NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:662
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Velove merasa badannya sudah remuk saat ini, belum lagi rasa nyeri pada dua bongkahan kembarnya yang semakin menjadi, dia masih belum bisa menebak dengan jelas apa penyebabnya, entah tebakannya soal datang bulan itu benar atau tidak karena rasa nyeri kali ini berbeda.

Jam tujuh malam perempuan itu masih berada di kantor yang mulai sepi karena hampir seluruh karyawan sudah pulang dari sana.

Alasan perempuan itu masih ada di sana karena dia masih harus mengerjakan beberapa berkas yang harus selesai besok pagi, sebenarnya pekerjaannya tidak akan sebanyak ini kalau saja Dimas tidak mengajaknya untuk ikut makan siang dan menemaninya meeting tadi siang.

"Dasar bos kampret, bikin kerjaan numpuk aja." Gumamnya pelan di tengah ruangan yang sudah sepi.

Memang sih tadi siang Dimas tidak lagi menanyakan soal berkas yang dia minta revisi pada Velove, hanya saja perempuan itu sudah tahu watak atasannya itu yang pasti akan menanyakannya secara tiba-tiba di keesokan harinya.

Ancaman yang selalu diberikan Dimas tidak jauh-jauh dari pemotongan bonus yang membuat Velove tidak bisa melawan, bagaimanapun dia masih sangat membutuhkan bonus bulanannya itu untuk tambahan mengirimi Ibu dan adiknya yang ada di kampung, belum lagi untuk membayar kostan yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.

"Kamu belum pulang?"

Perempuan itu terperanjak kaget saat mendengar suara tiba-tiba itu datang dari sampingnya, sebenarnya dia sedikit parno karena keadaan kantor sudah sepi. Tapi saat dia menolehkan kepalanya, Velove mendapati Dimas yang hanya menggunakan kemeja yang sudah tampak kusut dan juga dasi di lehernya yang sudah mengendor.

"Belum, Pak. Masih ada yang perlu saya kerjakan." Jawab perempuan itu seraya menghindari tatapan Dimas.

Terdengar helaan napas kasar yang berasal dari lelaki itu, sebelum kemudian Dimas kembali berbicara. "Saya perhatikan kerjaan kamu itu terlalu sering menumpuk seperti ini, sebenarnya apa saja yang kamu kerjakan saat jam kantor?"

"Ya ini karena Pak Dimas yang suka nyuruh-nyuruh saya buat nurutin kemauan gak jelas Bapak!" Tentu saja hal itu hanya berani Velove ucapkan dalam hati.

"Maaf, Pak. Saya akan segera membereskannya." Perempuan itu menundukan kepalanya karena tidak berani untuk menatap ke arah lelaki itu.

"Itu terus yang kamu katakan, kalau kinerja kamu terus-terusan seperti ini, bisa-bisa kontrak kamu tidak akan diperpanjang." Setelah mengatakan hal itu Dimas langsung melengos pergi dari sana.

Sedangkan Velove di tempatnya sudah mengepalkan tangan menahan rasa kesalnya agar tidak meledak saat ini, dia tidak mungkin bisa meluapkan rasa kesalnya pada atasannya itu, yang ada dia malah langsung dicepat dari sana.

"Bisanya marah-marah sama nyuruh-nyuruh doang." Gumamnya pelan dan kemudian perempuan itu kembali berfokus pada kerjaannya agat cepat selesai dan dirinya bisa cepat pulang dari kantor.

Tepat pukul sembilan malam kurang lima belas menit, pekerjaan Velove sudah selesai setengahnya. Perempuan itu memilih untuk melanjutkan setengahnya lagi besok, yang terpenting berkas yang Dimas suruh untuk dirinya revisi sudah selesai.

Perempuan itu segera membereskan meja kerjanya, memasukan barang-barang yang harus dia bawa pulang ke dalam tas miliknya.

Velove membawa langkah kakinya untuk masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah, sambil menunggu lift itu sampai di lantai bawah, dia membuka ponsel miliknya untuk mengecek aplikasi ojek online dan melihat apa dia memiliki voucher promo atau tidak.

Ini akhir bulan, dia harus berhemat agar uangnya cukup sampai gajian nanti. Lift yang dia gunakan sudah berhenti di lantai yang dia tuju, perempuan itu langsung keluar dari dalam sana dan membawa langkah kakinya menuju halte yang ada di depan kantornya.

Sepertinya dia memilih untuk naik angkutan umum saja karena dia sedang tidak memiliki voucher promo hari ini. Sambil menunggu teje lewat, Velove memilih untuk membuka aplikasi sosial media miliknya agar tidak bosan.

Tapi tidak lama dari itu, sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Perempuan itu hapal siapa pemilik mobil yang berhenti di depannya saat ini, dengan perasaan kesal yang masih ada di dirinya, Velove dengan paksa memasukan ponsel miliknya ke dalam tas.

"Masuk." Ujar lelaki di dalam mobil saat jendela mobil itu diturunkan setengahnya.

"Maaf Pak sebelumnya, Bapak mau ajak saya ke mana ya? Soalnya saya mau pulang Pak, takutnya udah gak kebagian teje nanti." Walaupun jika dia tidak kebagian bus terakhir, dia lebih memilih pulang naik ojek online daripada harus ikut dengan atasannya itu.

"Saya antar kamu pulang."

Eh?

Lelaki di depannya ini kerasukan setan apa?

"Nggak usah Pak gapapa, saya bisa naik teje aja."

"Saya bilang masuk." Ucapan dingin dari sang atasan tentu tidak bisa dibantah oleh Velove.

Dengan perasaan dongkol perempuan itu berjalan dengan gontai untuk naik ke mobil itu, dia duduk di sebelah Dimas karena memang lelaki itu selalu menyuruhnya untuk duduk di kursi itu jika sedang naik mobil bersama.

Memang ini bukan pertama kalinya Velove diantar pulang oleh Dimas, tapi bukan berarti dirinya sering diantar oleh lelaki itu, hanya dibeberapa kali kesempatan ketika mereka memiliki jadwal di luar kantor sampai sore atau malam hari maka atasannya itu akan mengantar dirinya pulang.

"Nanti di depan gang aja ya Pak, biar nggak susah putar baliknya." Suara itu yang pertama kali mengisi keheningan di dalam mobil.

Ucapan dari Velove hanya dibalas dengan anggukan singkat oleh Dimas, setelahnya tidak ada lagi percakapan diantara mereka berdua. Dimas yang memilih untuk fokus mengendarai kuda besinya membelah jalanan ramai ibukota dan Velove yang memilih untuk diam di tempat duduknya dengan pandangai lurus kedepan melihat kendaraan yang berlalu lalang.

Tidak sampai setengah jam untuk sampai di depan gang kostan Velove, begitu mobil hitam yang dikendarai Dimas berhenti, perempuan itu segera membuka sabuk pengamannya.

"Pak Dimas, terima kasih banyak ya." Ujar Velove seraya menatap sang atasan yang ada di sampingnya.

Lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Tidak ingin berlama-lama di dalam mobil itu, Velove segera keluar dari dalam sana, tapi perempuan itu tidak langsung pergi begitu saja, mau bagaimanapun lelaki itu adalah atasannya.

"Hati-hati di jalan Pak, selamat malam." Ucap Velove sambil membungkukan sedikit badannya pada Dimas yang membuka setengah jendele mobilnya.

Lagi-lagi lelaki itu hanya membalasnya dengan sebuah anggukan sebelum kembali menutup jendela mobil miliknya dan melajukan mobil hitam itu meninggalkan Velove yang masih berdiri di depan gang.

Perempuan itu menatap jengkel pada mobil hitam yang mulai menjauh itu. "Ah, nyebelin banget Pak Dimas! Untung bos sendiri." Sambil berjalan menuju kostannya, Velove terus saja menggerutu dengan sesekali menendang kerikil-kerikil kecil yang ada di depannya.

Sesampainya di kamar kostan, perempuan itu langsung merebahkan tubuhnya yang terasa remuk ke atas ranjang miliknya. Rasanya sangat malas untuk membersihkan diri, tapi Velove sadar jika tubuhny begitu lengket saat ini, apalagi di bagian dadanya yang entah kenapa masih beraroma aneh dan lengket menurutnya.

Dengan malas Velove membuka jas milik Dimas yang digunakan untuk menutupi jasnya, lalu membuka satu persatu kancing kemejanya dengan perlahan saat di depan dadanya karena entah kenapa bongkahan kembarnya masih terasa sakit.

"Awss...! Ini pd aku kenapa ya tiba-tiba sakit gini." Ujarnya setelah berhasil membuka kemeja miliknya.

Perempuan itu kemudian berjalan ke depan cermin, dahinya mengernyit ketika mendapati noda bekas cairan pada dalaman yang dia pakai. Apa ketumpahan air bisa sampai seperti ini? Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Tangan Velove terulur ke belakang punggungnya untuk membuka pengait dalaman, saat dalaman itu berhasil terlepas dari tubuhnya, mata perempuan itu membelalak kaget saat cairan putih mulai menetes dari ujung bongkahan kembarnya.

