Apa jadinya jika kakak beradik saling jatuh cinta. Seluruh dunia bahkan menentang hubungan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan sumpah untuk sehidup semati bersama.
Hingga sebuah kecelakaan mengakhiri salah satu hidup dari mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah mereka memang ditakdirkan untuk hidup bersama?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Tabrakan
VROOOM!
VROOOM!
Nabil melajukan motor sportnya melebihi batas membelah jalan kota. Nabila melingkarkan tangannya erat ke pinggang Nabil. Nabila melirik ke arah belakang, pengawal oma Laila mengejar mereka dengan mobil hitam.
Nabila memejamkan mata ketika Nabil dengan lincahnya menyalip kendaraan yang lebih besar tepat di depannya. Nabila takut, motor mereka akan masuk ke dalam ban raksasa yang ada di depan mereka karena jalanan lumayan licin habis hujan deras.
Nabil terus melaju berusaha menghindari kejaran pengawal oma Laila. Mereka melaju di jalan yang sedikit sepi. Dan di depan sana, terlihat beberapa mobil hitam berjejer menutup jalan. Nabil memperlambat laju motornya.
Nabil mengakui kekuasaan Oma Laila yang bisa dengan cepat mengosongkan jalan raya dan menutupnya demi menangkap mereka. Oma Laila memang salah satu orang yang berkuasa di kota itu.
Hotel tempat mereka menginap saja dapat ditemukan orang suruhan Oma Laila. Dan kali ini Nabil tidak bisa melawan karena oma Laila sudah mengambil keputusan. Tidak ada seorangpun yang boleh melawannya.
"Bila, di depan jalan ada Papa," Nabil membuka kaca helmnya menoleh ke belakang.
Nabila membuka matanya dan menegakkan badannya. Nabila melihat papanya berdiri di depan mobil-mobil hitam. Di sana pengawal Laila juga ada. Hakim berjalan menghampiri mereka.
"Sayang, pulang ya. Kita bicarakan baik-baik," bujuk Hakim.
JGEEEER!
JGEEEER!
Tiba-tiba saja langit yang tadinya cerah menjadi gelap. Petir pun tak sungkan berteriak. Kilat membelah angkasa. Butiran-butiran bening mulai berjatuhan.
"Pa, jangan pisahkan kami," mohon Nabila.
"Papa tidak akan memisahkan kalian."
"Tapi Oma ingin mengirim Nabil ke luar negeri," sahut Nabil.
"Kita bicarakan nanti. Kalian ikut Papa pulang ya," Hakim mendekati mereka.
Hujan turun dengan derasnya. Pengawal Laila tanpa perintah dari Hakim berlari menarik paksa Nabila turun dari motor. Nabila tidak tinggal diam. Nabila menendang perut pengawal Laila hingga terjatuh.
Nabil juga membalas pukulan pengawal Laila yang menyerangnya tiba-tiba. Hampir saja Nabil kehilangan keseimbangan jatuh dari motornya. Nabil menghidupkan kembali mesin motornya.
"Nabil! Nabilaaaaaaa!" Hakim mengejar mereka.
Dari arah belakang dua buah motor sport dengan kencang mengejar Nabil.
"Kalian berhenti! Jangan menakuti anak-anakku!"
Hakim berpaling kembali ke mobil.
"Apa yang kalian lakukan!" teriak Hakim.
"Maaf Bos. Ini perintah Bos besar. Nyonya Bos ingin Nabila dan Nabil dipisahkan."
"Apa rencana Mama?"
"Nabil hari ini juga akan dikirim ke luar negeri," jawab pengawal Laila.
"Awas saja jika terjadi sesuatu pada mereka!" Hakim masuk ke dalam mobil dan memerintahkan pengawal Laila untuk mengejar Nabil dan Nabila.
Nabil terus melarikan kencang motornya. Nabil mengoper gigi dan menarik full gas motornya. Dengan lincahnya Nabil mengelabui pengawal Laila, masuk ke celah-celah gang sempit, menyalip mobil-mobil yang ada di depannya.
Nabila semakin mengeratkan pelukannya. Angin berdesing di telinganya. Nabila meringkuk di belakang Nabil saat motor mereka terbang melesat di udara dingin. Jantung Nabila melompat seiring dengan adrenalin yang berpacu.
Nabil melewati jalan yang menanjak. Tubuh Nabila merosot ke belakang. Nabila menjepitkan kedua kakinya saat jalan berbelok. Motor sport Nabil miring ke kiri seiring belokan ke kiri dan miring ke kanan seiring belokan ke kanan.
Jalan kembali menurun. Motor Nabil melesat dengan angin yang berhembus kencang makin cepat, semakin cepat sangat cepat. Nabil tidak melihat sebuah mobil melaju kencang dari samping kanannya.
