I'M NOT A FLOOZY

Spring weather in Nottingham

Beldiq menatap hangat ke arah Anne. Mimpi dan keinginannya bertemu dengan kekasih hatinya kembali, kini telah terwujud. Saatnya menuntaskan rasa rindu yang telah ada di depan mata. "Anne, aku suka dari dulu senyumanmu itu yang selalu manis. Bahkan hingga kini tidak pernah berubah."

Semburat merona wajah Anne saat dipuji sang kekasih hati yang selalu menggodanya.

"Jangan menggombal Beldiq, aku sudah tua kulitku sebentar lagi semakin keriput." Anne menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kalau kita membahas usia, lihatlah! Aku pun juga semakin tua. Namun aku tidak mau terjerumus dengan rasa itu."

Beldig membelai rambut Anne dengan lembut. Tangannya turun dan meraih jemari Anne, mengangkatnya dan mengecup jari-jari wanita yang sangat dicintainya itu.

"Tubuh boleh tua, namun jiwa kita harus tetap muda dan itu pasti." Beldiq mengerlingkan matanya ke arah Anne yang tersenyum demi melihat ulah Beldiq. Perlahan namun pasti, cinta mereka bersemi kembali setelah perpisahan karena perjodohan kala itu.

"Anne, menikahlah denganku dan kita menua bersama. Aku akan menjagamu hingga nyawaku meregang kembali kepada Sang Pencipta."

Senyum manis terukir di bibir Anne. Tangan dengan jari yang lentik itu balas membelai dagu kokoh pria yang juga dicintainya itu.

"Beldiq, keinginan dalam hidupku saat ini adalah menemukan kembali putriku. Aku akan menebus hari-harinya yang hilang sejak kami terpisah. Aku akan memenuhi dan menebus segala yang terampas dari hidupnya. Aku tak pernah tahu apakah putriku hidup sejahtera atau mungkin sengsara. Aku harus menyakinkan Gulizar bahagia. Aku tak akan memaksakan kehendak, andaikan dia menemukan pendamping dalam hidupnya di Indonesia ataupun siapa dia.

Aku tak tahu bagaimana kondisi putriku yang sebenarnya. Namun aku harus pastikan, saat kami berjumpa, anakku akan merasakan bahagia lahir maupun batin."

Panjang lebar Anne memberikan alasan untuk Beldiq.

Anne menundukkan kepalanya sambil menghela nafas.

'Apakah anakku dirawat dengan baik oleh penculiknya? Apakah dia juga menempuh pendidikan yang menjadi haknya?'

Anne kembali bertanya-tanya dalam hati. 'Seperti apakah putriku sekarang? Usianya kini sudah 17 tahun, sudah seharusnya dia kuliah bila dia mendapat pendidikan yang benar.'

Beldiq melihat rona wajah Anne yg menghilang dan berganti sendu.

Direngkuhnya kepala Anne ke dadanya dan memeluknya erat.

Bukan Beldiq namanya kalau dia akan mengalah lagi untuk kedua kalinya. "Aku akan tetap mendampingimu hingga keinginanmu tercapai. Setelah kau memboyong putrimu kembali, aku akan melamarmu lalu kita menikah."

Sambil mengecup dahi Anne, kembali Beldiq mempertanyakan kasus yang menimpa putrinya Anne. "Apakah semua rencanamu untuk menemui putrimu sudah tertata dengan rapi? Bagaimana pendapat John? Apakah kau akan tetap menempuh jalur hukum untuk sang penculik?"

Beldig berargumen,

"Sebab kejadiannya belum tentu ada unsur kesengajaan, bila mengingat pada waktu itu juga terjadi kecelakaan pada penumpang lainnya di dalam kapal pesiar tersebut." Kembali Beldiq mengerutkan keningnya.

"Semua kembali kepadamu honey, John pasti tahu, dan dia tentu akan melakukan yang terbaik untukmu, dan untuk anak kita."

Anne menatap Beldiq, dia kembali teringat, bukan hanya putrinya yang hilang tetapi juga satu set perhiasan hadiah dari suaminya juga raib.

"Aku tetap akan menempuh jalur hukum. Bagaimana mungkin orang itu tega menculik anak balita? Coba pikirkan baik-baik. Semula aku menduga anakku yang tercebur ke laut. Setelah korban ditemukan, itu bukan putriku tetapi seorang anak laki-laki berusia delapan tahun." Dengan menggebu Anne mematahkan argumen Beldiq.

