"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OM IRAWAN
"Astaghfirullah. Mama ngagetin aja." ucapku yang terkejut, sebab tiba-tiba saja mama muncul.
Sudah seperti setan saja mama itu dimana mana selalu ada.
"Maaf Rey, baru saja habis ngasih makan ikan." ucap mama.
Aku hanya mengangguk dan langsung menuju ke depan. Aku memakai ojek online biasa. Nanti jika pulangnya baru aku akan naik taksi online.
Saat kendaraanku sudah jalan, terlihat ibu Mira yang keluar dari pintu gerbangnya. Sepertinya wanita paruh baya itu ingin mengembalikan mangkok ku kemarin, saat aku mengasihnya bubur kacang hijau. Tapi biarlah, aku sudah terlanjur jalan.
Hingga sampailah aku di sekolah. Sebagian murid sudah keluar semuanya. Cuaca siang ini sangatlah terik. Aku harus memesan taksi online. Agar Kiara tidak kepanasan jika naik ojek.
"Mama." teriak Kiara yang sudah keluar dari sekolah.
"Hai sayang.. Gimana sekolahnya, happy?"
"Happy ma, " jawab Kiara.
Aku mengangguk dan menatap. layar ponselku. Sedari tadi aku memesan taksi online tapi tidak ada yang nyangkut! Hadeh mana panas banget lagi.
"Ma, kita meneduh disana saja, biar tidak panas." ucap Kiara sambil menunjuk ke arah halte.
Kami pun langsung menuju kesana. Sudah setengah jam aku menunggu, tidak ada juga yang nyangkut. Mana tidak ada taksi biasa yang lewat lagi. Tidak mungkin aku pulang menggunakan ojek.
Hingga tibalah sebuah mobil putih mewah berhenti di depanku dan Kiara. Aku mengernyit bingung. Dan keluarlah seorang pria paruh baya dengan berpakaian kantor sangat keren sekali. Ya aku kenal dia.
"Om irawan." ucapku dan langsung menyalami tangan nya.
Begitu pun Kiara yang langsung mengikutiku.
"Kok disini Rey? Sedang apa?' ucap om irawan.
"Ini om, Reyna baru saja menjemput Kiara sekolah. Dan dari tadi Reyna tidak mendapatkan taksi online. Taksi biasa juga tidak ada yang lewat." ujarku.
"Om apa kabar?" lanjutku lagi.
Laki-laki paruh baya itu tersenyum.
"Baik Rey, kalau begitu mari, biar om antar saja. Kebetulan om juga ingin bertemu dengan mama kamu." ucap om Irawan.
Aku dan Kiara saling tatap. Ya, om Irawan itu adalah rekan bisnis papa dulu, bahkan kini perusahaan om Irawan masih bekerja sama dengan perusahaan alm papa. Sehingga om Irawan dan mama juga dekat karena masalah bisnis.
Yang aku tahu om Irawan juga menyukai mama. Tapi aku tidak tahu hubungan keduanya sudah sampai mana. Dulu satu tahun setelah papa meninggal, Om Irawan datang ke rumah dengan berniat ingin melamar mama.
Om Irawan juga duda. Dia di tinggal meninggal oleh istrinya yang belum memiliki anak hingga sampai di masa tuanya. Dulu mama menolak om Irawan. Karena mama belum siap untuk menikah lagi. Setelah itu aku tidak tahu lagi. Mungkinkah om Irawan masih mengharapkan mama?
"Ayo, tidak papa. Kasihan Kiara jika harus naik kendaraan umum. Panas." ucap om Irawan lagi.
Akhirnya aku pun mengangguk. Kasihan juga dengan putriku, pasti dia lelah juga lapar.
"Kalau tidak merepotkan. Boleh lah om." ucapku.
Om Irawan hanya tersenyum dan membuka kan pintu mobil untuk aku dan Kiara. Kami pun akhirnya menuju rumah mama. Baru kali ini aku melihat om Irawan lagi. Ya aku tahu, beliau adalah orang sibuk. Yang tidak selalu ada waktu untuk orang siapa saja. Tetapi ini tumben.
