Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20
...Keindahan seseorang berasal dari cara dia berperilaku. Mau dia seseorang yang terhormat sekalipun, mau memiliki gelar ataupun harta jika tidak bisa menghormati orang lain, dirimu hanya seorang manusia yang hina di mata mereka yang paham akan nilai Moral... ...
...Sesekali posisikan dirimu di tempat orang lain. Baru dirimu paham akan keangkuhan dirimu itu adalah racun dan ketidak perdulian mu adalah cermin dari jiwa yang kotor......
...━━━━━━。゜✿ฺ✿ฺ゜。━━━━━━...
Tujuh tahun pernikahan bukan waktu yang singkat, tujuh tahun pernikahan bukan lah waktu yang mudah untuk di lalui dan juga di lupakan. tujuh tahun adalah waktu yang benar-benar melelahkan bagi seorang ibu yang selalu saja mengabaikan perasaannya bahkan mengabaikan penampilannya.
Menomor satukan kepentingan dan juga keperluan keluarga, melakukan yang terbaik untuk keluarga akan tetapi nyatanya tak di anggap sama sekali. Di rendahkan, di remehkan bahkan selalu saja dirinya di bandingkan oleh orang lain. Sakit, dirinya merasa sakit dan juga kecewa yang mendalam dengan apa yang di lakukan oleh putra dan juga suaminya. ingin mengungkapkan keluh kesah yang ia rasakan akan tetapi nyatanya ia tak bisa, ia hanya mampu memendam semua yang di lakukan oleh anak dan juga suaminya.
sang putra yang merasa malu bahwa dirinya tak mempunyai pekerjaan, sang suami yang selalu meremehkan bahkan selalu membandingkan dirinya pada wanita lain. Diam seribu bahasa, akan tetapi hati seakan hancur.
Kini kesabaran yang ada pada diri Emily telah hilang, perasaan cinta dan juga sayang telah musnah. Rasa yang selama ini ia jaga perlahan telah hilang dengan sendirinya, rasa cinta dan ingin membahagiakan kini telah memudar. Emily tersenyum saat dirinya melihat notice pesan yang di kirim oleh seseorang.
Sebuah gambar yang memperlihatkan sang suami yang saat ini tertidur dengan begitu nyenyaknya memeluk tubuh wanita yang saat ini tersenyum.
Emily tahu apa yang terjadi, Emily tahu apa yang di lakukan pada dua orang insan yang haus akan napsu dunia.
Dirinya benar-benar tahu apa yang di lakukan oleh Aidan, saat sering ponsel Aidan berbunyi dirinya telah paham akan apa yang terjadi. dirinya pun tahu siapa penelpon yang membuat Aidan terburu-buru ingin menemuinya.
"Lakukan saja apa yang ingin di lakukan, jika waktu ini tak kau manfaatkan maka sungguh aku benar-benar pergi meninggalkan kamu... " gumam Emily dengan melangkahkan kakinya menuju kamar sang putra, Berlian.
Emily membuka pintu kamar di mana sang putra telah tertidur dengan begitu nyenyaknya. Tangannya menyentuh dan mengusap perlahan puncak kepala sang putra. Ada rasa berat tuk meninggalkan akan tetapi mengingat bagaimana perlakuan dan bagaimana respon sang putra terhadapnya kini bukan lah alasan tuk dirinya untuk tetap bertahan atau mempertahankan rumah tangga yang ia jalani. Untuk apa jika dirinya sendiri yang mencoba pertahankan akan tetapi tak ada sama sekali di hargai. Bukan perilaku di hargai yang ia dapatkan akan tetapi justru lukisan luka yang di torehkan.
Emily menatap ponselnya, terlihat dirinya yang mencari id nama Rehan.
"Jam 7 pagi saya akan akan pergi ke bandara. " Emily terlihat mengetikkan pesan lalu ia kirimkan pada Rehan.
setelah mengetikkan sebuah pesan kini Emily menyiapkan beberapa hal yang ingin ia bereskan. Emily menatap sebuah surat yang telah ia minta di pengadilan, telah ia bubui dengan tanda tangan lalu melepaskan sebuah cincin pernikahan yang selama ini ia jaga.