Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu tapi gengsi
Roy memaksa Rasyad untuk memberitahu foto pernikahan mereka. Roy penasaran dengan istri dari sahabatnya itu. Namun Rasyad tidak ingin membagi foto Erina dengan Roy. Meski sebenarnya ia memang tidak punya foto pernikahannya, karena yang mengambil foto kemarin dari handphone kedua orang tua mereka. Rasyad bisa saja menunjukkan foto Erina dari profil WA nya. Namun ia tidak mau melakukannya.
"Ah pelit."
"Nanti saja, kamu harus hadir saat resepsi ku. "
"Jangan bilang istrimu upik abu. Makanya kamu sembunyikan. "
"Haha... enak saja kalau ngomong. Lihat saja nanti."
Beberapa saat kemudian, Roy harus pamit karena masih ada pekerjaan. Seseorang baru saja menghubunginya. Mereka pun berpelukan.
"Bro, aku yakin kamu masih perjaka. Kalau sudah gol, jangan lupa kabari aku." Bisik Roy sambil menepuk bahu Rasyad.
"Ish, sialan kamu nih!"
"Haha.... bye. Good job bro. Semoga berhasil menjebol gawang."
"Astaghfirullah, dasar teman laknat." Rasyad menggelengkan kepala mendengar perkataan Roy.
Setelah kepergian Roy, Rasyad pun mengirim chat kepada istrinya mengingatkannya untuk makan siang.
Erina yang baru saja masuk ke ruangannya untuk beristirahat, langsung sumringah mendapat notif dari suaminya. Ia tidak sadar jika Friska sedang memperhatikan gerak-geriknya. Friska memicingkan mata saat melihat Erina senyum-senyum sendiri. Friska melihat cincin dan gelang yang dipakai Erina. Erina tidak pernah memakainya sebelumnya. Ia yang penasaran pun langsung memegang tangan Erina.
"Ish ngagetin saja."
"Aku penasaran sama gelang dan cincin ini."
Erina langsung tertegun.
"Oh... ini."
"Iya. Bukankah kamu tidak suka memakai perhiasan. Kenapa sekarang tiba-tiba memakainya?"
"Ya, pingin saja. Nggak pa-pa kan aku berubah pikiran?" Erina beralasan.
Namun Friska tetap menguliknya.
"Terus ngapain dari tadi kamu senyum-senyum sendiri hah?"
"Kapan? "
"Barusan itu. Memangnya aku nggak lihat."
Erina langsung menaruh handphonenya. Ia takut Friska melihat chatnya dengan Rasyad. Ia belum siap untuk membuka rahasianya kepada Friska karena Friska pasti akan heboh jadi sekantor. Friska juga pasti akan menginterogasinya kalau tahu dia menikah dengan Rasyad.
"Sudah yuk kita makan siang, laper nih."
"Makan terus tapi nggak gendut-gendut kamu tuh! Lihat perutku sudah segede ini."
"Haha... itu sih lain lagi, bukan karena kebanyakan makan."
Tiba-tiba Erina membayangkan saat nanti ia juga akan hamil seperti Friska. Pasti ia juga akan terlihat gendut.
"Hamil? Ya Allah, pikiranku sudah terkontaminasi. Berhubungan saja belum. Oh tidak-tidak." Batinnya.
Mereka pun pergi ke kantin untuk makan siang. Setelah itu, Erina shalat Dhuhur. Beberapa saat kemudian, ia pergi ke ruang meeting.
Para orang tua dapat ini sedang berada di apartemen Erina. Mereka membereskan baju-baju Rasyad ke dalam lemari. Setelah itu, mereka berempat makan bersama. Mama dan Bunda memasak di dapur dengan bahan seadanya. Setekah selesai makan, mereka membicarakan tentang acara pernikahan dan resepsi di Indonesia. Rencana resepsi akan diadakan dya kali, di Surabaya dan di Jakarta mengingat keduanya adalah sama-sana anak bungsu. Orang tua mereka ingin memberikan yang terbaik. Apa lagi Rasyad hanya dua bersaudara. Mereka juga membicarakan soal masa depan Rasyad dan Erina. Ayah dan Bunda tudak keberatan jika nantinya Erina akan tinggal bersama keluarga Rasyad. Namun keputusan akhirnya akan diserahkan kepada yang akan menjalaninya.
"Di rumah sepi, mbak. anak pertama kami sudah ikut suaminya. Jefri ya gitu, jarang ada di rumah. Kami berharap nantinya Erina tidak keberatan tinggal bersama kami. Kalau pun tidak mau, kami juga tidak akan memaksa. Kita sudah memaksa mereka menikah, jadi nggak baik ngelunjak, hehe...." Ujar Mama.