"TUAN MUDA, AWAAAAAAAASSSS!" teriak pengawal Laila yang ada di belakang.
BRAAAAAKKK!
Motor Nabil tertabrak. Suara benturan terdengar sangat kencang. Nabil dan Nabila terpental ke udara. Nabil dan Nabila tubuh mereka mendarat di atas mobil yang sedang melaju di jalan raya. Sopir mobil itu tersentak dan menginjak rem secara mendadak.
CIIIIIIIIIIT!
Tubuh Nabil dan Nabila jatuh dari mobil dan berguling-guling di atas aspal. Sungguh malang, tubuh Nabila jatuh mengenai motor Nabil yang sudah tidak berbentuk lagi. Sedangkan Nabil berguling ke tengah jalan raya yang padat. Tubuh Nabil terlindas truk bermuatan berat.
Nabil dan Nabila bermandikan darah. Darah mereka tercampur dengan derasnya air hujan. Nabila samar-samar melihat Nabil yang tidak sadarkan diri jauh di seberang sana. Sedikit demi sedikit Nabila merasakan tubuhnya terasa dingin. Pandangannya mengabur, telinganya bergema, napasnya terputus. Nabila tidak sadarkan diri.
Kondisi di perempatan jalan besar itu menjadi macet total. Semua pengendara jalan menepi mencari tahu apa yang terjadi. Dua pengawal Laila memecah kerumunan.
"Permisi, permisi, ini Tuan kami," seorang pengawal Laila memeriksa keadaan Nabil.
Salah seorang pengawal Laila yang lain mencek keadaan Nabila. Mereka segera menelepon ambulans. Hadi yang juga mendapat telepon dari pengawal Laila segera menuju TKP.
Tidak lama setelah itu, mobil patroli polisi dan mobil ambulans tiba. Nabila terlebih dahulu di masukan ke dalam ambulans dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Hakim tiba setelah ambulans itu membawa Nabila. Hakim melihat Nabil yang juga dimasukkan ke dalam ambulans. Hakim ikut masuk ke dalam mobil ambulans.
"Nabil, Nabil, ini Papa Nak," Hakim berlinangan air mata menatap Nabil yang berlumuran darah.
Hakim memegangi tangan Nabil. Hakim terus memanggil nama Nabil. Sayup-sayup Nabil masih bisa mendengar Hakim memanggil namanya dengan suara tangisnya.
Nabil perlahan membuka mata, pandangannya sedikit buram. Nabil masih bisa melihat dua orang berpakaian putih membersihkan wajahnya dan juga memasang alat bantu pernapasan kepadanya.
"Ma ... af," lirih Nabil.
Hakim mendekatkan telinganya ke bibir Nabil.
"Ma ... af," kata Nabil.
"Iya sayang, Papa maafin. Cepat sembuh sayang. Papa akan melakukan apa saja untuk kamu," Hakim tidak sanggup melihat Nabil yang sekarat.
"Dok, tekanan darahnya semakin melemah," kata perawat yang memeriksa Nabil.
"Tolong anak saya Dok, tolong," Hakim sedikit menjauh memberi ruang untuk Dokter dan perawat memberikan pertolongan kepada Nabil.
Nabil memejamkan mata. Nabil tidak lagi merasakan sakit di tubuhnya. Dokter dan perawat terus berusaha melakukan yang terbaik untuk kelangsungan hidupnya.
Nabil melayang keluar dari tubuhnya. Nabil melihat tubuhnya yang lemah tak berdaya. Nabil meneteskan air mata. Ini adalah takdir hidup yang harus dia jalani. Nabil juga melihat Hakim yang terus menerus berdoa meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk kesembuhan dan panjang umurnya.
"Pa, Papa, maafin Nabil. Nabil penuh dosa, Nabil tidak bisa hidup lebih lama. Maaf," Nabil tertunduk di samping Hakim.
"Maaf Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Anak Bapak sudah meninggal," Dokter dengan berat hati memberikan kabar duka untuk Hakim.
Tangis Hakim pecah. Hakim meraung di depan jenazah Nabil. Hakim memeluk dan mengguncang-guncang tubuh Nabil, memaksa Nabil untuk membuka mata. Hakim akan mengabulkan permintaan Nabil. Hakim akan memberikan semua kemauan Nabil asalkan Nabil kembali masuk ke dalam tubuhnya dan hidup kembali.
Dokter dan perawat menenangkan Hakim. Hakim dalam kesedihan teramat dalam. Hakim belum siap kehilangan Nabil. Anak yang akan menjadi penerusnya kelak.
Hakim Memegang dadanya yang sesak. Jantungnya berdetak sangat cepat. Kepalanya pusing dan badannya terasa lemas.
"Pak, Bapak," Dokter merangkul pundak Hakim yang mulai lemas.
Hakim jatuh tidak sadarkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...