Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Banyak Bicara
Damian berjalan cepat menghampiri Lukas dan Naora. Wajahnya ditekuk seolah tidak suka dengan kedekatan mereka.
"Aduh.." Naora sangat terkejut tiba-tiba Damian datang dan merebut minumannya.
"Jangan sembarang menerima pemberian seseorang yang belum kau kenal". Kata Damian kemudian meminum air di tangannya.
"Tapi kan itu dari Lukas. Aku juga mengenalnya". Cicit Naora pelan. Ia masih heran dengan tingkah Damian yang menurutnya aneh.
Sedangkan Lukas wajahnya sudah masam. Dalam hati ia mengumpat bos nya yang sudah cemburu akut tapi tidak mau mengaku.
"Kau ? kenapa wajahmu begitu ?" Tunjuk Damian pada Lukas.
"Wajahku memang tampan sejak lahir, Tuan". Jawab Lukas.
Damian tidak mengatakan apa-apa lagi. Hanya melayangkan tatapan maut pada Lukas yang membuat Lukas mundur perlahan.
"Lukas..." Panggil Naora.
"Nao, jangan memanggilku lagi. Aku masih menyayangi nyawaku". Kata Lukas berbalik badan.
'Nao ?' Batin Damian semakin jengkel saat Lukas memanggil Naora dengan nama yang tidak umum.
Naora hanya diam memandang Lukas yang mulai menjauh. Niat hati ingin bertanya apa ia memiliki minuman lagi sebab ia juga sangat haus.
"Kau akrab sekali dengan Lukas". Kata Damian menghabiskan air di tangannya. Naora hanya melirik sekilas. Tidak berniat menjawab.
"Kau marah karena aku merebut minuman mu ?" Tanya Damian.
Naora berdiri menghadap Damian dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan. Mana berani aku marah padamu". Jawab Naora pelan sebab tenggorokannya terasa kering.
Damian hanya mengangguk. Lagi-lagi ucapan Naora tidak sesuai dengan gestur tubuh dan raut wajahnya. Ia mengatakan tidak marah, tapi dari tatapan mata Naora dapat Damian tangkap jika wanita itu memendam rasa sebal luar biasa.
"Kau pasti haus, ini untukmu". Angel datang dengan membawa secangkir teh dan sepotong kue.
Naora melihat kearahnya. Naora tau, wanita ini yang diajak bicara oleh Damian tadi. Tapi Naora tidak tau ada hubungan apa diantara mereka.
"Ambil saja. Damian tidak akan marah padamu". Kata Angel lagi dengan senyuman. Ia tau Naora ragu sebab sejak tadi Naora memandang kearah Damian. Seolah meminta persetujuan.
"Ambillah". Kata Damian. Seulas senyum terbit di bibir Noara kemudian ia mengambil cangkir yang sepertinya sangat menyegarkan tenggorokannya.
"Terima kasih". Katanya. Kemudian ia meminum teh itu yang terasa pas di lidah nya.
Damian melihat Naora yang terlihat menikmati minuman nya. Hanya dengan hal kecil saja mampu membuat wanita ini tersenyum. Pikirnya.
"Duduklah. Ini kue untuk mu". Kata Angel mengambil cangkir di tangan Naora yang masih tersisa setengahnya.
"Eemm..." Naora merasa ragu. Lagi-lagi ia menatap Damian seakan meminta persetujuan.
"Kau tidak mau, Tuan ?" Tanya Naora menawarkan.
"Tidak. Untuk mu saja". Kata Damian duduk lebih dulu di dekat kolam ikan.
"Terima kasih, Nona". Kata Naora.
"Jangan panggil aku Nona. Aku Kakaknya Damian. Namaku Angel. Kau bisa memanggil namaku saja". Kata Angel ramah.
"Oh, kau Kakaknya Tuan Damian ?" Tanya Naora tidak percaya. Ia melihat kearah Damian yang memainkan ponselnya kemudian melihat kearah Angel.
Mungkin Naora sedang membandingkan Damian dan Angel yang memiliki sikap berbeda.
"Kami memang Kakak beradik. Ayo duduklah di sebelah Damian". Angel mendorong pelan Naora agar duduk di dekat Damian.
"Eeh maaf aku tidak berani". Kata Naora pelan.
"Sudah tidak apa-apa. Aku juga akan duduk disana. Apa kau akan tetap berdiri disini ?" Angel sengaja membuat Naora dekat dengan Damian.
Damian menggeser duduknya saat Angel menyuruhnya berbagi tempat duduk.
Naora duduk di tengah. Diantara Damian dan Angel. Ia merasa sangat tidak nyaman apalagi ia merasa Damian yang menatapnya sejak tadi. Membuat kue yang dimakannya tersangkut di tenggorokan.
Angel mengajak Naora bicara hal-hal ringan. Dan Naora cepat bisa membalas apa yang Angel ceritakan.
Tidak butuh waktu lama untuk kedua wanita itu saling mengenal. Damian yang sejak tadi diam hanya menjadi pendengar merasa heran. Kenapa cepat sekali dua wanita itu akrab.
Dengannya saja Naora seakan menjaga jarak. Apa iya ia terlihat menyeramkan.
"Baiklah. Sudah cukup bercerita nya. Kita harus kembali, Naora". Kata Damian berdiri.
"Oh baiklah". Jawab Naora tanpa bantahan.
"Kenapa cepat sekali ?" Tanya Angel.
"Ini sudah hampir sore. Kalian mengobrol terlalu lama sampai tidak ingat waktu". Jawab Damian.
Dan Angel hanya tersenyum saat menyadari apa yang dikatakan Damian ada benarnya. Ia begitu asik mengobrol dengan Naora. Rasanya begitu cocok.
"Baiklah. Hati-hati dijalan. Ajak Naora lagi jika kemari". Kata Angel.
Damian mengangguk. Ia memeluk Angel dengan penuh kasih sayang. Entah perasaan Damian saja atau memang betul. Damian merasa tubuh Angel lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu satu bulan yang lalu.
"Pikirkan apa yang ku katakan padamu tadi. Jika kau sudah menemukan wanita seperti itu maka jadikan dia pendamping hidupmu. Jangan terlalu lama sebelum dia diambil pria lain". Kata Angel pelan.
Damian tidak memberikan reaksi apa-apa. Begitu pelukan mereka terlepas, Angel segera memeluk Naora.
Ia tidak mengatakan apa-apa. Hanya memeluk Naora saja. Naora pun membalas pelukan Angel.
"Kami pulang dulu, Kak". Kata Naora saat Angel sudah melepaskan pelukannya.
Angel hanya mengangguk. Matanya berkaca-kaca. Ia berharap masih bisa bertemu dengan Damian lagi bulan depan.
Angel melambaikan tangannya seiring keluarnya mobil Damian dari pelataran gereja.
Air mata membasahi wajahnya dengan begitu derasnya. Tangannya erat mencengkram kepalanya dengan mulutnya yang komat-kamit membaca doa.
"Tuhan, sakit sekali". Rintihnya sebelum tubuhnya ambruk di tanah.
...
"Aku baru tau jika kau banyak bicara". Kata Damian saat dalam perjalanan.
Naora diam saja. Ia sibuk mengelus kepala Luna yang tidur di pangkuannya.
"Aku bicara jika ada yang mengajakku bicara". Katanya kemudian.
Kemudian hening tidak ada pembicaraan apapun di dalam mobil sampai mobil melaju kearah jalanan yang ramai.
Damian melihat dari kaca tengah lagi-lagi Naora tertidur. Mungkin benar karena tidak ada yang mengajaknya bicara. Pikir Damian.
Lukas melihat kearah yang dituju oleh Damian. Kemudian ia tersenyum.
"Tuan.." Kata Lukas.
"Diamlah. Aku tau apa yang ingin kau katakan". Kata Damian kemudian menutup wajahnya dengan sebelah tangannya.
Lukas diam tapi hanya sebentar. Lalu ia bicara tentang hal serius yang ia dapatkan dari anak buahnya.
Rupanya gudang penyimpanan senjata mereka di serang oleh kelompok mafia yang lainnya. Dan mau tidak mau Damian harus turun tangan sendiri untuk membasmi musuhnya.
..
Mana nih suaranya buat author ?🥰
sakit parah dianya yah