Nizma Aida Mahfud, gadis cantik putri sulung dari Ustad Yusuf Mahfud, pemimpin pondok pesantren Al Mumtaz. Berparas cantik dan lulusan Al-Azhar Kairo membuat dirinya begitu didamba oleh semua orang.
Namun dia harus menerima kenyataan ketika sang Abah menjodohkannya dengan seorang pria bernama Bagas Abimana. Pria menyeramkan penuh tatto di sekujur tubuhnya dan merupakan ketua geng preman penuh masalah dan jauh dari Tuhan.
Sebagai seorang putri yang berbakti akhirnya Nizma menerima perjodohan itu meski banyak pihak yang menentang.
Akankah Nizma mampu menaklukkan hati seorang Bagas yang sekeras batu? mungkinkah Bagas akan berubah menjadi sosok imam yang baik bagi Nizma? ikuti terus kisah rumah tangga dengan bumbu cinta didalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Bukan siapa-siapa?
Sebuah film kini telah diputar. Tampak suara gelak tawa penonton saat film tersebut menampilkan adegan komedi.
Pilihan film yang Nizma tonton kini memang bergenre komedi romantis. Namun entah kenapa fokus Nizma justru kepada gal lain.
Wajahnya tampak datar cenderung murung. Pikiran Nizma saat ini sedang melalang buana entah kemana. Sebuah kejadian tak menyenangkan yang baru saja dia alami sebelum masuk ke dalam bioskop membuat moodnya langsung merosot drastis.
"Kenapa? Masih mikirin yang tadi?" bisik Bagas membuat lamunan Nizma buyar.
Nizma hanya menoleh ke arah Bagas tanpa mengatakan apapun.
"Sudah ku bilang dia bukan siapa-siapaku." bisik Bagas lagi.
"Bukan siapa-siapa kok meluk-meluk." gerutu Nizma dalam hati.
Kejadian kurang mengenakkan terjadi tadi saat Nizma dan Bagas sedang membeli cemilan. Seorang gadis muda yang begitu cantik dengan pakaian sexy tiba-tiba menghampiri Bagas sambil memeluknya.
Tak hanya itu saja, gadis itu dengan terang-terangan langsung mencium pipi Bagas. Istri mana yang tak meradang ketika suaminya mendapat reaksi spontan seperti itu.
Meskipun Bagas langsung menegur gadis itu namun Nizma tetap saja merasa kesal.
"Siapa dia abang?" tanya Nizma.
"Bukan siapa-siapa." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Bagas. Sebuah jawaban yang begitu abu-abu untuknya.
Nizma ingin kembali bertanya namun Bagas terus mengalihkan pembicaraan. Bagaimana mungkin dia percaya jika gadis itu bukan siapa-siapa sementara sorot mata Bagas yang menatapnya tajam langsung membuat gadis itu seolah tunduk dan pergi meninggalkannya.
Baru saja Nizma merasa senang karena perlakuan manis Bagas namun lagi-lagi harus kembali menghadapi masalah baru.
Bagas berusaha membujuk Nizma dengan menggenggam jemari tangan gadis itu. Hangat dan lembut dirasakan Nizma. Tapi hal itu tak serta merta membuat perasaannya kembali membaik. Mungkin hanya berkurang satu persen saja.
Hingga akhirnya film selesai kini Nizma buru-buru beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan tanpa menghiraukan Bagas yang mengekor di belakangnya.
Sedikit menghentakkan kakinya sebagai sebuah protes alamiah yang dilakukan oleh nalurinya. Tapi hal itu justru membuat Bagas mengulum senyum. Istrinya jadi semakin menggemaskan saat merajuk.
Namun sebuah panggilan langsung membuyarkan konsentrasi Bagas.
"Nizma.." seorang pria tengah melambaikan tangannya kepada istrinya.
Nizma dan Bagas menoleh serentak. Dia melihat sosok pria yang masih seumuran Nizma dengan senyum lebarnya melambaikan tangan.
"Julian?" ucap Nizma kemudian.
Bagas hanya terdiam melihat interaksi antara keduanya.
"Hai Niz, lama banget nggak ketemu lo, makin cantik aja. Apa kabar lo?" celetuk pria bernama Julian tersebut.
Bagas langsung mengernyit saat mendengar pria lain memuji istrinya.
"Aku baik, kamu sendiri apa kabar?" ucap Nizma kemudian.
"Baik dong, eh Abah sama Umi sehat kan? Lama banget nggak ketemu beliau." ujar Julian.
"Alhamdulillah sehat. Kamu sudah lama di Indonesia?" tanya Nizma.
"Baru semingguan. Tapi kayaknya bakal agak lama sih di Indo ntar urusan selesai balik ke Amerika lagi. Oh ya, besok-besok boleh ya gue mampir ke Abah kangen banget soalnya." ujar Julian.
"Boleh kok, pintu rumah Abah terbuka untuk semuanya." ucap Nizma sedikit melirik Bagas.