"Tadi om ke kantor mamamu. Tapi beliau sedang tidak ada di tempat. Apakah mama mu sedang sakit Rey? Sehingga tidak masuk kantor?" tanya om Irawan.
"Mama sehat kok om. Hanya saja memang sedang tidak ke kantor. Katanya sih pengen istirahat dulu." ucapku apa adanya.
"Oh begitu, kalau suami mu? Kerja dimana sekarang? Masih yang dulu?" ucap om Irawan.
Aku termangu. Apakah om Irawan tidak tahu jika mas Saka sudah bekerja di perusahaan alm papa? Apakah om Irawan tidak pernah bertemu?
"Om tidak tahu ya? Mas Saka kan sudah bekerja di perusahaan alm papa om. Sama mama." ucapku.
"Oh iya toh, om tidak tahu Rey, soalnya om jarang ada di sini, om sibuk, keluar kota terus. Ini saja om baru pulang." ucap om Irawan.
Aku hanya mengangguk saja. Meskipun aku tidak tahu, beliau melihatnya atau tidak. Hingga tibalah kami di rumah. Aku dan Kiara turun. Begitupun dengan om Irawan.
"Ayo om. Masuk." ucapku mempersilahkan.
Aku menyuruh Kiara masuk ke kamar untuk bersih-bersih. Sedangkan aku langsung memanggil mama di kamarnya.
Tok tok tok.
"Mama!" ucapku.
"Mama." panggilku.
Tok tok tok.
Ingin ku buka pintunya, namun takut mama marah. Akhirnya aku langsung ke kamar ku saja untuk menemui mas Saka. Jika di depan ada tamu.
Ceklek. Klek. Klek.
Loh kok di kunci sih pintu kamarku. Aku memanggil nama mas Saka dan mengetuknya.
"Mas Saka."
Tok tok tok
"Mas Saka"
Ceklek, klek.
Masih belum bisa di buka. Pada kemana sih? Akhirnya aku menuju dapur. Mana tahu saja mas Saka sedang tertidur. Begitupun mama yang tidur siang. Aku membuatkan teh manis hangat untuk om Irawan.
"Om, silahkan di minum dulu, sebentar lagi mama akan kesini." ucapku dengan sopan.
"Terima kasih Rey." jawabnya.
Aku langsung bergegas untuk ke kamar mama kembali. Baru satu ketukan mama sudah langsung membuka kan pintu.
"Mama tidur ya. Itu ada tamu." ucapku dengan pelan.
"Iya Rey, mama tidur. Siapa sih tamunya. Kok kamu heboh banget." ucap mama sambil menguap.
"Om Irawan ma." ucapku.
"Apa!!" pekik mama yang terkejut.
"Iya. Katanya mau bertemu mama giih ma, temuin dulu. Kasihan. Tadi om Irawan mengantar Reyna dan Kiara dari sekolah." ucap ku lagi.
Mama langsung merapikan diri dan.berlalu keluar untuk menemui om Irawan. Sedangkan aku kembali menuju kamarku yang terkunci. Tumben sekali mas Saka tidur mengunci pintu.
Ceklek.
Saat aku buka. Ternyata sudah tidak di kunci, aku melihat mas Saka yang duduk di tepi ranjang. Wajahnya juga seperti habis bangun tidur.
"Kamu tidur mas? Kok tumben di kunci kamarnya." ucapku.
"Iya, takut ada maling. Kan tidak ada siapa-siapa! Jadi ya aku kunci. Siapa sih yang datang, namu kok siang bolong begini." ucap mas Saka.
"Itu, om Irawan. Tadi aku dan Kiara juga di antar pulang sama beliau." ucapku.
"Hah!! Apa! Om Irawan. Mau apa dia?" ucap mas Saka yang juga terkejut.
Aku sampai mengerutkan bingung, ini ada apa sih. Kok mas Saka ikut-ikutan terkejut mendengar om Irawan datang.
"Kenapa sih? Mau apa kek! Urusan nya kan sama mama. Bukan sama kita!" ucapku.
Mas Saka langsung terdiam. Aku melihat gurat kekesalan di wajahnya. Entah lah aku tidak tahu, padahal om Irawan baik. Mengapa mas Saka seperti tidak suka begitu?
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek