FORGET IT

Terimakasih kakak yang sudah membaca karya pertamaku, jika suka tinggalkan jejakmu berupa like, komen, rate bintang lima, juga jadikan favorit ya, biar tidak ketinggalan kalau sudah up kelanjutan cerita nya. Author sangat berterimakasih telah di beri hadiah setangkai mawar, apalagi secangkir kopi dan vote. Karena itu sangat berarti untuk author receh dan bengek ini. Semoga kakak semua sehat, bahagia selalu dan lancar rezeki nya. Aamiin.

Selamat membaca...

🍃🍃🍃

Riris berlari tergesa-gesa menemui sahabat karibnya, Aliyah. Gadis berambut hitam pekat sebahu itu ingin memberitahu Aliyah sesuatu hal yang sangat penting, kedua bola mata cokelat terang Riris menangkap sosok aliyah yang sedang duduk sendirian di teras rumah nya dengan airpod di telinga dan asik menatap ke layar ponsel nya.

Riris menepuk pundak aliyah tiba-tiba, setelah berhasil masuk ke halaman rumah aliyah dengan berjalan mengendap-ngendap tanpa memberi salam pada sang empu nya, membuat gadis berhidung mancung itu terperanjat dan langsung melotot ke arah Riris si mentok.

"Astoge, minta di iket di pohon toge nih anak! kamu ini kebiasaan sekali, suka nya datang tiba-tiba kayak cenayang dan mengejutkan aku. Bagaimana nanti, jika aku mati mendadak jantungan? kamu pasti nangis meraung-raung kehilangan sahabat secantik aku." omel aliyah.

Riris meringis, menampilkan deretan gigi putih nan rapi miliknya.

"Hmm, kumat narsis nya."

"Biarin, kata bee gitu. Wlekk." kata aliyah. "Awas sekali lagi dapat piring antik kamu."

"Ma'af, aku sengaja, princess nya bee Denis. Aku hanya ingin segera memberitahu mu, hal penting hari ini." ucap Riris sambil mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada.

Aliyah menyatukan kedua alis dan mengangkat dagu nya tinggi sambil menatap lekat sahabat nya itu. "Hal penting apa yang kamu maksud, ris?." tanya aliyah penasaran.

Riris menarik nafas dalam, lalu membenahi rambut nya yang menutupi wajahnya. "Penasaran kan?" ledek Riris nyengir. "Sekarang tanggal berapa?." tanya Riris membuat aliyah semakin gemes.

"Idihh, malah nanya tanggal berapa. Kelamaan." dengus aliyah.

"Kamu lupa kah, ini hari apa dan ada moment apa? Sekarang itu hari dan tanggal lahir nya sahabat kamu si Labibah lho, aliyah. Masak iya, kamu melupakan nya!?." ujar Riris memberitahu aliyah.

Kedua bola mata aliyah membulat sempurna dan mulutnya mengangga, lalu terdengar erangan kesal dari bibir aliyah.

"****!" umpat aliyah marah.

"Apa-apaan ini, aku hampir saja lupa. Kalau hari ini ultah si Labibah. Sahabat macam apa pulak, aku ini! Kamu punya ide apa buat kejutan ultah Labibah hari ini? Kenapa aku bisa jadi pelupa gini sih!." gerutu aliyah sambil berjalan mondar mandir di hadapan Riris.

Riris menggeleng kan kepala sambil menjawab pertanyaan aliyah barusan. "Kamu sih, hanya ada bee Denis aja isi kepala kamu, akhir-akhir ini." gerutu Riris.

"Seperti nya begitu." jawab aliyah santai sambil nyengir.

🍃🍃🍃

Di tempat yang berbeda...

Sebuah mobil landcruiser hitam melaju dengan kecepatan penuh melewati jalanan yang sedikit lengah kendaraan. Sang pengemudi tiba-tiba merasakan pusing di kepala nya dan sedikit kabur pandangan mata nya, hingga mobil yang di kemudian kan oleng.

Duaaarrr..

Suara letusan dari sebuah ban mobil yang sedang melintas jalan itu, membuat jalan yang semula sepi, seketika ramai dengan kerumunan warga.

Aspal mengepul tebal, kini mengepung mobil warna hitam yang terhenti dengan bagian depan hancur menabrak tiang listrik di sisi jalan. Seorang laki-laki tampak tak sadar kan diri di kursi pengemudi dengan pelipis di penuhi darah, tubuh yang yang tak bergerak dengan kepala di atas kemudi. Matanya terpejam rapat.

***

Drrrrtt.. Kriiiinnggg!!!

Suara berisik yang bersumber dari benda pipih milik aliyah itu, langsung membuyarkan percakapan yang serius antara kedua sahabat itu. Sungguh menyebalkan, mengganggu sekali.

Dengan dahi yang mengerut terlihat garis lurus di wajah aliyah. Segera aliyah mengambil ponsel yang berada di atas meja dan samar-samar terlihat panggilan masuk dari nomer yang tak di kenal, tertera jelas di layar benda pipih nya. Sungguh mata aliyah terbelalak melihat nya.

"Siapa sih, yang menelpon. Ganggu orang yang lagi serius, bikin buyar aja!." gerutu aliyah, sambil menggeser tombol hijau di layarnya dan meletakkan ke telinga.

"Assalamualaikum" salam aliyah sopan.

"Apa benar, saya berbicara dengan saudari aliyah?." tanya nya dengar suara bising dari seberang sana.

"Ya, benar. Dengan saya sendiri, ma'af ini dengan siapa ya?." tanya aliyah penasaran.

"Ini keluarga dari saudara excel? sekarang mengalami kecelakaan lalu lintas dan telah di bawa ke rumah sakit medika pratama. Tolong segera, saudara datang ke rumah sakit tersebut!." sahut pria di sebrang telepon membuat aliyah langsung melompat dari posisi duduk nya.

"Apa? Rumah sakit? Kecelakaan lalu lintas? Apa dia sendiri di lokasi kejadian, pak?." tanya aliyah khawatir.

"Iya, cepatlah nona!" pungkasnya yang lalu memutus panggilan teleponnya.

Tak mau membuang waktunya. Aliyah segera berlari masuk ke dalam kamar setelah menutup telepon nya, untuk mengambil jumper dan meraih tas selepang juga kunci mobil yang tergantung di tempat biasa nya.

Dengan sedikit tergesa aliyah berjalan menuju garasi mobil dan mulai memasuki mobil yang sudah siap pakai.

"Riris, cepat masuk ikut aku ke rumah sakit" teriak Aliyah dari dalam mobil.

"Emang siapa yang sakit, Al?." tanya Riris yang belum mengetahui tentang kecelakaan itu.

"Excel" jawab aliyah singkat.

"Excel kenapa?" tanya Riris lagi.

"Excel kecelakaan, ris."

"What? Wait? kecelakaan mobil?."

Aliyah menjawab pertanyaan Riris hanya dengan anggukan kepalanya.

Dengan pikiran yang sedikit kalut. Namun, tetap optimis. Aliyah melajukan mobil nya menuju rumah sakit medika pratama.

"Semoga tidak ada hal yang membuat mu dalam bahaya Excel. Selamat kan dia, Ya Allah. Tunggu aku Excel."

***

Suasana siang itu terasa panas, matahari telah mendiami puncak singgasana nya, sinar nya terasa panas membakar kulit. Aliyah harus terjebak di kemacetan yang panjang. Dia tidak berhenti menekan klakson terus menerus, sebuah panggilan penting yang di terima nya barusan itu, membuat diri nya harus buru-buru menemui nya.

Aliyah yang terus menerus menekan klakson nya berharap dengan begitu kemacetan akan segera usai. Seperti ini hidup di kota besar, macet di mana-mana hingga ratusan meter panjang macet nya.

"Oh, ayolah ku mohon, bergerak! bergerak!." teriak frustasi gadis itu.

Akhirnya setelah menempuh waktu hampir 45 menit, aliyah mengendarai mobil dan kini dia juga Riris sudah berada di halaman parkir rumah sakit medika pratama.

Setelah memarkirkan mobil nya, aliyah dan Riris masuk ke dalam rumah medika pratama. Dan berhenti di meja informasi untuk menanyakan satu nama seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintas beberapa jam yang lalu.

"Atas nama Excel Irwanto"

🍃🍃🍃

bersambung....