"Eehmm.." tiba-tiba Bagas berdehem untuk mencari perhatian diantara mereka.
Julian pun akhirnya menyadari keberadaan Bagas. Pria itu tampak menatap heran kepada Bagas.
"Siapa Niz? Bisik Julian.
"Perkenalkan, saya Bagas suami Nizma." Bagas mengulurkan tangannya kepada Julian dengan sorot matanya yang tajam.
"Julian." Julia tersentak hebat saat mengetahui Nizma sudah menikah.
"K-kok lo nggak bilang-bilang kalau nikah Nizma?" Julian tampak terkejut terlebih melihat penampilan Bagas yang menurutnya cukup Badass.
"Kami menikah belum lama kok. Baru beberapa minggu." ucap Nizma.
Bagas terus menatap Julian dengan tatapan menghunus hingga membuat Julian merasa kikuk sendiri. Akhirnya pria itu pun berpamitan kepada Nizma dan Bagas dengan alasan ingin membeli sesuatu.
Nizma pun kembali berjalan menuju tempat parkir mobil. Sementara Bagas berusaha mengimbangi jalan Nizma.
"Siapa laki-laki tadi?" tanya Bagas kemudian.
"Bukan siapa-siapa." ucap Nizma ketus.
Bagas langsung menghentikan langkahnya saat mendengar jawaban Nizma. Padahal dia sudah hampir terbakar cemburu melihat interaksi Nizma dan Julian tadi.
Dan jawaban Nizma tentu saja menjadi tamparan keras untuk Bagas. Ternyata kata 'bukan siapa-siapa' dalam konteks seperti ini benar-benar menjengkelkan.
Sampai akhirnya Bagas dan Nizma sampai di dalam mobil keduanya pun tampak saling diam. Nizma menatap Bagas dengan kesal karena jawaban mengawang tadi sementara hal yang sama dirasakan oleh Bagas.
Tak ada pembicaraan diantara mereka. Bagas fokus menyetir mobilnya sementara Nizma hanya diam menatapi jalanan dari balik jendela kaca.
Banyak sekali pertanyaan bahkan berbagai macam rutukan kekesalan terus berkesumat didalam hatinya. Namun Nizma tau diri dan dia tak ingin membuyarkan fokus Bagas yang sedang menyetir.
Sampai di rumah Nizma langsung pergi ke dalam kamar. Melemparkan tubuhnya di atas kasur tanpa peduli dengan keadaan sekitar.
Bagas masih sibuk mengambil barang-barang belanjaan mereka. Saat memasuki kamar Bagas melihat Nizma yang tidur meringkuk membelakanginya.
"Sepertinya Julian begitu dekat dengan keluarga kamu. Aku hanya ingin tahu siapa dia dan apa hubungannya denganmu." ucap Bagas akhirnya.
Nizma haya diam tak bergeming. Hanya suara des ahan panjang nafasnya. Lama kelamaan suara nafas itu tampak tersengal menjadi sebuah isakan.
Seketika Bagas membalikkan tubuh Nizma. Dan benar saja gadis itu sudah menangis.
"Nizma kamu menangis?" tanya Bagas.
"Abang ingin tahu tentang Julian? Seberapa dekat aku dengan Julian? Sudah ku bilang dia buka siapa-siapa." ujar Nizma sarkas.
"Tapi aku hanya ingin tahu Nizma apa salahnya." oceh Bagas.
"Lalu wanita itu? Yang katanya bukan siapa-siapa abang? Bagaimana kalau sampai Julian melakukan hal yang sama dengan wanita itu lakukan?" Nizma menatap tajam Bagas.
"Akan ku patahkan leher pria itu." jawab Bagas nyalang.
"Begini saja abang sudah marah, bagaimana denganku abang? Wanita itu jelas-jelas mencium dan memeluk abang didepan mataku. Lalu saat aku tanya kata abang bukan siapa-siapa. Nggak mungkin abang." Nizma mengusap air matanya dengan kasar meski air mata baru juga kembali meleleh di kedua pipinya.
"Oh, atau emang selera abang yang seperti itu? Gadis cantik sexy dengan pakaian terbuka. Apa aku harus berdandan seperti wanita itu juga supaya abang tertarik padaku?" pernyataan Nizma tentu saja langsung menyulut amarah Bagas.
"Sampai kamu seperti itu aku akan menghukum mu Nizma." ucap Bagas dengan nyalang.
"Tapi kenapa abang? Apa yang harus aku lakukan agar Abang mau menerimaku. Bahkan sedikitpun abang tak pernah menginginkan aku." Tangis pilu yang Nizma rasakan sebanding dengan sakitnya hati Nizma. Cinta tak terbalas yang dia rasakan begitu menyakitkan.
"Siapa bilang aku tak menginginkanmu Nizma? Justru aku sangat menginginkanmu. Aku sungguh mendambakan mu Nizma." jawaban Bagas seketika menghentikan tangis Nizma.
...****************...
Sama cntik
ahhh.. pinisirin.
lanjut thor