Sinopsis :
Berkisah tentang Berlian yang bucin dengan tunangannya tapi menikah dengan kakak tiri tunangannya.
Seorang wanita bucin bernama Berlian Puspa Lingga mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri. Ketiga kakak Berlian, Miko, Dirli dan Vito sepakat merahasiakan tentang tunangan Berlian yang toxic, Nino Atmaja. Takdir membawa Berlian bertemu kakak tiri mantan tunangannya pada satu malam yang romantis dan panas. Malam itu menjadi awal tumbuhnya benih cinta di hati seorang Saka Cakra Tama yang anti wanita.
Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan. Lambat laun hati Berlian pun tertawan, cinta Saka bersambut. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Berkat itu, ikatan cinta antara mereka malah semakin kuat.
Tak ada yang dapat memisahkan mereka, selain maut. Apakah perasaan Berlian akan berubah jika seandainya ingatan Berlian tentang Nino kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03 : Amnesia
Operasi Berlian berhasil. Setelah melakukan pemulihan selama sepekan akhirnya Berlian diperbolehkan pulang. Seperti yang dikatakan dokter sebelumnya, Berlian mengalami amnesia. Dia lupa siapa dirinya, ibunya, dan kakak-kakaknya. Kakak-kakak Berlian memanfaatkan amnesia Berlian untuk memisahkan Berlian dan Nino. Apalagi selama Berlian dirawat di rumah sakit, Nino tidak pernah sekalipun menjenguk. Untuk apa mempertahankan pria seperti itu. Mereka semua sepakat tidak memberitahu tentang Nino pada Berlian.
Miko juga diam-diam membatalkan pertunangan Berlian dan Nino. Miko meminta Nino untuk tidak muncul lagi di hadapan Berlian. Selain itu, dia juga mencabut semua investasi yang dia tanam di perusahaan Nino.
Miko memperingatkan ibunya dan Raima agar tidak membahas semua tentang Nino di depan Berlian. Jika ada yang berani membantah, Miko mengancam akan menghancurkan kehidupan mereka. Miko mengatakan amnesia Berlian membuat semua orang untung. Raima pun untung karena bisa bersatu dengan Nino tanpa perlu melukai Berlian seperti dulu. Mau tidak mau Raima menurut. Raima tidak menyangka ternyata Miko selama ini tau perselingkuhannya dengan Nino. Tapi Raima masih belum tau alasan Miko tetap bungkam.
Malam ini, semua anggota keluarga berkumpul di meja makan. Suatu pemandangan yang langka. Mereka makan malam bersama untuk pertama kalinya, semua demi kesembuhan Berlian. Padahal malam-malam yang lalu, mereka jarang berkumpul bersama. Terlebih setelah Raima masuk ke keluarga Lingga, dia selalu ribut jika bertemu Berlian.
"Aneh sekali, kenapa aku tidak suka melihat wajah Kak Raima, padahal Kak Raima selalu baik padaku?" batin Berlian.
"Semuanya, mari kita makan," ucap Miko. Mereka pun mulai menyantap menu makan malam yang sudah disediakan.
"Setelah Berlian amnesia, hidupnya semakin tenang. Aku tidak suka melihatnya. Lihat saja, akan ku pertemukan dia dengan Nino. Kita lihat, apa dia bisa mengingat Nino? Dia kan bucin akut," kata Raima dalam hati. Raima tersenyum licik dengan samar.
"Berlian, malam ini aku mau ke tempat karaoke. Dulu kita sering karaoke bersama untuk menghilangkan stres. Kamu mau ikut?" ajak Raima. Raima berbohong, padahal yang sering ke tempat karaoke adalah dirinya dan Nino.
"Tidak usah keluar malam ini. Tidur saja," tegur Miko.
"Setelah Berlian sembuh, dia pasti bosan di rumah. Aku hanya membawanya bersenang-senang. Tidak punya niat apapun. Tapi karena Kak Miko melarang, ya sudah," jawab Raima dengan wajah sedih, tentunya juga pura-pura.
"Aku mau ikut. Aku bosan di rumah. Kak Miko, malam ini saja ya," pinta Berlian.
"Tidak boleh!" larang Miko lagi.
"Tapi kak?" Berlian kekeh mau ikut.
"Sudahlah kak Miko. Kamu jangan kuno. Berlian sudah dewasa. Dia perlu refreshing," sahut Vito, mengizinkan.
Miko berpikir sejenak, dia menghela nafas berat. Menimbang apakah mereka perlu di izinkan atau tidak.
"Baiklah, hanya sampai jam 10 malam," kata Miko, setelah berpikir sejenak.
"Ye ..." Berlian senang.
Setelah selesai makan malam, Berlian dan Raima langsung naik ke atas, mengganti pakaian mereka. Mereka tidak ingin buang waktu karena waktu mereka keluar sangat terbatas.
Sebelum berangkat, Raima mengirim pesan ke Nino, untuk datang ke club malam Rose. Raima membohongi Berlian. Mereka tidak datang ke tempat karaoke, tapi ke club malam.
Setelah setengah jam berlalu, mobil yang disetir Raima tiba di parkiran club malam.
"Ini tempat apa, Kak Raima? Sepertinya bukan tempat karaoke?" tanya Berlian.
"Ini club malam. Tadi aku berbohong, agar di izinkan Kak Miko. Tapi kamu tenang saja, tempat ini aman. Kita sering datang diam-diam ke sini tanpa ketahuan kakak-kakak kita," jawab Raima, lagi-lagi berbohong.
"Masa sih kak?" Berlian tidak percaya.