Beldiq kembali merengkuh tubuh kekasihnya sambil menenangkannya.

"Maaf sayang, tadi aku hanya mencoba memahami masalahmu. Percayalah, segala sesuatu, bila tiba saatnya, pasti akan terungkap. Sekarang tenangkan hatimu. Aku yakin dan percaya Tuhan akan mengembalikan Gulizar ke pangkuanmu, dan kita akan menjalani hidup dengan damai."

Anne kembali terhanyut oleh semua kata-kata Beldiq, lalu menganggukkan kepala diiringi senyum yang penuh pengharapan.

Sementara itu di villa milik John, tawa riang kembali meramaikan suasana yang semula tenang, sejak John dijemput Ray untuk pergi ke kantor.

Kedatangan Liana kembali untuk melanjutkan program yang telah disetujui John dalam upaya mengubah penampilan gadis pendiam dan culun bermetamorfosis menjadi gadis anggun.

"Sekarang kita ulang berlatih bejalan di atas garis ya sayang.

Busungkan dadamu, melangkahlah dengan pasti. Tidak boleh ragu-ragu. Jejakkan langkahmu tetap di atas garis. Jangan menunduk. Pandang wajahmu di cermin itu. Berbaliklah dengan anggun dan melangkah sesuai irama ketukan."

Liana dengan telaten melatih gerak tubuh dan langkah Palupi, sampai dirasakan Palupi behasil menjalani sessie pelatihan awal.

"OK baby, kita istirahat sejenak. Merry tadi sudah menyiapkan jus buah untuk kesehatan tubuh kita."

Tanpa aba-aba, Palupi berlari menuju ruang makan. Dengan nafas agak memburu diraihnya gelas jus dan meminumnya sampai tandas.

Merry geleng-geleng kepala melihat Palupi yang sudah tidak sabaran meneguk jus buatannya.

"Pelan-pelan Nona. Ini masih ada di pod." Sambil menunjukkan pod yang masih berisi setengah.

Palupi kemudian menghempaskan badannya ke kursi.

"Liana sudah membuatku kehausan. Tadi aku lupa membawa botol minumku."

Liana menyusul sambil mengomel panjang pendek.

"Haduh ciiiyn. Gimana sih? Kemarin kan sudah dibilang belajar berjalan yang anggun. Tidak boleh berlarian lagi." Sembur Liana.

Palupi hanya cengar-cengir menunjukkan giginya yang putih tersusun rapi. "Iya maaf, aku tadi betul-betul kehausan. Jangan marah dong." Sambil senyum-senyum dan memainkan alisnya naik-turun.

Sambil tertawa geli, Merry kembali ke dapur dan menyiapkan masakan untuk makan siang.

"Kita sekarang masuk ke sessie yang sebenarnya ya Ciiyn. Jam istirahat hanya 30 menit."

Kembali Liana bicara tegas untuk membawa Palupi ke ruang gym.

"Baiklah." Jawab Palupi sambil meraih botol minumnya.

Liana mengeluarkan dua stel high heels yang berbeda ukuran untuk dipakai Palupi.

"Eh, aku bisa pakai yang ini." Tunjuknya pada sepatu yang berukuran tinggi 7Cm.

Sambil tertawa Palupi teringat pernah menyembunyikan high heels milik Riris dan mencoba memakainya sambil menyapu rumah saat Riris dan ibunya pergi.

Liana tidak terkejut dengan penjelasan Palupi. "Baiklah Non, kita mulai berjalan memakai yang ini."

Palupi segera memakai dan mencobanya berjalan di atas garis. Awalnya Palupi kesulitan karena cara berjalan yang diatur, membuatnya hampir terjerembab dua kali.

Ternyata berjalan memakai high heels dengan cara yg anggun sangat sulit. Tuntutan John untuk tampil anggun mulai dirasakan sebagai kebutuhan dalam diri Palupi.

'Ini baru belajar jalan pakai high heels. Belum lagi memadupadankan pakaian. Ah, semua itu harus kupelajari agar mama Anne tak memandangku sebelah mata.' Bisik Palupi dalam hatinya.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

hufft Palupi harus giat lagi 🤣, kira kira dapet restu nggak sih 🤧 jadi gamang aja.

Tetap dukung Palupi ya permirsah 🤗, like rate ⭐🖐️ dan komen jangan lupa nggih biar semangat mengejar cinta Palupi mas John nya🤭

RR😘

TBC🤗