Mikhaila Danya Bimantara, 28 tahun, wanita mandiri pemilik toko bunga istri dari Rain Bagaspati harus menerima kenyataan pahit saat suami yang di cintainya harus menikah dengan sahabatnya yang telah hamil.
Fabyan Alkandra Sadewa, 30 tahun pria lajang tampan, dingin seorang CEO, memilih melajang di usianya yang sudah matang, wanita baginya hanya sosok yang membuat hidupnya tidak fokus mencapai tujuannya menjadi pebisnis nomor satu.
Pertemuan tak di sengaja antara Mikha dan Alka di sebuah cafe membuat hal yang tak pernah mereka bayangkan terjadi.
Sebuah kisah percintaan antara wanita yang pernah kecewa dengan pria yang menganggap wanita terlalu banyak dramanya, akankah membuat mereka bersatu?
Yuk, ikuti kisah cinta antara Mikha, Rain, Alka, pastinya seru dan bikin terharu.
Salam hangat,
ariista
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rain Kembali Ke Rumah
Mami Zayna, Rain dan Mikha sudah sampai di mansion luas dengan gaya arsitektur Mediterania. Mereka bertiga memasuki ruangan luas yang tampak mewah.
Mansion mewah yang hanya di tempati oleh mami Zayna seorang. Setelah menikah Mikha dan Rain menempati rumah mereka sendiri. Setelah bercerai mereka menempati apartemen mewah milik mereka.
"Mau langsung ke kamar Rain? Atau mau di ruang tengah aja?" tanya mami.
"Ke kamar aja Mi, mau baring sebentar,"
"Baiklah, Mikha temani kakakmu sampai ke kamarnya ya,"
"Iya Mi,
Rain jalan perlahan di temani Mikha sampai ke kamarnya.
" Kakak bisa sendiri Kha,"
"Mikha temani Kak, jangan membantah,"
Rain berjalan berdampingan dengan Mikha menuju kamar Rain.
Kamar yang sudah lama tidak ditempati oleh penghuninya. Rain dan Mikha masuk ke kamar yang luas, tetap rapi dan wangi. Mikha membuka tirai gorden tebal yang menutupi jendela. Tirai tipis masih menutupi jendela kaca yang tebal. Cahaya matahari menjelang siang masuk ke dalam kamar Rain.
Rain sudah duduk di pinggir kasur.
"Kakak mau langsung baring atau mau duduk di sofa dulu? Mikha ambilkan minum putih dulu,"
Di dalam kamar Rain ada kulkas kecil karena tau Rain mau pulang ke rumah, bibi sudah mengisinya dengan air mineral botol sedang dan kecil, ada juga minuman dingin lainnya.
Mikha mengambil satu botol sedang air mineral dan ada beberapa cemilan.
"Kakak mau ke balkon? Mikha temani,"
"Apa kamu gak ke toko?"
"Ke toko bisa nanti-nanti Kak, yang penting kakak dulu sehat,"
"Temani kakak ke balkon,"
"Iya kak," Mikha membawa cemilan dan minuman dingin ke balkon, hari belum terlalu panas. Rain dan Mikha duduk di sofa empuk di balkon kamar Rain.
Suasana canggung, keduanya saling diam, Mikha sibuk dengan ponselnya.
Rain menatap dari samping adik angkatnya yang cantik dan enak di pandang.
"Kha," panggil Rain.
"Iya Kak," Mikha menoleh.
Mata keduanya beradu. Terlihat sorot mata sendu dari wajah tampan mantan suaminya ini. Mikha mengalihkan tatapannya, degup jantungnya masih belum bisa di normalkan jika dekat dengan mantan suaminya ini.
"Kakak minta maaf Kha dengan semua yang terjadi, kakak tau kamu dan mami pasti marah dan kecewa sama kakak," Rain terdiam sejenak ia melihat reaksi dari mantan istrinya ini.
Mikha menatap kembali mantan suaminya sekaligus kakak angkatnya ini.
"Mikha gak apa-apa kok Kak, mungkin pernikahan kita satu kesalahan, tapi itu menjadikannya satu pengalaman yang tidak bisa di lupakan, kita hanya menikah karena mengikuti permintaan papi Kak, dan itu sudah berlalu," Mikha menhibur dirinya sendiri juga mantan suaminya itu.
"Kakak yang salah, menikah dengan Yara juga kakak tidak mencari kebenarannya dulu apakah yang di kandung Yara anak kakak atau bukan," Rain terjeda sejenak.
Pandangan mereka sama-sama lurus ke depan.
"Jangan menyalahkan diri sendiri kakak, banyak yang terlibat dalam pernikahan kakak dan Yara, bukan kakak saja, semua juga pasti kecewa dengan Yara,"
"Ya kamu benar, apa kamu mau maafkan kakak? Pernikahan kita gagal Mikha,"
"Iya Kak, kalo jalannya sudah seperti itu kita hanya bisa menjalani saja kakak, suratan takdir seperti apa yang harus kita jalani ke depannya kita tidak akan pernah tau, tapi selalulah berbuat baik dengan semua orang kak,"
"Iya bener kamu Mikha, maafkan kakakmu ini yang tidak berguna menjaga adiknya, maafkan kakak dengan statusmu sekarang, maafkan ya," mata Rain berkaca-kaca.
