Sungguh perjalanan yang penuh liku dan misteri! Dari seorang penyendiri dengan masa lalu kelam, Sean menjelma menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dihormati, bahkan kekuatannya mampu mengguncang sebuah kerajaan. Keputusannya untuk "pensiun" dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Sang Pencipta membuka lembaran baru bagi alam semesta.
Kelahiran Ling di tengah hutan belantara, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, seolah menjadi jawaban atas permintaan Sean. Kehidupan damai Ling di hutan, pertemuannya yang tak terduga dengan dunia luar, dan bakatnya yang luar biasa membawanya ke Akademi Peacock, tempat di mana potensi tersembunyinya mulai terungkap.
Pertemuannya dengan Dekan Fu Dai menjadi titik balik penting dalam hidup Ling. Bimbingan khusus dari sang Dekan membuka jalannya untuk memahami dan mengendalikan 'Napas Pembekuan Roh', sebuah kekuatan unik yang misterius. Latihan yang keras dan pengetahuan yang ia dapatkan di akademi perlahan mengikis kebingungannya dan mengasah kemampuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan leluhur dari ketiga akademi
Di tengah hiruk pikuk Akademi Peacock yang baru saja menyambut kedatangan sosok legendaris, Fu Bai sang pendiri, kelegaan menyelimuti hati para murid dan staf. Kehadiran sang leluhur yang dikabarkan memiliki kekuatan Kaisar seolah menjadi jaminan keamanan di tengah ancaman bencana yang membayangi. Namun, ketenangan itu tidak menjalar ke benak para profesor senior.
Dengan langkah gundah, mereka berkumpul di ruang rapat, mendesak Dekan Fu Dai untuk mengatur pertemuan dengan Tuan Fu Bai. Profesor Long, sosok yang dikenal santai dan penuh canda, kali ini menampilkan wajah serius yang langka.
"Dekan Fu Dai," Profesor Long memulai dengan nada berat, "ekspresimu saat berbincang dengan Tuan Leluhur Fu Bai di acara penyambutan sangat jelas terlihat. Ada kekecewaan setelah percakapan singkat itu. Kami menduga ini berkaitan dengan masalah besar yang akan datang. Sepertinya ini bukan sekadar masalah biasa, hingga jawaban Tuan Leluhur membuatmu begitu terpukul."
Awalnya, Profesor Long hanya ingin memahami bagaimana kekuatan Kaisar Fu Bai yang konon mampu mengguncang langit dan bumi dapat membantu mengatasi bencana di masa depan. Ia sempat yakin bahwa sang leluhur dengan kekuatannya yang tak terbayangkan mampu menepis segala malapetaka. Namun, ketika ia menggunakan bakat bawaannya untuk melihat sekilas masa depan, ia dikejutkan oleh visi mengerikan tentang sesosok entitas dengan aura pembunuh yang begitu pekat, jauh melampaui kekuatan Fu Bai. Bahkan, percakapan singkat antara Dekan Fu Dai dan Tuan Leluhur pun tak luput dari penglihatannya, meninggalkan rasa khawatir yang mendalam di hatinya.
Selama ini, Profesor Long menikmati hidup dengan santai. Namun, bakat uniknya sebagai peramal masa depan, yang ia gunakan untuk mengawasi kesejahteraan orang-orang di sekitarnya, kini memaksanya untuk bertindak dengan keseriusan penuh. Ia menyadari bahwa kelalaian sekecil apapun dapat berakibat fatal bagi para murid Akademi Peacock dan seluruh rakyat Kerajaan Krisan.
Dekan Fu Dai menghela napas panjang, seolah beban berat menindih pundaknya. Awalnya, Tuan Fu Bai dengan tegas melarang siapapun mengganggunya sebelum urusan mereka berdua selesai. Namun, permintaan Profesor Long yang didukung oleh seluruh jajaran profesor senior membuatnya tak berdaya. Profesor Long, satu-satunya di Kerajaan Krisan yang dianugerahi bakat ganda sebagai seorang alkemis ulung dan seorang peramal masa depan yang handal, jelas tidak bisa diabaikan. Apalagi dengan tatapan penuh harap dari para profesor lainnya.
"Baiklah," kata Dekan Fu Dai akhirnya, bangkit dari kursinya dengan berat hati. "Aku akan mengantar kalian semua menemui Tuan Fu Bai. Tapi ingat satu hal, ketika kalian berada di hadapannya, tunjukkan aura kultivasi kalian sekuat mungkin. Hanya dengan begitu kalian akan dianggap layak untuk diajak berbicara oleh Tuan Fu Bai." Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan berjalan keluar ruangan, diikuti oleh para profesor dengan langkah penuh harap dan kecemasan.
