Namanya Diandra Ayu Lestari, seorang perempuan yang begitu mencintai dan mempercayai suaminya sepenuh hati. Baginya, cinta adalah pondasi rumah tangga, dan persahabatan adalah keluarga kedua. Ia memiliki seorang sahabat yang sudah seperti saudara sendiri, tempat berbagi rahasia, tawa, dan air mata. Namun, sebaik apa pun ia menjaga, kenyataannya tetap sama, orang lain bukanlah darah daging.
Hidupnya runtuh ketika ia dikhianati oleh dua orang yang paling ia percayai, suaminya, dan sahabat yang selama ini ia anggap saudara.
Di tengah keterpurukannya ia bertemu ayah tunggal yang mampu membuatnya bangkit perlahan-lahan.
Apakah Diandra siap membuka lembaran baru, atau masa lalunya akan terus menghantui langkahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Turun jabatan
Diandra menarik napas dalam-dalam sebelum turun dari mobil. Setelah membuka pintu beroda empat itu titik awal balas dendamnya akan dimulai. Tanggung jawab besar pun akan ia pikul tanpa bergantung pada siapapun lagi.
Setelan formal berwarna hitam putih menambah elegannya seorang Diandra ketika berdiri di depan perusahaan dan disambut oleh beberapa manajer dari berbagai Divisi. Rumor bahwa Diandra akan memasuki perusahaan sudah menyebar minggu lalu sehingga banyak yang menantikannya. Terlebih separuh dari mereka kurang suka dengan kepemimpinan Ramon.
"Selamat datang Bu."
Diandra hanya melempar senyum, berjalan lurus dengan kepala sama sekali tidak menunduk. Sesampainya di depan pintu ruang rapat ia kembali mengambil napas dan melewati pintu usai dibuka oleh sekretaris yang ia bawa secara pribadi.
Meja panjang dan kilauan cahaya ruangan menyambut Diandra di ruangan itu. Setiap kursi telah diisi oleh pemegang saham yang beberapa hari lalu ia temui secara acak dengam bantuan pengacara keluarganya.
Di kursi utama ada Ramon yang tampak tegang meski berusaha tetap terlihat santai usai kedatangan Diandra.
"Baik mari kita mulai. Bu Diandra sebagai perwakilan pemilik saham terbesar silahkan menyampaikan agendanya."
"Terimakasih untuk kesempatannya." Diandra berdiri di hadapan seluruh pemegang saham dan juga suaminya yang mengenggam pena sangat kuat. "Rapat kali ini, bukan hanya rapat rutin. Saya berdiri di sini untuk menyampaikan keputusan penting demi keberlangsungan perusahaan."
Tampak para pemegang saham menegakkan tubuhnya, ada pula yang berbisik-bisik menerka informasi penting apa yang akan pewaris tunggal sampaikan sehingga datang padahal selama ini tidak pernah mencampuri urusan perusahaan.
"Setelah melalui evaluasi menyeluruh, kami menilai kinerja CEO kini tidak sejalan lagi dengam visi misi perusahaan. Dengan berat hati namun demi kebaikan bersama saya mengumumkan ...." Diandra melirik Ramon.
"Mulai hari ini, Ramon akan diturunkan dari CEO menjadi manajer operator cabang. Dan sebagai keputusan pemegang saham mayoritas saya akan mengambil alih posisi CEO ...."
"Kamu tidak bisa seenaknya Diandra!" Ramon berdiri, tatapannya sangat tajam bak mata pisau yang siap melukai Diandra jika bicara sekali lagi. Dari CEO menjadi manajer operator di salah satu cabang? Ia sama saja dipermalukan. Bagaimana dia akan bekerja nantinya? Yang semula dihormati akan setara dengan karyawan lain. "Saya sudah memimpin perusahaan bertahun-tahun ...."
"Menjadi pemimpin bukan soal ego tetapi tanggung jawab. Pemegang saham mayoritas sudah menentukan pilihannya," jawab Diandra sembari melirik kepala pimpinan rapat.
"Keputusan sudah final, kami akan segera menandatangi berita acara."
Rapat pun berakhir begitu cepat tanpa adanya perselisihan sebab Diandra sudah melancarkan aksinya di belakang layar. Beruntungnya kinerja Ramon tidak begitu baik sehingga penurunan jabatan di dukung oleh pemegang saham. Meski tidak di pungkiri beberapa pemegang saham meragukan kemampuannya. Ia diberika waktu selama 6 bulan membuktikan kualitas diri dalam menjalankan perusahaan.
"Diandra!"
Diandra menghentikan langkahnya yang hendak memasuki ruangan yang semula di tempati oleh Ramon. Dia berbalik dan mengisyaratkan pada beberapa orang agar meninggalkan mereka berdua.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kamu sengaja melakukan ini semua untuk mempermalukan aku kan? Kamu dendam padaku."
"Kalau nggak suka sama keputusan rapat kamu bisa mengundurkan diri dari perusahaan. Nggak perlu memperdebatkan hal kecil seperti ini," jawab Diandra.
"Kamu benar-benar sudah berubah. Bukan lagi Diandra yang aku kenal."
"Kadang seseorang nggak ingin berubah tetapi keadaan memaksanya agar bisa melanjutkan hidup."
"Kau benar-benar ...."
"Jangan mengotori tanganmu dengan menampar aku di wilayahku kalau nggak mau kehilangan pekerjaan." Menahan tangan Ramon yang hendak menamparnya.
"Bekerjalah dengan baik tanpa mengkhianati pasanganmu lagi."
"Aku akan mempersulit perceraian."
"Lakukan apapun yang kamu inginkan." Diandra senyum miring.
Beruntungnya pengacara keluarga yang papanya pilih sangat andal menjaga aset sehingga tidak satu pun aset perusahaan balik nama. Bahkan jika Ramon ingin menggunakan uang perusahaan harus tanda tangan darinya. Itulah mengapa sering kali Ramon menggunakan uang pribadi mereka berdua.
"Tolong copot semua barang dan nama CEO sebelumnya," ujar Diandra pada orang yang memang bertugas untuk itu.
.
.
.
.
.
Sudah untung masih dikasih pekerjaan, ya meski malunya setengah mati🤭
ni manusia oon apa terlalu pintar ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