Winda Happy Azhari, seorang penulis novel yang memakai nama pena Happy terjerumus masuk bertransmigrasi ke dalam novel yang dia tulis sendiri. Di sana, dia menjadi tokoh antagonis atau penjahat dalam novel nya yang ditakdirkan mati di tangan pengawal pribadinya.
Tak mampu lepas dari kehidupan barunya, Happy hanya bisa menerimanya dan memutuskan untuk mengubah takdir yang telah dia tulis dalam novelnya itu dengan harapan dia tidak akan dibunuh oleh pengawal pribadinya. Tak peduli jika hidupnya menjadi sulit atau berantakan, selama ia masih hidup, dia akan berusaha melewatinya agar bisa kembali ke dunianya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Piknik
Elizabeth kemudian membilas dan memotong mentimun dan tomat menjadi irisan yang tidak terlalu tebal atau tipis. Setelah itu, dia mengambil telur-telur itu dan mulai merebus telur-telur itu dalam panci berisi air di atas api.
Setelah telur-telur itu direbus, dia membuang air panasnya lalu memasukkan air dingin ke dalamnya untuk mendinginkan telur. Setelah mengupas kulit telur, dia meletakkan telur-telur itu ke dalam mangkuk dan menghancurkannya dengan garpu, menambahkan mayones ke dalamnya.
Setelah semuanya selesai, Elizabeth mengoleskan mayones telur ke atas roti bersama irisan mentimun dan tomat, lalu menambahkan sedikit mayones telur lagi dan meletakkan roti lagi di atasnya. Terakhir, dia memotong roti lapis secara diagonal.
"Selesai," kata Elizabeth pada dirinya sendiri dengan bangga.
"Kelihatannya enak, apa ini, Nona?" Terdengar salah seorang juru masak bertanya padanya.
Elizabeth tidak menyadari bahwa sejak tadi semua orang berdiri di belakangnya, memperhatikannya membuat roti lapis ini. Dia lalu melirik roti lapis buatannya itu.
"Ini? Ini namanya sandwich telur mayones." Ucap Elizabeth.
"Sandwich telur mayones?" Ucap para juru masak tampak bingung.
Elizabeth mengangguk, lalu menyerahkan satu kepada mereka.
"Coba saja." Kata Elizabeth.
Mereka tampak waspada, takut untuk mencoba makanan yang pertama kali dibuat Nona mereka itu. Tetapi mereka akhirnya menikmatinya. Mata mereka melebar dan mengangguk antusias.
"Ini luar biasa, Nona!" Ucap mereka.
Elizabeth tersenyum.
"Aku senang kalian menyukainya." Ucap Elizabeth.
Ini pertama kalinya para juru masak melihat Elizabeth tersenyum. Senyum lembut di bibirnya, tanpa amarah atau kenegatifan.
Belakangan ini, rumor dan gosip yang beredar di kalangan pekerja adalah tentang Elizabeth, bagaimana sikapnya berubah 180 derajat, dia menjadi seseorang yang baru. Ada yang tidak percaya, termasuk para juru masak. Namun, setelah melihat senyumnya, mereka pun percaya pada rumor tersebut.
Putri bungsu keluarga ini sekarang telah menjadi wanita baik-baik yang tidak menunjukkan kemarahan terhadap pekerja mana pun, sebagaimana seperti yang biasanya dia lakukan dulu.
Elizabeth selesai membuat roti lapis, dan tak lupa menyisakan beberapa potong untuk para juru masak.
"Kamu boleh memberikannya kepada siapa pun, terima kasih sudah mengizinkanku menggunakan dapur hari ini," kata Elizabeth sambil meraih keranjang berisi semua roti lapis dan minuman.
"Tentu saja Nona, silakan kembali kapan saja." Ucap juru masak.
Elizabeth mengangguk dan melambaikan tangan pada mereka.
"Tentu!" Seru Elizabeth.
Begitu dia pergi, semua orang saling memandang dan mengangguk senang. Nona mereka benar-benar telah berubah menjadi orang yang baru yang begitu baik dan manis.
...----------------...
Elizabeth kembali ke kamarnya di mana Alex sedang menunggunya dengan tikar piknik dan buku-buku untuk dibacanya.
"Kita pergi sekarang?" Tanya Elizabeth sambil menepuk bahunya.
Alex, yang sedang memegang tikar piknik, mendengar suaranya dan menoleh. Dia menatap keranjang itu dari bawah, lalu ke atas, lalu mengangguk.
Elizabeth memberinya senyuman.
"Kalau begitu, mari kita piknik di luar." Ucap Elizabeth.
Mereka memberanikan diri keluar, ke bagian belakang rumah. Berjalan lebih jauh ke belakang, ada gerbang kayu kecil yang mengarah ke jalan setapak. Keduanya menghentikan langkah dan saling menatap.
"Apakah kamu pernah lewat sini sebelumnya?" Tanya Elizabeth pada Alex, sambil menyentuh gerbang kayu.
Gerbang itu sudah tua dan sedikit berkarat, mengeluarkan derit kecil setiap kali dia mendorongnya.
Alex menggelengkan kepalanya.
"Tidak Nona." Jawab Alex.
Elizabeth berpikir sejenak sebelum mengangkat bahu.
"Yah, kau tahu apa kata orang, rasa ingin tahu bisa membuatmu mati penasaran." Ucap Elizabeth.
Tanpa pikir panjang, Elizabeth berjalan melewati gerbang kayu, dan Alex berjalan di belakangnya dengan desahan yang mengancam akan keluar dari bibirnya.
Jalan setapak itu hanya muat untuk satu orang dan ada cabang-cabang pohon yang terlalu besar menghalangi jalan mereka. Namun, Elizabeth tidak terganggu, dia mendorong cabang-cabang pohon itu ke samping, mencegah cabang-cabang pohon itu mengenai dirinya dan Alex yang masih di belakangnya, berpegangan pada barang-barang untuk piknik.
Tak lama kemudian mereka sampai di ujung jalan setapak, Elizabeth terkesiap. Padang rumput luas yang dipenuhi bunga-bunga liar, mulai dari yang kecil hingga yang besar, tampak di sana. Dan ada sebatang pohon besar di tengah padang rumput.
Angin hangat namun sejuk menggerakkan bunga-bunga dan dedaunan dengan lembut.
'Sungguh mempesona.' ucap Elizabeth dalam hati.
Kenangan masa kecilnya terlintas saat dia berpiknik bersama keluarganya di padang rumput. Nostalgia menyergapnya saat dia terus menatap padang rumput tanpa bergerak sedikit pun atau mengucapkan sepatah kata pun.
Dia tiba-tiba merindukan keluarganya dari dunia sebelumnya. Suara, wajah, tawa, dan sentuhan lembut mereka.
'Ah, nostalgia sungguh menyakitkan.' pikirnya.
Bersambung...