk kecil dan membiarkan Alex menemaninya. Dia merasa lelah dan sedih, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Alex kemudian membantu Lisa masuk ke mobil dan membawanya pergi dari tempat itu.
Jonathan membawa Meira ke rumah sakit dengan cepat, dia tidak menyadari bahwa Lisa juga terluka parah.
Saat dia melihat ke belakang, dia melihat Alex membantu Lisa masuk ke mobil, dan itu membuatnya merasa sesak di dada.
Perhatian Alex pada Lisa membuatnya merasa tidak nyaman, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia telah kehilangan sesuatu yang berharga. Tapi, dia tidak bisa memikirkan hal itu sekarang, karena Meira membutuhkan perawatan medis yang tepat.
Di rumah sakit, Jonathan menunggu dengan cemas sementara dokter memeriksa kondisi Meira.
Dia berharap Meira bisa pulih dengan cepat, tapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia telah membuat kesalahan besar.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang