NovelToon NovelToon
Isekai To Zombie Game?!

Isekai To Zombie Game?!

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Zombie / Fantasi Isekai / Game
Popularitas:697
Nilai: 5
Nama Author: Jaehan

Mirai adalah ID game Rea yang seorang budak korporat perusahaan. Di tengah stress akan pekerjaan, bermain game merupakan hiburan termurah. Semua game ia jajal, dan menyukai jenis MMORPG. Khayalannya adalah bisa isekai ke dunia game yang fantastis. Tapi sayangnya, dari sekian deret game menakjubkan di ponselnya, ia justru terpanggil ke game yang jauh dari harapannya.
Jatuh dalam dunia yang runtuh, kacau dan penuh zombie. Apocalypse. Game misterius yang menuntun bertemu cinta, pengkhianatan dan menjadi saksi atas hilangnya naruni manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaehan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Misterius

Part 20

Dan setelah berlari ringan di antara kontainer setinggi empat tumpuk. Sosok kecil itu masuk ke dalam kontainer yang pintunya terbuka. Jantung Mirai berdegup kencang, takut dan sangat gugup. Tapi rasa penasarannya lebih kuat.

Disusul sosok itu hingga ke tepi pintu. "Hallooo," panggilnya lirih sambil mengintip ke dalam kontainer yang gelap. Namun tak ada sahutan. Serius nih gue gak halu? Ngapain juga tuh bocah ke sini gelap-gelapan? Astaga! Gue ngapain sih! Malah ninggalin Vincent sendirian!

Saat masuk lebih jauh ia terkejut bukan main karena dengkulnya terantuk sesuatu. Seketika cahaya terang menyorotnya. Sambil menghalau sinar yang menyilaukan dengan lekukan lengannya, Mirai menyadari bahwa cahaya itu berasal dari lampu depan mobil berdisain seperti Ferrari berwarna hitam emas yang elegan. Di kap mobilnya terdapat simbol besar yang berkesan elegan. Liukan indah berwarna emas dan lingkaran tebal di tengahnya. Mirai tampak familiar dengan simbol itu tapi tidak bisa mengingatnya.

Segera saja ia menyingkir menuju pintu supir, memastikan apakah ada orang di dalamnya. Namun jendela mobil itu terlalu gelap. Ia pun kembali celingukan mencari sosok bocah tadi di dalam kontainer sempit ini namun tidak menemukan pertanda kehidupan. Apa bocah tadi di dalam mobil?

Saat mengetuk pintu kaca, jendela itu otomatis turun ke bawah dengan sangat mulus menampilkan isi dua seat mobil yang kosong. Sontak Mirai tertegun cukup lama dan sedikit merinding. Kali ini ia memutuskan menyisir ruang kontainer demi menemukan bocah tadi. Dan hasilnya nihil.

Gadis itu langsung bersedekap ngeri. Logikanya berjalan cepat. Antara anak itu dan mobil ini. Kesimpulannya adalah anak itu telah menuntunnya ke sini untuk menemukan sebuah kendaraan.

Mirai masuk ke dalam gudang kecil itu terburu-buru membereskan semua isi tasnya yang berantakkan, memadamkan lampu petromax lalu membangunkan Nero. “Viiiin, bangun. Kita harus pergi dari sini,” panggilnya lembut sambil merapikan jaketnya.

Nero membuka mata pelan dan menjawab lemah. “Mau ke mana?”

“Rumah sakit. Kita gak punya banyak waktu. Kamu harus dapat darah.”

Hanya alis Nero yang sanggup bertaut tipis, tapi bibirnya tak bisa berkata lagi. Terlalu lemah. Dan yang penting ia percaya pada gadis itu dan mengikuti saja arahannya meskipun akan dibuang di tengah jalan pun ia tak keberatan.

Mirai menarik napas dalam membawa dua ransel di pundak kirinya. Setelahnya memapah Nero di sisa tangannya yang bebas. Mereka berjalan menyusuri jalan gelap yang tadi dilalui saat mengikuti anak kecil misterius dan sampai ke container setengah terbuka. Di dalam Nero terheran sendiri melihat mobil mewah bersimbol aneh yang berkesan familiar.

Diturunkan dulu tas ransel ke lantai baru menuntun Nero masuk ke dalam mobil. Baru tas itu menyusul di kursi belakang. Mirai membuka pintu container selebar mungkin namun perlahan agar tidak menimbulkan suara berisik, setelahnya balik ke bagian mobil seat kemudi di sebelah kiri dan masuk. Di dalam ia menghela napas panjang, bersyukur semua berjalan mulus sejauh ini.

“Kamu bisa nyetir?”

“Gak,” jawab Mirai tanpa beban.

“Biar aku aja, aku bisa.”

“Gapapa. Ini bisa jalan sendiri kok. Kek model Tesla gitu ada auto pilotnya.” Mirai menyalakan navigasi, seketika cahaya biru menyala pada layar tengah dashboard.

“Oh, wow. Kok bisa kamu nemu mobil canggih ini?”

Sejenak Mirai terdiam menimbang menceritakan pengalaman creepy-nya atau berbohong. “Eh, itu … tadi aku keluar buat nyari sesuatu yang mungkin guna buat kamu. Tapi aku malah nemu ini.”

Nero tersenyum lemah. “Kamu emang hoki banget.”

Mirai tertawa hambar. Ia tak mau dianggap gila kalau mengatakan hal yang sebenarnya. Jarinya mencari lokasi rumah sakit di layar sentuh navigasi. “Oke, RS St. Angel. Kita ke sana sekarang. Sekitar setengah jam kita nyampe. Itu kalo gak ada hambatan.” Tak terbayang olehnya sudah dua minggu ia berjalan kaki dari tempat asal ia datang. Tapi oleh mobil ini bisa ditempuh dalam waktu sesingkat itu. Ironis.

Mobil itu pun melaju lamban sesuai arah peta di layar navigasi tanpa supir. Setir di depan Mirai bergerak sendiri. Yang membuat keduanya tercekat adalah munculnya titik-titik merah di layar yang bergerak tak tentu arah di kejauhan. Mereka bisa menduga kalau titik itu merujuk pada zombie yang berkeliaran. Nero berinisiatif mematikan lampu depan mobil, dan yang melegakan mobil itu tetap bisa melaju mulus tanpa suara. Tangan kiri Nero memainkan layar navigasi seolah sedang memeriksa sesuatu. “Radiusnya lumayan jauh,” gumamnya lemah.

“Kamu istirahat aja. Kalo dah sampe nanti aku bangunin,” bujuk Mirai.

Nero mendengarkannya, lalu memejamkan mata meskipun masih sedikit awas. Tapi setidaknya tidur akan membantunya mengurangi rasa sakit di bahu kanannya.

Dan ia pun tertidur dalam sekejap saja. Masuk ke dalam alam yang lebih jauh. Hingga terdengar suara anak kecil yang berkata padanya.

Apapun yang terjadi kalian harus tetap hidup, atau tak akan ada jalan keluar bagi siapa pun.

Walau mendengarnya dengan jelas Nero tak dapat menanggapi, menganggapnya hanya bisikin dirinya saja.

Mobil melambat, lalu berhenti di depan bangunan tua berlapis lumut dengan plakat kusam bertuliskan St. Angel Hospital yang masih menggantung miring di atas pintu utama. Pintu besar rumah sakit itu masih terbuka lebar, seperti saat terakhir Mirai menembusnya dalam pelarian menegangkan.

Lorong gelap di baliknya menunggu dalam diam, seolah menyimpan bisikan masa lalu yang enggan terlupakan. Bau lembap dan logam menyeruak bahkan sebelum mereka turun dari mobil. Napasnya tertahan kala memandang pintu itu, mengenang darah, teriakan, dan dinginnya lantai rumah sakit tempat semuanya bermula. Ia menelan ludah, lalu menggenggam tangan Nero yang terpejam lemah. “Viiin, udah nyampe,” bisiknya lembut. Kali ini, ia kembali bukan untuk lari, melainkan menyelamatkan seseorang yang berarti.

Nero yang sudah terjaga langsung dibawa masuk setelah Mirai memastikan tidak ada zombie di dalam lorong. Ia memilih ruang perawatan kecil di dekat ruang farmasi dan mengaitkan lampu petromax di langit-langit. Di sana dengan cepat Mirai mensterilkan ruangan tersebut seadanya. Nero dibaringkan di atas ranjang besi berkarat, tubuhnya kini demam tinggi dan napasnya berat. Lalu berlari kecil ke sana ke mari mencari semua hal yang ia butuhkan untuk tindakan medis segera.

Walau tangannya gemetar Mirai tetap sigap membuka perban lusuh yang menempel di bahu Nero. Begitu terbuka, ia tercekat melihat luka tusuk itu, cukup dalam, pinggirannya lebam ungu, dan ada bercak karat cokelat kehitaman di sekitar jaringan. Bau logam bercampur darah basi menusuk hidungnya.

“Ya Tuhan … ini dari besi berkarat,” bisiknya menahan panik.

Disemprot luka dengan cairan antiseptik, darah segar langsung mengalir keluar, Nero meringis keras sambil mencengkeram seprai ranjang berkarat. Mirai menahan lembut bahunya, lalu meraih pinset steril kecil dari baki logam. Dengan hati-hati, diperiksa kedalaman luka, memastikan tidak ada serpihan karat yang tertinggal. Setiap kali pinset menyentuh jaringan, tubuh Nero bergetar menahan sakit.

“Bertahan, Viiiin. Sedikit lagi,” bisiknya bergetar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!