NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Lucy berusaha tetap fokus pada slide yang terpampang di layar, tapi saat pandangannya tanpa sengaja ke arah Dewa...

“Okay, selanjutnya ini untuk kon—”

Kalimat Lucy terpotong begitu pintu ruang rapat terbuka.

Dewa baru saja masuk bersama Ryan dan Arka, disusul seorang perempuan yang familiar di mata semua orang — Cindy Savitri.

Matanya membulat.

Ada sesuatu—di depan sana yang membuatnya benar-benar kehilangan kata.

Dengan langkah santai, Cindy berjalan ke arah Dewa, lalu tanpa aba-aba menangkupkan dua gelas minuman dingin ke kedua pipi pria itu.

“Diluar panas banget, nih gue bawain lo minum,” katanya dengan senyum manis.

Dewa sedikit tersentak. “Eh—dingin, Cin,” ujarnya refleks, menahan diri agar tidak terlalu heboh.

Lucy yang masih berdiri di depan, tanpa sadar terpaku.

Rasanya seperti ada sesuatu yang menekan dadanya—bukan marah, bukan iri, tapi perasaan aneh yang membuat udara di sekitarnya mendadak menipis.

“Pssssttt... Luc, hey!” bisik Detri pelan, menyenggol lengannya.

“Oh, maaf…” Lucy cepat-cepat menatap ke layar lagi. “Saya sedikit blank barusan. Oke, ini untuk konsep booth-nya, bisa dilihat di slide berikut.”

Ia melanjutkan penjelasan dengan suara yang nyaris stabil, meski di dalam kepalanya masih riuh.

Sementara itu, Dewa menatap lurus ke depan, tapi jelas terlihat sedikit canggung.

“Eh, i-iya, makasih, Cin,” katanya pelan.

Mereka duduk berdampingan, dan sesaat kemudian, tatapan Dewa bertemu dengan Lucy.

Tak ada kata, hanya sorot mata yang sulit dijelaskan—antara menyimpan tanya atau teguran halus yang membuat waktu seolah berhenti sejenak.

Dalam hati Dewa bergumam,

Tatapan apa itu? Cemburu? Ah, gak mungkin kayanya dia cemburu… dia ‘kan gak suka gue.

Lucy menutup penjelasannya dengan tenang.

“Itu saja dari kami, Auralis Naturals. Untuk festivalnya besok, kan?” tanyanya memastikan.

Beberapa mahasiswa di ruangan itu mengangguk.

“Betul, besok pagi kami bantu tunjukkan area booth-nya,” jawab Bayu cepat.

Lucy tersenyum profesional.

“Baik. Besok pagi tim kami akan siapkan perlengkapan dan perlengkapan tambahan. Untuk posisi dan kebutuhan teknis lainnya, bisa saya koordinasikan langsung di lokasi. Terima kasih atas waktunya.”

Rapat pun selesai. Satu per satu mahasiswa beranjak keluar, membawa berkas dan catatan masing-masing.

Namun di sudut ruangan, Ryan, Arka, Bayu, dan Dewa masih tertinggal, tampak belum beranjak dari kursinya.

Cindy yang baru saja meneguk minuman menatap ke arah mereka — lebih tepatnya ke arah Dewa.

Langkahnya yang mendekat seolah ingin menghampiri, tapi kemudian ia mengurungkan niatnya. Ia berbalik menuju pintu keluar ruang rapat.

Raut wajahnya datar, tapi sorot matanya sulit dibaca — antara ragu, cemburu, atau sekadar menahan diri.

Ketika keempat pemuda itu mendekat, Detri menyenggol sikut Lucy pelan.

“Luc, itu kan si Dewa ternyata dia leader nya ya.”

Lucy melirik sekilas, lalu cepat mengalihkan pandangan.

“Iya tau gue,” bisiknya datar. “Udah, diem aja pura-pura gak kenal.”

Detri melotot kecil. “Kok gitu sih?”

Ryan mendahului dengan ramah. “Halo, Kak. Saya Ryan, ini Arka, Bayu, dan ketua kami—Dewa.”

Saat tangan mereka bertemu, sejenak waktu terasa berhenti.

Genggaman itu kaku, seperti keduanya sedang menahan sesuatu yang tak boleh terlihat.

Tatapan Lucy sedikit lebih tajam dari biasanya, tapi cepat ia alihkan.

Dewa menyipit. “Lah, kenapa lagi ini?” ia berucap dalam hati.

Lucy cepat memotong. “Terima kasih sambutannya, kami permisi dulu, ya. Sampai jumpa di hari festival.”

