Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 bagian 2
"M-Masuk...?"
Bai Qianqian menatap Lin Feng yang sedang duduk santai. Lalu dia menatap Chun Hua, yang berdiri di pintu seperti dewi penjaga yang murka, tatapannya jelas berkata, "Jika-kau-mengotori-lantai-ini-aku-akan-membunuhmu."
Lalu dia menatap kakinya sendiri, yang masih kotor oleh lumpur dari area sumur.
"T-T-Tuan Muda!" serunya panik, air mata mulai menggenang. "K-Kaki saya... k-kotor! S-Saya... saya tidak bisa!"
Dia tidak mungkin menginjakkan kaki kotornya di lantai giok yang lebih bersih dari wajahnya itu.
Chun Hua mendengus pelan. "Hmph. Setidaknya dia sadar diri."
Lin Feng akhirnya meletakkan sumpitnya. Dia menoleh, menatap Bai Qianqian dengan ekspresi bosan.
"Merepotkan."
Dia menatap Chun Hua. "Chun Hua."
"Ya, Tuan Muda?"
"Ambilkan kain lap tua."
"Kain lap, Tuan Muda?"
"Ya. Untuk kakinya. Suruh dia membersihkan kakinya di depan pintu, lalu dia bisa masuk."
Chun Hua membeku. "A-Apa? Tuan Muda... Anda... membiarkannya... masuk?"
"HAHAHAHA! LIHAT WAJAH SI PELAYAN PERTAMA ITU!" tawa si Kakek. "DIA SHOCK! KAU MEMBAWA 'TIKUS KECIL' KE SARANG 'BURUNG KECIL'-NYA! DIA MERASA TERANCAM! LUAR BIASA!"
"Kau mau membantahku?" tanya Lin Feng dingin.
"T-TIDAK, TUAN MUDA!" Chun Hua buru-buru membungkuk dan lari mengambil kain lap.
Bai Qianqian, di sisi lain, terlihat seperti baru saja disambar petir.
"T-Tuan Muda... m-menyuruh... mengambilkan... kain... untukku?" batinnya, rasa haru yang luar biasa melandanya. "Tuan Muda... sangat... baik...!"
Chun Hua kembali dengan kain lap paling jelek yang bisa dia temukan, melemparkannya ke keset depan.
"Nih. Bersihkan. Jangan sampai ada setetes pun air jatuh di lantai."
Qianqian, dengan gemetar, meletakkan embernya. Dia berlutut di keset, membersihkan kaki dan sandalnya yang usang dengan air dari embernya sendiri, lalu mengeringkannya dengan kain lap itu. Dia melakukannya dengan sangat teliti, seolah-olah itu adalah ritual suci.
Setelah selesai, dia berdiri dengan ragu-ragu di ambang pintu.
"Cepat," kata Lin Feng tidak sabar, sudah kembali menyantap buburnya.
Qianqian mengangguk kaku. Dia mengangkat ember dan kain sutranya, lalu... dengan langkah paling hati-hati dan paling kecil di dunia, dia melangkah masuk ke paviliun.
Dia menahan napas. Dia tidak berani melihat ke mana-mana. Dia hanya fokus pada punggung Tuan Muda Lin Feng, yang kini duduk membelakanginya, makan sarapan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Jubahnya," kata Lin Feng, menunjuk ke jubah biru langit yang tergantung di kursi lain. "Jubahnya disebelah sana."
"B-Baik, Tuan Muda!"
Qianqian bergegas mendekat. Dia berlutut di depan jubah itu, memandangi noda jelaga kecil itu seolah-olah itu adalah musuh bebuyutannya.
Chun Hua berdiri di sudut, mengamati dengan tangan terlipat, ekspresinya masam.
Qianqian mencelupkan kain sutra ke dalam air jernih di embernya. Dia memerasnya... dan dengan kelembutan seorang ibu yang merawat bayinya, dia mulai membersihkan noda itu.
Dia sangat fokus. Hidungnya yang mungil berkerut. Dia menggosok pelan... mengeringkan... mencelupkan lagi... menggosok lagi.
"Hah," batin Lin Feng, melirik dari sudut matanya. "Dia... benar-benar sangat teliti."
"TENTU SAJA!" seru si Kakek. "DIA MELAKUKANNYA DENGAN 'CINTA', NAK! CINTA DAN PEMUJAAN! ITU ADALAH 'KEKUATAN PELAYAN HAREM' YANG SESUNGGUHNYA!"
Setelah lima menit yang menegangkan, Bai Qianqian akhirnya mundur selangkah.
Noda itu... hilang.
Sama sekali hilang. Seolah tidak pernah ada di sana.
"S-Sudah, Tuan Muda!" katanya bangga, menatap hasil karyanya.
Lin Feng menoleh. Dia memeriksa jubah itu. Bersih.
"Hmph. Lumayan," katanya.
"T-Terima kasih, Tuan Muda!"
"Tapi..." lanjut Lin Feng. "Kau mengotori jubah baruku. Kau membuatku repot."
Wajah Qianqian kembali pucat. "M-Maaf, Tuan Muda! S-Saya..."
"Jadi," kata Lin Feng, menyandarkan punggungnya. "Sebagai kompensasi... mulai hari ini... kau yang akan mengurus semua jubahku."
Hening.
Chun Hua tersentak. "T-Tuan Muda! A-Apa maksud Anda?! M-Mengurus jubah... i-itu... itu pekerjaan saya!"
Bai Qianqian membeku, otaknya mencoba memproses. Mengurus semua jubah Tuan Muda? Itu artinya... dia bisa... datang ke paviliun ini... setiap hari?
"Benar," kata Lin Feng, menatap Chun Hua dengan dingin. "Tapi kau, Chun Hua, jelas punya terlalu banyak pekerjaan kan? Kau harus mengurus sarapanku, kamarku, dan... hal-hal lain. Mulai sekarang... Qianqian yang akan jadi 'Asisten Binatu Pribadi'-ku."
Dia menatap Qianqian. "Kau ada masalah dengan itu, Tikus Kecil?"
Bai Qianqian menatap Chun Hua yang terlihat marah. Lalu dia menatap Lin Feng, yang terlihat bosan.
Sebuah senyum kecil... senyum bahagia pertama dalam hidupnya... terkembang di wajahnya yang masih sedikit kotor.
Dia membungkuk dalam-dalam, dahinya nyaris menyentuh lantai giok.
"T-Tidak, Tuan Muda!" serunya, suaranya bergetar karena bahagia. "T-Terima kasih atas... kehormatan ini!"
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