Di tengah area latihan terbuka yang baru saja dibangun di jantung akademi, para murid yang tengah tekun berlatih di bawah arahan para senior dibuat penasaran oleh pemandangan tak biasa. Mereka melihat Dekan Fu Dai berjalan tergesa-gesa melewati lorong, diikuti oleh barisan profesor dengan ekspresi serius.
Ling, yang sedang melatih jurus tombaknya dengan gerakan lincah, seketika menghentikan latihannya dan matanya mengikuti kepergian rombongan itu.
"Ke mana semua profesor bersama guru?" gumam Ling dengan dahi berkerut.
Tak lama kemudian, Song Kang dan Fang Yin, yang juga menghentikan latihan mereka, menghampiri Ling. "Halo, Ling," sapa mereka serempak.
Ling membalas sapaan mereka dengan senyum tipis.
"Ling, apa kau tahu kira-kira apa yang akan dilakukan para profesor dan Dekan? Kenapa mereka semua pergi bersama-sama?" tanya Song Kang dengan nada ingin tahu.
Ling menggelengkan kepalanya. "Entahlah, aku tidak tahu. Sejak kedatangan Tuan Leluhur Fu Bai, guru belum pernah menemuiku lagi. Biasanya, setiap ada kegiatan penting, Dekan pasti akan memberitahuku terlebih dahulu," jawab Ling, merasa sedikit terasing dari informasi penting akademi.
"Sebaiknya kita semua lebih giat lagi berlatih," sela Fang Yin dengan nada penuh tekad, "agar kita bisa memberikan kontribusi nyata untuk bencana yang akan datang nanti." Ia kemudian menarik Song Kang dan Ling menuju tumpukan buku tebal yang diberikan oleh Profesor Hua Mei dan Profesor Yu Zhang. Buku-buku itu ternyata adalah kitab-kitab kuno tingkat tinggi yang berisi ilmu bela diri langka dan teknik-teknik penguasaan diri yang mendalam. Meskipun sulit dipahami, buku-buku itu kini terbuka untuk dipelajari oleh semua murid akademi yang telah mencapai tingkatan kultivasi yang memadai.
Song Kang dengan antusias mengambil sebuah buku kuno yang judulnya memancarkan aura kecepatan. Begitu membukanya, matanya langsung berbinar-binar tak percaya.
"Kalian berdua lihat ini!" serunya dengan nada penuh kegembiraan.
Fang Yin dan Ling yang melihat reaksi Song Kang yang begitu antusias segera mendekat.
"Lihat! Buku ini berisi ilmu bela diri kuno yang sangat langka, hampir tidak ada lagi yang menggunakannya! Apalagi jurus 'Serangan Satu Ayunan Pedang' ini..." Song Kang menggeleng-gelengkan kepalanya dengan takjub. Di kerajaannya, ilmu bela diri kuno adalah barang langka yang sulit didapatkan. Kini, ia menemukan teknik yang begitu hebat dan sangat cocok dengan dirinya. Ia merasa keputusannya untuk meninggalkan kerajaannya dan mencari kemandirian di Akademi Peacock adalah pilihan yang tepat.
Ling dan Fang Yin pun ikut mencari buku-buku kuno yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Namun, keberuntungan Song Kang tampaknya tidak menular pada mereka. Mereka akhirnya memilih ilmu bela diri biasa, meskipun terlihat menjanjikan kekuatan yang besar jika dikuasai dengan benar.
Sementara itu, Dekan Fu Dai dan para profesor tiba di depan sebuah gua yang terletak di lereng bukit belakang akademi. Para profesor saling bertukar pandang dengan ekspresi tak percaya. Bagaimana mungkin seorang leluhur sehebat Fu Bai memilih tinggal di gua yang gelap dan sederhana ini? Bukankah di dalam akademi terdapat banyak tempat yang jauh lebih nyaman untuk ditinggali dan bermeditasi, apalagi dengan energi Qi yang melimpah?
"Ayo semuanya, kalian harus mengeluarkan aura masing-masing!" perintah Dekan Fu Dai dengan nada mendesak. Tanpa ragu, semua profesor segera memancarkan aura kultivasi mereka. Namun, tanpa sepengetahuan para profesor yang tengah fokus memancarkan aura, Dekan Fu Dai menyelinap pergi secara diam-diam.
Profesor Jia Li, seorang kultivator dengan atribut kayu, memancarkan aura hijau tua yang kuat dari tubuhnya. Profesor Hua Mei, dengan atribut ilusi tingkat rendah, memancarkan aura merah muda yang lembut namun mempesona. Profesor Yu Zhang, dengan atribut baja yang kokoh, memancarkan aura abu-abu yang dingin dan solid. Profesor Long, dengan atribut api tingkat tinggi, memancarkan aura merah menyala yang terasa membakar. Profesor-profesor lainnya pun mengikuti, memancarkan aura dengan warna dan intensitas yang berbeda-beda, memenuhi udara dengan energi spiritual yang bergejolak.
Namun, tepat ketika mereka semua menyadari kepergian Dekan Fu Dai yang misterius, sebuah serangan dahsyat melesat keluar dari dalam gua dengan kecepatan yang mencengangkan.
Sresssss...
Insting para profesor yang terlatih dengan baik bekerja dengan cepat. Mereka semua dengan sigap menghindar ke berbagai arah. Suara ledakan dahsyat mengguncang area itu ketika serangan tak terduga itu menghantam pepohonan besar di sekitar gua.
Duaarrrrr...
Mata semua orang terbelalak, dipenuhi keterkejutan dan kebingungan. "Kenapa Tuan Leluhur malah menyerang kita?" seru Profesor Hua Mei dengan nada cemas.
"Ini pasti ulah si Fu Dai! Dia sepertinya sengaja menjebak kita!" geram Profesor Jia Li dengan nada kesal karena merasa dipermainkan oleh lelaki tua itu.
Tiba-tiba, suara tawa rendah bergema dari dalam gua. "Hahahaha... ternyata para penerus yang kini mengurus akademiku lumayan hebat juga. Refleks kalian cukup baik untuk menghindari serangan pembuka dariku. Apakah kalian semua mau bermain-main sedikit dengan pak tua ini?" Sosok Tuan Fu Bai akhirnya muncul dari kegelapan gua. Meskipun usianya telah mencapai ratusan tahun, penampilannya masih tampak awet muda, tak jauh berbeda dengan para profesor yang berdiri di hadapannya.
Ucapan Tuan Fu Bai yang terdengar santai, seolah serangan barusan hanyalah sebuah permainan, membuat Profesor Yu Zhang tercengang. Ia yakin serangan tadi hanyalah sebagian kecil dari kekuatan sebenarnya sang leluhur. Namun, bagi mereka yang masih berada di ranah raja tahap pertama ke bawah, serangan itu bisa berakibat luka parah jika tidak berhasil menghindar.
"Salam hormat untuk Tuan Leluhur," sapa mereka semua serempak dengan nada hormat, menyadari bahwa serangan tak terduga itu mungkin adalah ujian pertama dari sang pendiri untuk menguji kelayakan mereka.
Tuan Fu Bai mengangguk pelan, lalu tatapannya menyapu seluruh profesor. "Aku tahu kalian semua pasti ingin membicarakan sesuatu denganku, bukan?" Semua profesor mengangguk serempak, menantikan kesempatan untuk menyampaikan kekhawatiran mereka.
"Tapi aku sedang tidak berminat untuk berbicara panjang lebar saat ini," lanjut Tuan Fu Bai dengan senyum tipis yang menyimpan makna tersembunyi. "Bagaimana kalau kita sedikit pemanasan? Bertarunglah melawanku. Biar nanti aku putuskan apakah kalian pantas menyandang gelar profesor dan berbicara denganku."
Senyum tipis itu membuat bulu kuduk para profesor meremang. Mereka, sebagai pendidik berpengalaman, sangat familiar dengan senyuman khas seorang guru yang hendak menguji murid-muridnya dengan cara yang tidak biasa.
Tuan Fu Bai tiba-tiba melayang di udara, meninggalkan jejak angin di belakangnya, lalu terbang menjauh dari gua. Ia memberi isyarat kepada para profesor untuk mengikutinya. Tanpa ragu, para profesor melompat dan terbang mengejar sang leluhur, dipenuhi rasa penasaran dan sedikit gentar.
Mereka mengikuti Tuan Fu Bai hingga tiba di sebuah medan tanah gersang yang luas. Tidak ada tumbuhan atau kehidupan lain di sana, hanya hamparan tanah kering dan bebatuan besar yang berserakan.
