NovelToon NovelToon
PUSAKA NAGA API

PUSAKA NAGA API

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:20.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.

Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Sementara itu, Kelana jati dan Darma wisesa akhirnya harus kembali melawan Sar wana.

Mereka berdua tidak berpikiran untuk memilih kedua pemuda yang datang, karena Sar wana segera menghadang langkah keduanya yang hendak menyerang Dirga.

"Aku lawan kalian!" Sar wana seketika menebaskan tongkat emasnya ke tubuh Kelana Jati. Kekuatan besar yang dilepaskan penguasa jurang Panguripan itu menimbulkan deru suara yang membuat bising telinga.

Lelaki tua itu tidak sempat lagi untuk menghindar. Dia mengangkat tongkatnya untuk menahan tebasan tongkat emas Sar wana yang sudah mengincar kepalanya.

Blaaar!

Ledakan dahsyat pun terdengar menggelegar di dalam hutan tersebut. Dedaunan berhamburan berterbangan menjauh disertai debu tebal yang mengepul menutupi pandangan.

Menahan tebasan itu tampaknya pilihan yang salah buat Kelana Jati. Meski dia sudah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan, nyatanya tubuhnya masih tetap terlempar belasan meter ke belakang. Luncuran tubuh senjanya berhenti setelah sebuah pohon besar harus tumbang tertimpa punggungnya.

Dalam keadaan masih tergeletak di tanah, Kelana Jati memuntahkan darah segar dari bibirnya. Pandangannya nanar menatap awan yang terhampar luas di angkasa.

Dia tidak bisa berpikir apa-apa saat ini. Kedua tangannya mati rasa akibat benturan yang terjadi. Dan yang membuatnya miris, tongkat pusakanya bahkan tidak bisa bertahan hanya dalam satu serangan kuat yang dilakukan kera besar tersebut.Darma wisesa yang berada di dekat Kelana jati saat tebasan kuat itu dilepaskan Sar wana, juga harus menerima akibatnya. Tekanan yang muncul akibat ledakan itu membuatnya terhempas beberapa meter, dan menabrak pendekar lainnya yang sedang bertarung dengan Dirga.

Dampaknya, pendekar yang tertimpa tubuh Darma wisesa harus mengalami nasib naas. Dia meninggal dunia seketika tanpa sempat untuk bernapas lebih lama.

Sadar tidak punya kesempatan untuk menang, Darma wisesa memilih untuk melarikan diri dari tempat tersebut.

Tapi tampaknya itu juga pilihan yang salah, karena Sar wana tidak membiarkan lawannya itu pergi begitu saja. Dia sudah memberikan satu kesempatan kepada mereka untuk meninggalkan hutan itu, tapi ternyata mereka mengindahkan peringatannya. Dan kali ini dia tidak akan memberikan kesempatan lagi.Darma wisesa bangkit berdiri dan berlari sekuat tenaga yang dia punya. Dengan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya, lelaki yang berumur hampir setengah baya itu melesat dengan harapan bisa menyelamatkan nyawanya.

Sar wana menyeringai melihat lawannya kabur dari pertarungan. Dalam sekali bidikan, tongkat emas di tangannya melesat mengejar laju lari Darma wisesa yang sudah berada jauh di depan.

Secepat apapun Darma wisesa berlari, kecepatan tongkat emas masih jauh di atasnya. Dalam waktu singkat, Darma wisesa bisa terkejar, bahkan tongkat emas Sar wana menghujam punggung lelaki itu hingga tembus dan keluar melalui perutnya.

Seusai mencabut nyawa Darma wisesa, tongkat emas kembali ke tangan Sar wana. Tanpa menunggu lagi, kera besar itu melesat mendekati Kelana Jati yang berusaha bangkit berdiri."Sudah saatnya bagimu untuk menyusul temanmu!" Sar wana tersenyum menunjukkan gigi taringnya.

Kelana Jati menatap kera besar itu dengan pandangan ketakutan. Tanpa sadar langkah kakinya terseret mundur dua langkah. Rasa takut akan kematian mulai menjerat pikirannya.

Di pertarungan lain, Dirga masih tetap menggunakan jurus yang sama untuk melawan dua orang pendekar yang mengeroyoknya.

Meski hanya menguasai satu jurus saja, tapi nyatanya Dirga bisa memaksimalkan jurus yang digunakannya tersebut. Pemuda tampan itu menggabungkannya dengan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya yang memang sudah mendekati taraf sempurna.

Dua orang pendekar yang mengeroyoknya bahkan tidak bisa membaca gerakannya. Selain karena memang kemampuan mereka yang tidak terlalu tinggi, jurus Tapak Naga Perkasa memiliki pergerakan yang begitu liat dan sulit untuk diantisipasi.

Secara perlahan, pemuda tampan itu bisa menguasi kegugupannya. Sudah barang tentu itu berakibat sangat positif buatnya. Gerakannya semakin tenang dan tanpa kesulitan menelusup membuka pertahanan yang dibuat kedua lawannya.

Kedua lawannya menggelepar dengan tubuh mengepulkan asap yang cukup tebal. Keduanya mati setelah telapak tangan Dirga mendarat telak di dada dan perut mereka.

Sementara itu, Kelana Jati seperti melihat sosok Dewa kematian berdiri di depannya. Lutut tuanya bergetar hebat, seiring detak jantungnya yang juga berdetak cepat. Bayang-bayang kematian terlihat seperti sedang menari-nari di pelupuk matanya.

Lelaki tua itu tidak bisa berpikir jernih untuk mencari cara menyelamatkan hidupnya. Dia hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan yang ada.

Kata melawan bahkan tidak ada lagi dalam pikirannya. Hancurnya tongkat kesayangannya secara tidak langsung telah meruntuhkan semangatnya.

"Sudah saatnya bagimu untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia!" ucap Sar wana sebelum menebas tubuh renta Kelana jati.

Lelaki tua itu sedikitpun tidak berusaha menahan serangan yang dilepaskan kera besar tersebut. Dia pasrah dan memejamkan matanya, sesaat sebelum tongkat emas membuat tubuhnya hancur menjadi serpihan kecil.

Sar wana mendesis kecil, setelah nyawa manusia yang berani mengganggu ketentraman hutan sudah dikirimnya menemui Dewa kematian.

Pandangan kedua bola matanya teralih kepada Dirga dan pemuda lain yang sudah membantunya. Meski dia yakin bisa mengalahkan mereka semua, tapi setidaknya bantuan keduanya bisa sedikit meringankan bebannya.

Namun yang menjadi pertanyaan besar buatnya, siapa sosok pemuda yang datang bersama Dirga? Selama ratusan tahun menghuni jurang Panguripan, dia tidak pernah mengetahui ada manusia lain selain mendiang sahabatnya.

Di lain pihak, Hydra sedang mengakhiri perlawanan pendekar terakhir yang masih tersisa. Tebasan cakarnya berhasil mendarat telak dan meremukkan tulang tengkorak lelaki tersebut.

Dirga menghela napas panjang melihat betapa ngerinya sahabat barunya itu dalam membantai lawan.

"Kenapa kau bengong seperti itu?" tanya Sar wana yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Dirga.

Pemuda tampan itu menggunakan pandangan matanya sebagai kode agar Sar wana melihat ke arah yang sama.

"Oh itu ...! Nanti kau pun akan seperti dia, Dirga. Ketahuilah, jika kau sudah terjun ke dalam kerasnya dunia persilatan, hal-hal seperti itu akan sering kau temui. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika kau pun akan menjadi pelakunya." Sar wana memberi penjelasan.

Dirga hanya mengangguk-angguk tanpa bersuara. Pada dasarnya, dia adalah sosok yang tidak suka kekerasan. Tapi begitu dia menjadi korban oleh sekelompok sindikat penjualan manusia, amarahnya pun tumbuh untuk melawan. Apalagi kini dia sudah mendapat bekal yang mumpuni.

Saat ini, dia belajar bagaimana kerasnya kehidupan di luar sana. Demi memenuhi ambisi, siapapun bisa saling membantai. Tidak perduli kawan atau lawan, selama menghalangi ambisi, maka akan dihabisi

"Di mana kau bertemu pemuda itu?" tanya Sar wana, mengagetkan Dirga yang terpaku menatap puluhan jasad di sekitarnya.

"Mmm..." Dirga bingung harus menjawab apa. Sebab Hydra bukanlah manusia seperti dirinya. Dan yang membuatnya heran, bagaimana Sar wana bisa tidak mengetahui jika dirasakan dari energi yang dimiliki Hydra.

"Sebaiknya kau bertanya langsung kepadanya saja," jawab Dirga, setelah melihat Hydra berjalan ke arah mereka berdua.

Sar wana menatap ayunan langkah Hydra yang semakin mendekat. Dari gerak-geriknya, dia yakin jika sosok pemuda yang sedang ditatapnya itu bukanlah manusia seperti Dirga. itu membuat kecurigaannya pun tumbuh besar.

1
Nggenk Topan
up lagi thor gk pake lama 😀
Ahmad Buchori
up up up up
Ahmad Buchori
up up up
Nggenk Topan
sikat habisss semuaaaaa
Nggenk Topan
kenapa dirga tdk menggunakan pedang naga api nya thor?
Nggenk Topan
syukurin ronggo terjebak dgn kelicikannya sendiri
Nggenk Topan
mantap dirga
Nggenk Topan
lanjut thor
Nggenk Topan
mantap thor
Nggenk Topan
dirga semangat...
Nggenk Topan
lanjut thorrr
Nggenk Topan
mantap pedang naga api sdh ditemukan dirga...
Nggenk Topan
Luar biasa
Nggenk Topan
top
Nggenk Topan
mantuuulll
Nggenk Topan
lanjut thorrrr
Nggenk Topan
mantappp lanjut thor..
Nggenk Topan
cerita di awal yg bagus thor
Ahmad Buchori
up terus Thor sampe laerrr
Ahmad Buchori
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!