Ia menunduk sopan, sementara Detri sempat menebar senyum manis ke arah mereka sebelum ikut keluar.

Arka, yang dari tadi memperhatikan, buru-buru bersuara, “Kak, boleh minta nomor WA-nya sekalian, gak?”

Lucy menoleh sambil berjalan pergi. “Boleh, ada di proposal, ya.”

Jawabnya datar tapi cukup bikin para cowok itu spontan berebut map.

Begitu pintu menutup, Bayu menahan tawa.

Ryan langsung nyambar, “Mana sini, Dew, mau gue add dulu WA-nya!”

Arka ikut, “Iya nih, bagi dikit lah infonya!”

Dewa memutar badannya, menyembunyikan proposal di belakang punggung.

“Gak ada, gak ada. Udah ah, gue ke kantin dulu, laper!”

“Yeu, pelit banget sih!” Arka protes.

Dewa cuma mengangkat tangan malas sambil berjalan keluar.

“Urus aja booth kalian, gue cabut dulu.”

Sesampainya di rumah, Lucy lebih dulu tiba.

Dewa sempat mengabari kalau ia pulang agak telat—katanya, mau kerja dulu.

Di meja makan, hanya terdengar suara sendok yang beradu pelan dengan piring.

Lucy makan dalam diam, sementara lampu ruang makan yang temaram membuat suasana kaku.

Tak lama kemudian, pintu depan terbuka.

“Gue pulang,” suara Dewa menggema pelan.

“Hmm,” hanya sahutan singkat dari Lucy, tanpa menoleh, lalu kembali menunduk pada makanannya.

Dewa menatapnya beberapa detik.

Ini gue salah apa sih? Dari kampus tadi aja udah jutek banget... batinnya mulai gerah.

Ia berjalan mendekat, duduk di seberang Lucy, mencoba mengambil nasi.

Namun baru saja sendok menyentuh piring, Lucy malah bangkit, membawa piring dan gelasnya ke dapur tanpa sepatah kata pun.

Dewa menghela napas keras, memandangi punggung Lucy yang menjauh.

“Astaga... gue gak paham lagi dia kenapa. Apa semua wanita emang gini, ya?” gumamnya, separuh jengkel, separuh bingung.

...****************...

Keesokan harinya,

Universitas Pasundan dipenuhi riuh tawa dan warna.

Bendera sponsor, stan makanan, hingga panggung musik berdiri megah dalam gelaran Creative Festival tahunan

Sejak pagi, acara berjalan lancar.

Booth PT Auralis Naturals termasuk yang paling ramai dikunjungi—aroma kopi organik yang diseduh langsung menarik perhatian pengunjung. Lucy dan timnya tampak sibuk melayani, sesekali tersenyum pada pengunjung yang datang.

Di antara keramaian itu, Dewa berdiri tak jauh dari area panggung, mengenakan kaus panitia berwarna hitam.

Tatapannya tanpa sengaja tertuju pada satu arah.

Lucy.

Dan di sebelahnya—Jeffry.

Dewa terdiam, napasnya terasa berat.

Dari kejauhan, pemandangan itu tampak seperti dua orang yang sedang bersenda gurau dengan akrab.

Jeffry mencondongkan tubuh sedikit, Lucy tersenyum tipis sambil mengangguk pelan.

Rahang Dewa mengeras, jemarinya mengepal tanpa sadar.

Serius... seakrab itu?

Ia mencoba berpaling, tapi pandangannya kembali tertarik pada Lucy—seolah tubuhnya menolak berbohong pada rasa yang ia sendiri belum mau akui.

Sementara itu, Lucy justru berusaha bersikap profesional.

Ia hanya menjawab seperlunya, “Hehe Iya, Pak... baik, Pak...” — mencoba menutupi kecanggungan di balik senyum tipisnya.

Ia sama sekali tak sadar, ada sepasang mata dari kejauhan yang memperhatikannya dengan campuran cemburu, gelisah, dan sedikit luka.

Lucy bergegas pergi dari area booth, pura-pura tersenyum pada Jeffry.

“Maaf, saya ke toilet dulu, Pak,” katanya cepat.

Belum jauh dari area keramaian, di koridor sepi yang hanya diterangi cahaya redup dari jendela kaca, langkah kaki lain mengikuti di belakangnya—tenang, tapi terasa menekan.

Lucy berhenti sejenak, menoleh, namun belum sempat bicara, seseorang menarik pergelangan tangannya perlahan namun mantap.