"Mbak, kamu tenang saja. Erina itu memang mandiri dan agak keras kepala. Tapi sebenarnya dia punya hati yang lembut. Saya yakin dia mau."
Sore pun tiba.
Rasyad menunggu taksi untuk pergi menjemput Erina. Ia sudah kirim chat kepada istrinya agar tidak menunggu bus. Tadinya Erina menolak karena beralasan takut merepotkan. Namun Rasyad meyakinkannya. Akhirnya Erina pun setuju.
Saat ini Rasyad sudah berada di dalam taksi menuju tempat kerja Erina. 15 menit kemudian, ia sampai Sesuai dengan permintaan istrinya, taksi berhenti di jarak 15 meter dari gedung. Erina berjalan cepat menuju taksi yang sudah berhenti. Untungnya Friska sudah dijemput oleh suaminya.
Erina pun masuk ke dalam taksi.
"Berangkat, pak."
"Baik, nona."
Taksi pun melaju kembali. Mereka langsung menuju apartemen.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"
"Cukup melelahkan. Tapi aku senang karena dapat bonus. Hehe... "
"Syukurlah kalau begitu."
"Em... kamu dari mana tadi?"
"Ketemuan."
"Sama siapa? "
"Teman."
"Memangnya kamu punya teman di sini?"
"Ada, cuma satu."
"Cewek?"
Erina penasaran.
Rasyad pun terpikir untuk mengerjainya.
"Em iya."
"Oh... " Erina hanya ber oh ria.
Sebenarnya ia agak kecewa. Tapi ia berusaha menutupinya. Rasyad melirik istrinya yang tiba-tiba terdiam.
"Kamu tidak marah, kan?"
"Ngapain marah?"
"Ya, kan kamu istriku."
"Udah tahu punya istri masih ketemuan sama cewek." Gerutunya. Ia tidak sadar mengucapkannya. Namun Rasyad mendengarnya cukup jelas.
Rasyad menyenggol lengan Erina dengan lengannya.
"Cemburu ya?" Bisiknya.
"Dih cemburu apaan."
"Ayo jangan bohong. "
"Nggak kok. Cuma nggak suka aja sama laki-laki yang beristri tapi ketemuan sama cewek lain meski itu temannya sendiri rasanya tidak etis kecuali ditemani pasangannya." Ujar Erina dengan menggebu-gebu.
"Hahaha.... " Rasyad tertawa lepas.
"Kok malah ketawa sih!"
"Kamu lucu kalau begini, jadi pingin nyubit pipimu. "
Erina langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai. Rasyad membayar taksi lalu turun menyusul Erina. Mereka masuk ke dalam gedung apartemen. Mereka baik lif menuju lantai atas.
Saat keluar dari lif, Rasyad memindah laper bag ke tangan kirinya. Lalu tiba-tiba ia menggandeng tangan Erina dengan tangan kanannya. Sontak Erina menoleh seakan ingin protes namun tak menolak.
"Biar orang tua kita senang." Rasyad beralasan. Padahal ia memang ingin menggandengnya.
"Ah iya, kamu benar."
"Jadi cuma demi mereka. Iss, tadi saja dia sudah berani ketemuan sama cewek. Baru dia hari menikah, indah bikin ulah." Batin Erina.
Ia tidak sadar jika saat ini dirinya dan Rasyad sudah sampai di depan pintu apartemennya.
Tok tok tok
Tidak perlu waktu lama, pintu pun terbuka. Bunda yang membukakan pintu untuk mereka.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Eh pengantin baru sudah pulang. "
Pandangan Bunda langsung tertuju pada kaitan jari mereka. Bunda pun mengulum senyum.
"Ayo masuk, mama dan papa mu ada di sini."
"Iya, bun."
Mereka berdua akhirnya masuk. Kedua orang tua mereka menyambut dengan suka cita. Bahkan Bunda dan Mama sudah menyiapkan makan malam untuk mereka. Mereka menjadi pusat perhatian orang tua.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
semoga selamanya seperti ini
Ya Alloh bang Rasyad yg cool ternyata sikapnya sweet dan gentle terhadap istrinya, bukan hanya sigap melindungi sang isteri, tapi bisa jugaa romantis, gak kalah sama anak muda yg lagi pacaran 😅😅😅
Bisa juga dia panggil sayang sang isteri didepan sahabat laknatnya 🤩🤩🤩
Gapapa lah emang wajib kok panggil sayang ke pasangan biar makin romantis