Tuan Fu Bai berhenti di tengah medan itu, menghadap kepada dua puluh profesor yang terdiri dari empat profesor pemimpin besar dan enam belas profesor lainnya.
"Mari kita mulai," ucap Tuan Fu Bai dengan nada datar. Ia mengangkat tangannya perlahan, dan seketika tekanan yang luar biasa besar menghantam para profesor. Kecuali Profesor Yu Zhang yang tubuhnya kokoh bagai baja, semua profesor langsung berlutut di tanah, wajah mereka menahan rasa sakit yang luar biasa.
Tuan Fu Bai ternyata memiliki atribut Gravitasi yang langka, dan kini ia mempertontonkan kekuatan atribut yang jarang ditemui itu. Kekuatan fisik Profesor Yu Zhang memang tak tertandingi di antara mereka, hasil dari latihan fisik ekstrem yang ia jalani bertahun-tahun tanpa mengandalkan kekuatan kultivasinya. Namun, tekanan gravitasi yang begitu dahsyat mulai menguji batas kemampuannya.
"Hahaha... seorang yang bisa bertahan dalam tekanan gravitasi awal dariku ini pasti memiliki daya tahan fisik yang luar biasa," puji Tuan Fu Bai sambil menatap Profesor Yu Zhang dengan tatapan tertarik. "Tetapi apakah dirimu masih bisa menahan tekanan dariku yang selanjutnya?" Satu jari diangkat oleh Tuan Fu Bai, dan seketika tekanan di sekitar Profesor Yu Zhang meningkat berlipat ganda. Profesor Yu Zhang menggeram tertahan, berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan posisinya hingga otot-otot di tubuhnya menegang dan tercetak jelas.
Dua jari diangkat oleh Tuan Fu Bai, dan tubuh Profesor Yu Zhang mulai bergetar hebat. Ia merasakan tekanan yang semakin kuat menghimpit setiap tulang dan ototnya, membuatnya semakin sulit untuk bernapas.
Dan ketika jari ketiga diangkat, Profesor Yu Zhang akhirnya tidak mampu lagi menahan tekanan yang luar biasa itu. Dengan geraman tertahan, lututnya menyentuh tanah.
"Sialan..." gumamnya pelan, mengakui keunggulan kekuatan sang leluhur.
Tiba-tiba, suara bariton yang penuh ejekan memecah ketegangan. "Aku tidak menyangka seorang Fu Bai yang terhormat akan menindas juniornya sendiri, apalagi sampai menggunakan teknik penekanan sepuluh jari... ck... ck... ck..." Sosok seorang pria paruh baya yang tampan dengan senyum mengejek muncul di tepi medan gersang, diikuti oleh sekelompok besar pria dan wanita paruh baya di belakangnya.
Tuan Fu Bai menyipitkan matanya, mengenali sosok yang baru datang. "Ow... ow... ow... ternyata rival lamaku juga sudah keluar dari pengasingannya. Haya, apakah dirimu juga ingin ikut bermain-main denganku? Para juniorku ini ternyata masih terlalu lemah untuk menahan teknik pemanasan biasa dariku, jadi tidak pantas kalau aku harus terlalu menindas mereka. Lagipula, aku juga tahu kalau kamu juga telah 'memanaskan' para junior di belakangmu itu, bukan?"
Sosok yang dipanggil Haya itu adalah Haya Zo, pendiri Akademi Guntur yang terkenal dan rival abadi Tuan Fu Bai. Kekuatan dan ranah kultivasi mereka berdua sama-sama berada di puncak ranah kaisar tingkat kedua, menjadikannya rivalitas yang legendaris di dunia persilatan.
Sebelum Haya Zo sempat menjawab, suara lembut namun penuh wibawa seorang wanita memecah keheningan. "Bagaimana kalau aku juga ikut bergabung dalam 'permainan' yang menarik ini?" Sosok seorang wanita paruh baya yang anggun dan cantik melangkah maju dari kelompok Haya Zo. Dialah Grace, pendiri Akademi Daun Semanggi yang terkenal dengan keharmonisan dan kekuatan alamnya.
"Grace...?" ucap Tuan Fu Bai dan Haya Zo secara bersamaan, nada suara mereka bercampur antara keterkejutan dan keheranan, membuat para profesor di kedua belah pihak saling bertukar pandang dengan bingung. Pertemuan tak terduga tiga pendiri akademi besar ini jelas menandakan bahwa situasi yang akan mereka hadapi jauh lebih rumit dari yang mereka bayangkan.