Dewa.

Ia mendorong pintu ruang panitia yang terbuka sedikit, menarik Lucy masuk bersamanya.

Pintu tertutup kembali dengan bunyi klik pelan.

Kini hanya ada mereka berdua.

Jarak di antara tubuh mereka nyaris tak sampai sejengkal. Dewa menunduk sedikit, satu tangannya menumpu di pintu tepat di sisi kepala Lucy.

“Barusan akrab banget, gue liat-liat” ucap Dewa dengan nada datar, tapi suaranya sedikit bergetar. “Sedangkan sama gue? Lo gak pernah sekalipun kaya gitu.”

Ia membuang muka, menghindari tatapan Dewa yang seolah bisa menelanjangi isi pikirannya.

“A-apaan sih lo. Dia atasan gue, pembicaraan kita gak lebih dari soal kerjaan. Lagian…”

Lucy menarik napas pendek, mencoba terdengar tenang. “Lo juga udah punya pacar, kan?”

Dewa terdiam sejenak, keningnya berkerut.

“Gue?” ujarnya pelan, seolah baru menyadari sesuatu. Ia menggeleng pelan, lalu menunduk sedikit, menatap Lucy yang menunduk di depannya.

Sudut bibirnya terangkat.

“Jadi lo cemburu?” bisiknya, suaranya nyaris seperti desahan di antara napas mereka yang saling bersentuhan.

Lucy refleks menatap, tapi langsung berpaling lagi, pipinya memanas.

Dewa mendekat sedikit, cukup untuk berbisik di telinganya, nada suaranya lembut namun menekan,

“Tenang aja…”

Senyumnya melebar samar.

“Gue gak punya pacar—gue cuma punya istri.”

"Istri yang gue suka, sejak pertama bertemu."

Tanpa aba-aba Dewa mencium bibir ranum Lucy, membuatnya cukup terkejut. Sekian detik hanya sekedar menempel. Kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan kecil. Lucy yang tadi hanya terdiam mulai ikut memejamkan matanya, mengalungkan tangannya di leher Dewa. Dewa merengkuh pinggang mungil Lucy tak menyisakkan jarak diantara mereka.

"ngghhh..." Desahan lolos dari bibir Lucy ketika ciuman Dewa berpindah ke lehernya.

Dewa melepaskan blazer hitam yang di kenakan Lucy agar leluasa menjelajahi leher jenjang Lucy.

Kemudian mencium hingga menyesapnya meninggalkan beberapa bekas kemerahan. Dewa kembali mencium bibir Lucy yang mulai detik ini menjadi candu baginya itu. Hanya bunyi decapan yang saling beradu memenuhi ruangan itu hinga...

Drrtt...Drrrrtt... ponsel Dewa bergetar.

"mmpphh...Dew, ponsel lo siapa tau itu penting" Lucy tersentak lebih dulu, menatapnya dengan napas masih belum teratur.

Dewa menatapnya lama, masih terperangkap dalam momen yang belum sepenuhnya padam.

“Bagi gue,” katanya rendah, nyaris berbisik, “sekarang.. gak ada yang lebih penting dari lo.”

Lucy menelan ludah, buru-buru menahan dada Dewa dengan kedua tangannya.

“Dewa, kita di kampus. Inget.”

Ucapan itu baru menampar kesadaran Dewa. Ia mundur selangkah, menarik napas panjang, lalu cepat-cepat membetulkan blazer Lucy yang sedikit berantakan karena ulahnya barusan.

“Maaf…gue kehilangan kendali.” gumamnya pendek.

Ia merogoh ponsel dari saku.

Layar menyala, memperlihatkan satu pesan baru, tanpa nama pengirim.

0857-XXXX-XXXX

Enak ya jadi lo. Menikmati masa muda sambil bercinta di kampus, sementara satu nyawa melayang gara-gara lo. Sadewa Nugraha Abimanyu.

Darah Dewa seketika membeku.

Matanya menatap layar itu tanpa berkedip, jari-jarinya mengepal begitu kuat hingga buku jarinya memutih.

...----------------...

Sedikit panjaaang, tapi semoga enjoy ya bacanyaa 😁

Gimana nih bab hari ini? Huaaa Dewa-Lucy First Kiss nih! 🤭

Tapiiii...

Kira-kira siapa yang kirim pesan itu ya? 🙄

Kenapa juga Dewa dituduh begitu 😔

Pantengin terus ya kisah Dewa dan Lucy!

Jangan lupa sertakan vote like dan komentar nya 😘✨

See you!

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!