Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peta Kuno
Ayu benar-benar sudah tersihir.
Bagaimana jika ia berhasil menemukan harta karun raja-raja?
Yang ada di otak Ayu seharian cuma itu saja.
Jika, seandainya, apabila, dan kalimat-kalimat pengandaian lainnya.
Seandainya Ayu bisa memiliki harta karun yang berlimpah itu. Pasti hidup Ayu tidak akan pernah susah lagi.
Bayangkan saja, Raden Mas bilang sedikit dari harta karun itu bisa untuk melunasi hutang negara yang sudah mencapai angka ribuan triliun.
Kira-kira mau buat apa uang sebanyak itu?
Ayu ingin mempunyai maskapai kapal pesiar. Ia juga mau memberikan makan gratis kepada orang-orang yang tidak mampu.
Tentu saja makanannya akan ia pesan dari Katering Emil.
Ayu senyam-senyum sendiri ketika mengkhayalkan semua itu. Ini semua gara-gara peta harta karun yang ia temui di rumah Raden Mas.
Raden Mas begitu yakin dengan kebenaran peta harta karun itu. Tapi apakah semua yang dikatakan oleh Raden Mas kemarin itu benar-benar nyata?
Atau kah hanya sekedar dongeng hiburan untuk cucu-cucunya?
Tapi masak iya Raden Mas berbohong? Apalagi sampai bawa-bawa nama negara dan sumpah.
Raden Mas merupakan keturunan terakhir darah murni bangsawan kerajaan.
Ayu yang penasaran setengah mati mau mencari tahu kebenarannya. Ia harus membuktikannya.
*
Pada sore harinya setelah satu hari berlalu dari perayaan ulang tahun yang ke 120 Raden Mas. Ayu mendatangi tempat Katering Emil.
Tapi kali ini ia sedang tidak ingin membahas soal makanan. Di rumah itu ia mau bertemu dengan Emil anak dari paman Ayu.
Sepupu Ayu itu bekerja berangkat pagi pulang sampai di rumah sore hari. Emil adalah seorang pegawai kontrak dengan bayaran yang masih kecil.
Emil adalah sosok yang tepat untuk Ayu temui tentang masalah ini. Karena secara kebetulan Emil adalah seorang pengajar geografi yang menggilai sejarah.
“Emil, ikut aku ke rumah”,
“Ada yang mau aku kasih tunjuk sama kamu”,
Ayu mengajak Emil ke rumahnya yang bersebelahan.
Ayu harus mendatangi Emil secara langsung. Karena Emil punya kebiasaan cuek terhadap notifikasi yang dianggapnya tidak penting.
“Mau apa Yuk?”,
“Komputer mu ngelag lagi?”, tanya Emil.
“Penting”, jawab Ayu.
Ayu mengajak Emil masuk ke dalam kamarnya. Dua bersaudara itu memang sudah sangat akrab sedari cilik. Ditambah lagi mereka juga sebaya.
Di dalam kamar Ayu menceritakan semua yang didengarnya dari Raden Mas kemarin. Perihal peta harta karun raja-raja.
Gulungan itu tidak lebih dari lima puluh centimeter. Jika dibentangkan lebarnya kurang dari satu meter.
Gulungan itu terbuat dari kulit binatang yang sudah usang berwarna kecoklatan.
Di dalamnya terbentang gambar sebuah peta.
Sekilas tampak peta itu merupakan peta negeri ini. Tapi ada perbedaan di bentuk pulau-pulaunya yang lebih lebar dan jarak antar pulau yang lebih berdekatan.
Pulau-pulau itu tergambar dengan warna cokelat yang lebih tua.
Lalu dimanakah letak harta karun itu?
Ada sebuah garis hitam yang menghubungkan titik-titik bulatan hitam hingga bermuara di sebuah jantung lokasi yang ditandai dengan menggunakan warna merah.
Dari satu titik bulatan hitam ke titik bulatan hitam yang lain, garis hitam bertanda panah itu menunjukkan arah jalan sampai ke titik merah yang diyakini sebagai titik tujuan.
Di setiap titik-titik bulatan hitam itu ada sebuah kalimat yang ditulis menggunakan bahasa aksara kuno.
Titik-titik itu adalah tempat yang harus dilalui. Garis hitam itu adalah petunjuk jalannya. Gambar atau titik merah itu adalah tempat harta karun itu berada.
“Apa kamu yakin Yuk?”, tanya Emil.
“Aku yakin Mil”,
“Kita harus pergi mencari harta karun ini”,
“Apa kamu mau hidup sampai tua seperti sekarang ini?”,
“Hidup kita ini susah Mil”,
“Ini adalah satu-satunya peluang emas untuk kita bisa hidup enak”,
“Jika berhasil menemukan harta karun ini kamu tidak perlu lagi berangkat pagi pulang sore untuk memikirkan anak-anak orang itu sampai pusing”, kata Ayu.
“Kalau begitu aku ikut Yuk”,
“Mari kita pergi mencari harta karun ini”,
“Aku sudah bosan hidup miskin”, jawab Emil.
Sama seperti sepupu yang mengajaknya, Emil pun tergiur dengan iming-iming harta yang berlimpah. Kesempatan kebebasan finansial ada di hadapan mata.
Jika berhasil menemukan harta karun itu yang pertama ingin Emil lakukan adalah mengembalikan sepeda motor kredit yang belum lunas diangsurnya.
Bahkan upah Emil yang sekarang tidak cukup untuk membayar angsuran bulanan sehingga ia terpaksa meminta tambahan uang dari kedua orang tuanya.
Jika punya duit banyak Emil ingin membeli motor gede impiannya.
Bagaimana Ayu bisa menghafal dengan seksama peta harta karun di rumah Raden Mas?
Jawabannya karena Ayu membawa pulang peta harta karun milik Raden Mas ke rumahnya.
Ayu mencuri peta harta karun raja-raja.
Gulungan kulit binatang itu Ayu samarkan dengan peralatan-peralatan katering untuk bisa ia bawa pulang.
Ayu pun menunjukkan peta yang selama seharian penuh selalu berada dalam pengawasannya itu kepada Emil.
“Ini peta kuno Yuk”,
“Ini memang peta tanah air”,
“Tapi ini bukan peta seperti peta yang sering kita pelajari di sekolah”,
“Peta harta karun ini adalah peta bawah tanah”, terang Emil.
“Tulisan itu bunyinya apa?”,
Ayu bertanya kepada Emil tentang judul di peta itu. Emil pun bisa membaca tulisan-tulisan bahasa aksara lama tersebut.
“Harta Karun Raja-Raja”,