Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Jiwa Kosong
BEEEP!
BEEEP!
Bunyi klakson yang saling bersahutan membangunkan Elika. Elika dengan jantung yang tidak beraturan membuka mata. Elika membuka lebar kedua matanya. Elika masih berada di dalam mobilnya dalam keadaan utuh. Dia masih hidup.
"WOOOIIIIII. MAU CARI MATIIIII!" Teriak sopir truk yang berada di belakang Elika.
Elika kembali memperhatikan sekitar. Mobil Elika berada di tengah-tengah persimpangan jalan raya. Dengan tangan gemetar Elika menyalakan mesin mobil dan menepikan mobilnya.
Elika masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Elika hampir saja dijemput maut. Elika memandangi pembatas jalan yang ada di samping kirinya. Elika ingat, di sana dia terjatuh. Dan pembatas jalan itu ada bekas tabrakan.
Elika keluar dari mobilnya. Elika memperhatikan bumper depan mobilnya yang penyok.
"Apa semua itu bukan mimpi? Tapi gue terbebas dari maut."
Elika mencium aroma gosong di sekitarnya. Elika juga merasakan tubuhnya terasa terjepit, terhimpit, sakit. Elika terduduk di depan mobil sambil meringkuk menahan sakit.
"Ini hanya peringatan! Lu akan merasakan yang lebih sakit dari ini!" Suara itu, suara itu yang didengar Elika sebelum Elika terjun ke jurang. Suara Zoya.
Elika perlahan masuk ke dalam mobil. Elika mengangkat telepon dari Ilma yang menanyakan keberadaannya. Elika menangis, Elika meminta Ilma menjemputnya. Elika tidak sanggup membawa mobil karena kakinya sakit.
Elika keluar dari mobil. Elika berpindah ke kursi belakang. Elika bersandar di kursi. Ingatannya saat jatuh dari jurang begitu nyata.
Tiba-tiba saja tubuh Elika tidak bisa digerakkan. Elika melihat dari arah belakang sepasang tangan melingkar di lehernya. Tangan itu dengan cepat mencengkram lehernya dengan kuat. Elika tidak bisa bernapas, Elika tidak sadarkan diri.
Dalam hitungan menit, Ilma dan Zeki tiba di lokasi yang sudah dikirimkan Elika. Mereka melihat mobil Elika. Elika ada di kursi belakang dalam keadaan pingsan. Zeki segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
🌑 Di halaman rumah Arga.
Zoya berada di dalam mobil masih bersama Daniyal, Dinar dan Raisa yang tertidur pulas. Tapi sekarang mereka sudah berada di depan rumah Arga. Zoya tersenyum puas karena membuat Elika hampir merasakan sakaratul maut.
Setelah Zoya bermimpi bertemu Arga, Zoya seperti mempunyai kekuatan untuk bisa membalas dendam kepada keluarganya. Arga akan selalu melakukan apa saja untuk Zoya.
Tujuan utama Zoya saat ini adalah membalas sakit hatinya kepada keluarganya. Zoya juga akan membalas semua yang jahat kepadanya siapapun itu. Dan satu hal lagi, Zoya akan selalu bersama Arga dan Arga ingin Zoya segera keluar dari rumahnya.
Daniyal, Raisa, Dinar terbangun dari tidur mereka. Mereka bingung kenapa bisa berada di depan rumah Zoya. Semua ingatan beberapa jam yang lalu terhapus dari kepala mereka.
"Bukannya tadi kita di rumah sakit ya?" Dinar merenggangkan ototnya.
"Gaeees, kalian lupa ya? Tadi kan kalian bantuin aku packing pakaian, maaf ya kalian sampai ketiduran," jawab Zoya.
"Gitu ya? Mang Dulah dan Bi Ijah mana?" Daniyal ingin berpamitan.
"Mereka sudah istirahat di kamar belakang. Hmmm gak apa ni ngerepotin kalian antar aku ke tempat baru?" tanya Zoya.
Daniyal, Dinar dan Raisa kompak menjawab tidak. Kebetulan besok sekolah libur karena bertepatan dengan hari libur nasional. Daniyal, Raisa dan Dinar memutuskan untuk menemani Zoya di tempat tinggal barunya.
Daniyal menuju lokasi yang dikirimkan Zoya. Raisa bertanya kepada Zoya, apakah yakin meninggalkan kediaman Arga. Bukannya di sana ada Mang Dulah dan Bi Ijah yang menjaga Zoya.
Zoya hanya ingin mandiri. Zoya bilang tempat tinggalnya yang baru ini adalah pemberian dari nenek dan kakeknya di desa. Zoya akan menjaga pemberian kakek dan neneknya.
Daniyal masuk ke halaman rumah Zoya. Di depan rumah sudah ada seorang ibu-ibu menunggu ke datangan mereka. Ibu itu memberikan kunci rumah kepada Zoya.
Zoya membuka rumah, Zoya dan teman-temannya masuk ke dalam. Dinar membuka salah satu kamar. Dinar masuk ke dalamnya.
"Zoya! Banyak banget foto lu!" Teriak Dinar.
Zoya dibantu Daniyal dan Raisa perlahan masuk ke dalam kamar Zoya. Zoya kaget saat melihat dinding kamarnya dipenuhi dengan foto dirinya. Foto-foto masa kecil sampai remaja Zoya sewaktu berada di Desa Kerang.
Daniyal, Dinar dan Raisa tiba-tiba saja merasa lelah. Mereka keluar dari kamar Zoya dan memilih satu kamar yang ada di samping kamar Zoya. Daniyal tidur di atas sofa sedangkan Dinar dan Raisa tidur di atas tempat tidur.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Zoya masih memandangi foto-foto dirinya. Dan di saat itu Arga sudah ada duduk di sampingnya.
"Apakah kamu ingat, dulu ada seorang anak laki-laki dibully teman-temannya di Pantai Keong?" tanya Arga.
"Itu Kak Arga?" tanya Zoya.
Arga mengangguk dan menunjukkan gelang yang diberikan Zoya kepadanya. Zoya ingat semua itu. Zoya kemudian bertanya kenapa Arga tidak lagi berkunjung ke rumahnya. Arga minta maaf karena Arga waktu itu tidak berpamitan. Arga ikut mamanya ke luar kota. Tapi Arga selalu mengikuti informasi tentang Zoya.
Arga kali ini datang untuk memenuhi janjinya. Arga akan selalu menemani Zoya.
"Zoya, apakah kamu mau jadi kekasihku?" Arga memberikan sebuah cincin kepada Zoya.
"Bukannya kita sudah nikah?" sekilas Zoya melihat pernikahan diingatannya.
Wajah Arga dengan cepat berubah. Arga menggenggam jemari Zoya dan berkata, "Ingat, hanya aku suamimu."
Zoya mengangguk, Arga memasukkan Zoya ke dalam pelukannya. Arga kali ini tidak akan melepaskan Zoya dan menyerahkannya kepada cowok lain.
🌑 Luar negeri.
Alan dan Talia masih berada di rumah sakit di mana Arga dirawat. Sebelumnya Arga dalam kondisi masih sadar. Tapi Arga seperti orang yang ketakutan. Apalagi setelah melihat Zoya untuk pertama kalinya.
Saat itu Dokter menyarankan agar Arga tidak bertemu dulu dengan Zoya. Mungkin ada sesuatu dari Zoya yang membuat Arga trauma.
Kebetulan Alan ada urusan bisnis di luar negeri dalam beberapa waktu. Alan membawa Talia dan Arga ke luar negeri. Sesampainya di luar negeri, Arga kembali mengalami ketakutan. Arga mengalami mimpi buruk setiap malam dan akhirnya Arga tidak bangun lagi dari tidurnya.
Alan terus berupaya mencari Dokter terbaik untuk kesembuhan Arga. Talia selalu berdoa untuk kesembuhan Arga. Talia mencurahkan kasih sayangnya kepada Arga.
"Sayang, sudah berapa lama Arga gak bangun. Aku yakin penyakit Arga ini non-medis," ucap Talia.
"Maksudnya?" Alan mengernyitkan keningnya.
"Selain Dokter, kita juga perlu orang pintar," jawab Talia.
"Sayang, ini zaman sudah modern, mana ada hal yang begituan," Alan memeluk Talia.
"Sayang, tidak salahnya kita mencoba," Talia meneteskan air mata.
Pintu depan diketuk. Alan dan Talia menatap ke arah pintu. Ternyata sahabat Alan Fadi dan istrinya yang berasal dari negara Mala datang menjenguk Arga.
"Astaghfirullah," ucap Fadi dan istrinya.
"Ada apa?" tanya Alan.
"Anak kalian, jiwanya kosong," jawab Fadi.
"Maksudnya gimana?" Talia tidak mengerti.
"Saat ini anak kalian ada di sini, tapi yang ada di sini hanya raganya. Jiwanya kosong entah ke mana. Sejak kapan dia tidak sadarkan diri?" tanya Lulu.
"1 bulan yang lalu," jawab Talia.
Fadi dan Lulu duduk di samping Arga yang terbaring di atas tempat tidur. Mereka khusuk membaca doa. Talia dan Alan ikut duduk di samping kanan Arga. Mereka juga ikut berdoa di dalam hati.
Fadi dan Lulu mencoba berkomunikasi dengan mata batin. Mereka memanggil Arga agar masuk kembali ke dalam raganya. Tapi tiba-tiba saja dari dalam raga Arga ada sesuatu yang keluar dan menyerang Fadi. Fadi terpental membentur tembok.
BRUUUUUUK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...