"Ya ampun! Ini kenapa?" Perasaan tidak enak langsung mengerubungi dirinya, perempuan itu panik dengan apa yang terjadi pada bongkahan kembarnya.

Satu tangannya dia gunakan untuk menangkup salah satu bongkahan kembarnya untuk memastikan apa yang terjadi. Rasa nyeri langsung melingkupi bagian menonjol dari ujungnya itu, Velove meringis pelan karena sensasi aneh bongkahan kembarnya, tanpa sadar cairan bening mulai menetes dari ujung matanya.

Perempuan itu takut terjadi apa-apa pada tubuhnya, dia takut kalo ternyata tubuhnya terkena penyakit yang mengerikan. Setahunya ASl itu muncul pada perempuan yang tengah mengandung atau mempunyai anak kecil, tapi kedua itu tidak sedang terjadi padanya.

"Ya Tuhan... ini gimana?" Lirih perempuan itu, lalu dia berjalan kembali ke atas ranjangnya.

Velove menundukan kepalanya untuk melihat gundukan kembar di dadanya yang masih meneteskan cairan putih itu, dia tidak tahu cara untuk menghentikannya karena memang dia tidak mempunyai pengalaman soal ini.

Tangannya terulur untuk mengambil ponsel miliknya yang tergeletak begitu saja di atas kasur, dia berniat untuk menelpon sang Ibu untuk menanyakan soal ini. Tapi perempuan itu mengurungkan niatnya, dia takut wanita paruh baya itu malah berpikiran yang aneh-aneh terhadap dirinya.

Perempuan itu memilih untuk membuka aplikasi serba tahu di ponsel miliknya untuk mencaritahu apa penyebab ASl yang keluar dari buah dadanya padahal dia tidak sedang mengandung atau mempunyai anak.

Velove hanya mendapatkan info penyebab kondisinya saat ini dari aplikasi serba tahu di ponselnya, yang dia alami saat ini bisa terjadi karena hormon tidak seimbang, efek samping dari obat dan bisa jadi karena mengidap kondisi kesehatan tertentu.

Point ketiga itu yang membuat Velove menjadi tidak tenang, dia takut kalau dia sedang mengidap penyakit tertentu. Pada akhirnya perempuan itu memutuskan untuk pergi ke dokter besok pagi untuk memastikan soal kondisi tubuhnya, tapi sebelum itu dia harus meminta izin dulu pada HRD kantornya untuk meminta cuti besok.

Perempuan itu segera menggulir layar ponselnya untuk mencari nomor telepon Pak Candra selaku HRD di kantornya saat ini. Velove mencoba untuk menghubunginya, untuk panggilan yang pertama tidak diangkat, tapi untungnya saat panggilan kedua langsung diangkat.

"Selamat malam Pak, maaf saya mengganggu waktu istirahatnya."

"Malam Vel, gak masalah, saya juga cuma lagi santai. Ada apa kamu telepon saya malam-malam begini?"

"Jadi gini Pak... eum apa besok saya boleh minta cuti satu hari? Ini urusan kesehatan Pak, saya harus pergi ke dokter."

Pak Candra di seberang sana terdiam beberapa saat. "Kamu sakit?"

"O—oh, saya cuma merasa ada yang nggak beres sama badan saya Pak, mangkanya besok saya mau cek ke dokter dulu."

"Begitu ya..." Ada jeda sedikit sebelum atasannya itu kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi maaf Vel, bukannya saya tidak ingin kasih kamu izin, hanya saja—kan kamu tahu sendiri di kantor akhir-akhir ini lagi hectic. Jadi nggak bisa kalau izin mendadak kayak gini."

"Oh... begitu ya Pak." Suara Velove terdengar seperti sedang menunjukan sebuah kekecewaan.

"Atau kalau mau saya kasih izin kamu buat datang agak siangan besok, kamu pergi ke dokternya pagi-pagi. Asal nanti kamu minta surat dari dokter buat dikasih ke saya. Gimana? Apa kamu bisa?" Pak Candra memberikan sebuah tawaran.

Velove yang mendengar penawaran itu terdiam untuk berpikir sejenak, sepertinya ini bukan penawaran yang buruk. Dirinya harus segera pergi ke dokter untuk memeriksa kondisi tubuhnya. "Gak apa-apa Pak, saya bisa. Nanti setelah dari dokter saya langsung berangkat ke kantor."

"Yah, oke. Ada lagi yang mau kamu omongin?"

"Nggak ada, makasih banyak ya Pak."

"Iya sama-sama."

Setelah itu panggilan keduanya langsung berakhir. Velove dengan terpaksa harus kembali bangkit dari ranjangnya untuk membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu langsung bersiap untuk tidur agar nanti pagi dirinya tidak kesiangan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!