"Berlian, kamu sedang amnesia, jadi kamu tidak ingat semuanya. Kamu tenang saja, ada aku di sini, percaya sama aku. Aku kakak kamu," kata Raima lagi dengan manis. Raima mengelus lembut tangan Berlian agar Berlian tenang dan percaya padanya.
Akhirnya, meskipun ragu, Berlian mau ikut Raima masuk ke dalam.
Raima memesan ruang VIP untuk mereka. Tentu dengan berbagai macam minuman anggur yang mahal di dalamnya.
Diam-diam Raima juga memesan obat perangsang pada pelayan, untuk dimasukan ke minuman Berlian.
Pelayan memberikan minuman yang dibawanya. Minuman itu langsung diteguk sampai habis oleh Berlian.
"Kena kau," batin Raima.
Raima memberikan kode lewat gerakan tangannya pada pelayan. Pelayan itu mengerti, lalu keluar.
"Berlian, tunggu sebentar, aku mau ke toilet," kata Raima.
"Hm, jangan lama-lama kak," jawab Berlian.
"Baik," jawab Raima. Dia pun keluar menemui pelayan itu, untuk memberi uang atas pekerjaannya.
Obat perangsang yang diberikan Raima lewat minuman itu tampaknya mulai bereaksi bereaksi.
Berlian menunggu Raima dengan tenang di sofa. Entah kenapa semakin lama tubuhnya semakin panas. Tenggorokannya juga terasa panas. "Ada apa denganku?" Berlian merasa ada yang aneh pada dirinya.
Karena Raima belum kunjung datang, Berlian pun keluar mencarinya di toilet terdekat.
"Mana toiletnya?" kata Berlian dengan panik. Tubuhnya semakin panas. Langkahnya semakin gelisah.
"Itu Raima," akhirnya Berlian menemukan Raima. Raima sedang bicara di sudut ujung dengan pelayan tadi, membuat Berlian penasaran. Berlian pun diam-diam melangkah, untuk menguping pembicaraan mereka.
"Sebentar lagi Nino datang. Setelah Nino masuk, langsung kunci ruangannya. Aku mau Berlian memperkosaa Nino. Dengan begitu Berlian pasti mengingat Nino. Obat perangsang yang sudah Berlian minum pasti sekarang sudah bereaksi," kata Raima, tersenyum licik.
"Baik, Nona," jawab pelayan.
Berlian terkejut. Dia langsung bersembunyi. Dia hampir tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Ternyata firasatku benar. Raima tidak sebaik yang ku kira. Semua ini gara-gara aku amnesia. Siapa Nino? Kenapa dia ingin aku tidur dengan Nino. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencari bantuan. Tapi bagaimana cara melepas pengaruh obat ini?" Berlian semakin panik. Berlian pun berjalan mencari bantuan. Dia pergi tanpa pamitan pada Raima.
Di ujung sana, Berlian melihat lift terbuka. Dari lift keluarlah seorang pria dengan memakai setelan jas berwarna hitam, berkacamata dan berwajah dingin.
Berlian merasa sudah tidak mampu menanggung pengaruh obat ini. Dia pun berlari ke arah sang pria. Yang tidak lain adalah Saka.
"Tolong aku!" Berlian langsung memeluk Saka. Membuat Saka terkejut.
"Lepaskan!" titah Saka dengan suara berat. Dia tidak suka tubuhnya di sentuh orang lain.
"Tolong aku. Aku akan berikan apapun," kata Berlian lagi, memohon.
"Lepaskan!" Saka melepaskan pelukan Berlian dengan paksa.
"Wanita ini?" batin Saka. Dia kenal dengan Berlian walau Berlian tidak mengenalinya. Dia juga tau hubungan Berlian dengan Nino, termasuk perselingkuhan Nino.
"Aku di jebak, tolong aku," pinta Berlian lagi.
Saka melihat wajah Berlian memerah. Sekali lihat saja Saka sudah tau, kalau Berlian berada di bawah pengaruh obat perangsang.
Tanpa berkata apapun, Saka langsung menggendong Berlian di tangannya. Dia kembali masuk ke lift untuk kembali ke lantai dasar. Secepat mungkin Saka membawa Berlian ke mobilnya. Pergi ke hotel terdekat untuk membantu Berlian.
Sesampai di hotel, Saka melempar Berlian ke bak mandi. Dia menyirami tubuh Berlian dengan air dingin.
"Dingin, dingin," kata Berlian tanpa sadar.
"Itu lebih baik dari pada kamu tidur dengan sembarang pria," jawab Saka.
"Aku mau kamu." Berlian menarik dasi Saka dengan kuat. Membuat wajahnya dengan wajah Saka tak berjarak. Hembusan nafas keduanya saling beradu dan terdengar. Saka tanpa sadar meneguk ludahnya sendiri.
"Airnya dingin, aku mau kamu, tolong," pinta Berlian lagi.
Entah kenapa Saka mulai tergoda dengan wajah polos Berlian yang sedang memohon.
"Baiklah, tapi jangan menyesal," jawab Saka.
"Tidak akan," sahut Berlian dengan yakin. Saka pun kembali menggendong Berlian dengan tangannya. Membawa Berlian keluar dari kamar mandi, lalu menjatuhkannya dengan pelan di atas ranjang.
Miko aja la kk Thor,kan dia yang berjumpa di awal
jadi ingat kata suamiku waktu aku op SC darurat,dia bilang istri saya yang utama dok,tanpa dia saya gak akan punya anak ☺️
biar ketahuan biang kerok mu