Persahabatan yang dibumbui rasa cemburu! Apakah itu cinta atau hanya suatu rasa karena terbiasa bersama?!
Ndis, Jo, dan Fajar, ketiga manusia yang dipertemukan dari kecil, menjadi teman dari SD sampai beranjak dewasa mereka selalu bersama.
Hingga perasaan aneh itu muncul diantara ketiganya saat salah satu diantara mereka memutuskan untuk bersolo karir! Hah?? Apa??
Simak kelanjutan kisah mereka di sini! Angel!!
❤️KARYA INI DICIPTAKAN OLEH DFE, DILARANG PLAGIAT, MARI KITA BERKARYA BERSAMA, MENGHIBUR DAN MEMBAGIKAN KEBAHAGIAAN BERSAMA DI SINI! SALAM MENGSAD😌 ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Usaha Mengambil Hati
Malam Minggu, semua makhluk juga tahu ada ritual khusus setiap malam ini. Yang punya pacar bisa ngapelin pacarnya, yang enggak mau jalan-jalan bisa juga nongkrong di pojokan dengan modus di luar jalanan macet. Entah sejak kapan di desa jalannya bisa macet. Mungkin ada tujuan lain di balik alasan itu, ngirit misalnya! Modal pas-pasan tapi punya pasangan itu harus pinter-pinter menyusun keuangan wahai saudaraku. Menyusun alasan lebih tepatnya hahaha.
Bagi yang jomblo, ada saja alasan bikin jalan rame, ngukur jalan riwa-riwi, sambil menyemangati diri sendiri 'nanti bakal ketemu jodoh di jalan'. Dikira jodohnya itu adalah sejenis duit receh yang bisa ditemuin di jalan.
Tapi, apapun kita harus menghargai apapun status orang. Jomblo bukan aib wahai kawan. Jadilah jomblo yang bermartabat dengan tidak menggangu milik orang lain, sadar diri saja saat belum menemukan jodohmu. Karena percayalah setiap umat nabi Muhammad Saw itu diciptakan berpasang-pasangan. Jika pasanganmu datangnya belakangan, jangan pula jadi penikung yang main di belakang. Ini ngetik apa sih? Lha mbuh hahahaha.
Dewa membuka pintu kafe, di sana sudah ada gadis yang sengaja menunggu beberapa menit yang lalu karena datangnya lebih awal dari pada Dewa.
Di desa ada kafe? Ada! Tempat karaoke juga banyak bertebaran saat ini, banyak tempat hiburan lainnya. Sekarang desa Wekaweka enggak sejadul dulu, banyak perombakan di sana-sini. Membuat warga desa sana tidak kekurangan tempat nongkrong ala anak kota.
"Maaf nunggu lama," Dewa menarik kursi untuk duduk di hadapan lawan bicaranya.
"Lain kali aku males nunggu kamu." Ucap gadis itu dengan muka jutek yang tidak dibuat-buat. Jutek sudah gawan bayi gadis itu.
"Enggak ada lain kali, karena setelah ini aku pastiin bukan kamu yang menungguku tapi aku yang datang langsung untuk mu."
Dewa, lelaki dewasa yang memang pandai memilih dan mengolah kata apa yang tepat untuk membuat lawan bicaranya ini terpesona.
"Ngapain ngajak ke sini? Biasanya juga kalau mau ketemu tinggal datang ke rumah." Ndis, gadis ini yang sedari tadi menjadi lawan bicara Dewa.
"Cari suasana baru. Siapa tahu pulang dari sini bisa punya status baru juga." Senyum itu selalu tersemat di wajah tampannya.
"Status baru apa maksudnya?" Bertanya karena memang tidak mengerti.
"Status baru, yang awalnya kita teman bisa naik pangkat jadi pacar atau teman hidup juga boleh. Kamu boleh pilih salah satu, aku saranin pilih yang paling akhir aja."
Senyum Ndis membuat Dewa makin bersemangat mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Kamu suka bercanda seperti ini? Untung aku bukan tipe cewek baperan, bisa bahaya kalau yang kamu ajak bercanda ini tipe baper dan moodie'an bisa di telen bulat-bulat kamu mas. Di suruh tanggung jawab!"
Dewa mengambil kopi yang tadi dia pesan, menyesapnya perlahan. Benar-benar lelaki dewasa yang aaah.
"Enggak semua orang aku ajak ngobrol begini, dan aku lagi enggak sedang bercanda." Jawabnya.
"Kenapa lihat aku kayak gitu banget to, ada yang aneh?"
"Ada. Yang aneh bukan kamu tapi aku, kenapa cuma lihat kamu berkedip, lihat kamu merapikan rambut mu, melihat kamu tersenyum seperti itu bisa bikin jantungku nyaris bergeser dari tempatnya."
Lagi. Level Dewa memang beda, berkali-kali bisa membuat Ndis tersenyum bahagia seperti itu. Tanpa Ndis sadari sejak kedatangannya di kafe itu ada seseorang yang memperhatikan di meja paling ujung dengan senyum sinis yang menandakan ketidaksukaan terhadap pemandangan yang dia lihat.
Neta mengeluarkan ponselnya. Satu buah foto dia ambil, bidikan itu tepat mengarah pada objeknya di depan sana. Saat sang objek tidak mengetahui jika gerak-geriknya dipantau oleh Neta yang cosplay jadi paparazi.
"Masih mending aku, sayangnya cuma buat ayang Fajar aja. Lihat ini yang, buka mata kamu! Sahabat yang kamu bela-belain yang kamu bilang ada di hatimu, ternyata malah jalan sama cowok lain! Hahaha.. Aku enggak sabar ngasih foto ini sama ayang. Saat ayang Fajar udah kecewa sama cewek linggis sok manis itu, saatnya aku masuk ke hatinya dan bikin ayang klepek-klepek sama aku. Yes! Luar biasa, aku emang pinter!"
Jarinya lincah mencari nomer Fajar di ponselnya. Saat ketemu, dia merenggut karena ternyata dia enggak bisa ngirim gambar hasil karyanya pada Fajar, kenapa? Nomernya telah diblokir Fajar.
"Rizna! Pinjem hapemu!! Sial_an pakai blokir aku lagi!" Neta kesal karena baru tahu nomernya diblokir.
"Mau apa pinjem hapeku? Aku lagi wa calon masa depanku ini." Agak kesal tapi tetap menyerahkan ponselnya.
"Gayamu calon masa depan, kenalan mu aja paling banter cuma si Kipli satpam baledesa!" Yuni berucap diteruskan dengan tawa renyahnya.
"Udah diem kelian, tampang jomblo abadi kayak kelian ini, aku yakin nyampe Fir'aun bangkit lagi dari bobo manisnya juga belum tentu dapat pacar! Aku ada misi penting ini, demi menyelamatkan statusku biar enggak ngenes kayak kelian. Kumpul sama kelian mulu bikin auraku memudar!!" Neta tersenyum saat sudah berhasil mengirimkan foto itu ke nomer Fajar.
"Yes!" Ucapnya.
"Selamat Riz kamu baru saja mempermudah jalan Neta ke pintu neraka. Kamu baik sekali!" Ucap Yuni kembali diikuti tawa khasnya.
"Apaan?? Mulutmu itu ya Yun minta disumpel sem_vak bekasnya Betmen! Ngomong asal njeplak!!" Neta manyun.
"Udah siniin hapeku!! Aku mau lanjut wa lagi sama calon masa depanku!!" Rizna merebut ponselnya dari tangan Neta.
Neta membayangkan setelah ini Fajar akan datang menyusul ke kafe dan ngamuk-ngamuk ke Ndis. Pasti sangat menyenangkan sangat melihat hal itu langsung di depan matanya. Aaah rasanya sungguh tidak sabar menunggu reaksi Fajar nantinya.