"Kakak jangan bicara lagi, itu sudah berlalu, sekarang lebih baik kakak fokus dengan kesembuhan kakak, sudah takdir kita kak, jodoh kita pendek, Mikha baik-baik aja kok," Mikha bicara tetapi tidak menatap ke Rain.
Rain menghela napasnya.
"Terimakasih Mikha, kakak gak tau juga apa yang akan terjadi ke depannya, tapi kakak harap semua akan baik-baik saja, semoga kamu akan mendapatkan jodoh yang baik Mikha, kakak lihat sepertinya Alka memberi perhatian lebih ke kamu Kha,"
Mikha menoleh ke samping ke Rain, tatapan mereka kembali bertaut.
"Hanya teman Kak, Alka anak dari langganan bunga di toko Mikha,"
Rain menganggukkan kepalanya.
"Ya kalian berteman dulu aja, mana tau ke depannya berjodoh,"
Mikha mengerucutkan bibirnya.
"Kakak ingin kamu mendapatkan laki-laki yang baik Mikha, kakak bisa tenang jika kamu nanti menikah dengan laki-laki yang mencintaimu,"
Rain menatap wajah cantik adiknya ini, Rain sendiri heran dengan dirinya kenapa waktu menjadi suami Mikha dirinya tidak bisa senyaman ini bicara dengan Mikha, kenapa seperti ada jarak diantara mereka.
"Udah siang, pindah ke dalam yuk, panas di sini," ajak Rain.
"Iya Kak, kakak istirahat aja, Mikha mau ke kamar Mikha dulu,"
Mereka berdua beranjak dari balkon masuk ke kamar Rain.
Rain duduk di pinggir kasur, ia memandangi Mikha yang membawa cemilan masuk dan meletakkan di meja dekat sofa.
Mikha berjalan ke arah Rain.
"Kak, itu kalo mau minum sama ngemil Mikha letakin di meja, Mikha ke kamar dulu ya,"
"Iya, Kha, terimakasih,"
"Dah Kak, Mikha ke kamar Mikha,"
Mikha meninggalkan Rain sendirian di kamarnya. Rain membaringkan dirinya di kasur. Perasaan Rain juga tak menentu berhadapan dengan Mikha dirinya seperti kakak yang akan melindungi adiknya, tapi ada sisi hatinya yang lain yang tidak menginginkan Mikha dekat dengan laki-laki lain. Rain bingung dengan perasaannya sendiri. Rasa apakah yang dirasakannya ini.
Mikha sudah berada di dalam kamarnya. Notif dari grup toko bunganya selalu ada begitu juga dari Dewinta sahabatnya juga dari teman barunya Alka.
Baru saja Mikha mau membuka pesan dari Alka, orangnya sudah menelpon.
Mikha membiarkan beberapa saat, baru kemudian mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam, Mikha, kamu dimana? Apakah Pak Rain sudah pulang dari rumah sakit?"
"Sudah Alka, barusan juga sampai rumah satu jam yang lalu,"
"Ohh, apa kamu sudah ke toko bungamu? Aku mau pesan buket bunga lagi, yang di kamar udah layu lama, bisakah?"
"Bisa, nanti aku buatkan Alka, kamu ambil aja ke rumah ya, kalo udah selesai nanti aku kasih tau,"
"Baiklah Mikha, terimakasih, minggu depan perusahaan juga akan memesan beberapa buket bunga besar akan ada acara anniversary perusahaan minggu depan nanti kamu datang ya,"
"Oh ya? Apakah ini undangan khusus dari seorang CEO perusahaan besar?"
"Ya anggap saja seperti itu undangan resminya nanti menyusul, terimakasih ya Mikha, apa kamu sudah makan?"
"Makan? Ini baru jam berapa? Makan siang satu jam lagi Alka,"
"Oh iya, kabari saya kalo buketnya sudah selesai ya Mikha,"
"Siap Pak Alka, saya buatkan dulu buketnya ya,"
"Baiklah, terimakasih sekali lagi, see you, aku tutup telponnya ya,"
"Baiklah, see you too, Alka,"
Terdengar nada putus dari sambungan telpon. Mikha tersenyum sumringah sepertinya ibu dan anak akan menjadi langganan tetap buket bunga tokonya.
Sementara di seberang sana di ruangan kerjanya seorang lelaki tampan tersenyum lebar bisa mendengar suara merdu wanita yang sudah mengganggu pikiran dan hatinya.
Ya, Alka senang bisa mendapatkan jawaban dari wanita yang sudah membuat hari-harinya bersemangat. Alka lelaki yang tidak tertarik dengan wanita itu begitu bertemu Mikha menjadi berubah. Rasanya ia ingin terus mendengar suara Mikha, menghubunginya atau hanya mengirim pesan singkat saja dan di balas itu membuat Alka tambah bersemangat.
Alka akan mencoba mendekati wanita cantik itu. Latar belakang keduanya yang berbeda dalam hal percintaan apakah akan bisa bersatu? Alka dengan kecuekannya terhadap wanita dan Mikha yang masih belum move on dari rasa cintanya kepada kakak angkatnya.