NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19: Undangan yang Serat Dendam

Pov 3 [????]

Di dalam kamar ratu musang, udara terasa agak lembap. Batu-batu dinding yang tersusun rapi memantulkan cahaya redup dari obor yang dipasang di sisi ruangan. Aroma asap kayu samar-samar tercium, bercampur dengan bau bulu musang yang khas. Ratu musang duduk di kursinya yang terbuat dari kayu hitam, kedua tangannya bertumpu di sandaran, ekornya bergerak pelan menandakan pikirannya sedang gelisah.

“Apa benar ada bangunan di sana?” tanyanya dengan nada waspada. Matanya yang tajam menatap ke arah salah satu makhluk di belakangnya.

Makhluk itu menyerupai musang jantan, tubuhnya agak kurus namun gerakannya lincah. Ekor panjangnya terus mengibas pelan, tanda ia juga menahan tegang. Ia menundukkan kepala sebelum menjawab, “Benar, Yang Mulia. Sebuah bangunan dari bebatuan muncul di sekitar wilayah kita. Ukurannya besar, dan dindingnya tampak kuat.”

Ratu musang mengernyit. “Apakah kita bisa memusnahkannya?” Suaranya terdengar ragu, seperti tak yakin keputusan mana yang tepat diambil.

Makhluk itu mengangkat kepalanya perlahan, ekspresinya serius. “Kemarin malam, unit pengintai mencoba menyusup ke dalam bangunan itu. Namun tidak berhasil. Saat salah satu bagian bangunan dihancurkan sedikit, dinding yang retak langsung berubah menjadi lapisan zirah baja. Baja itu hidup dan membunuh pasukan pengintai seketika.”

Ruangan mendadak hening. Ratu musang menahan napas, kedua matanya membesar. “Astaga…” Ia mengusap dahinya dengan jemari gemetar. “Tujuan mereka sebenarnya apa? Apakah kita bisa saja berbicara baik-baik dengan penghuni bangunan itu?”

“Kami belum mencobanya, Yang Mulia,” jawab musang itu hati-hati. “Bangunan itu terlalu tertutup. Tidak ada celah untuk masuk, tidak ada tanda komunikasi yang bisa dijangkau. Namun… kami menemukan sesuatu yang menarik.”

Ratu musang menajamkan pandangan. “Apa itu?”

“Kerajaan yang ada di dalam bangunan itu bernama Kerajaan Rawa. Tulisannya terpampang jelas di pintu gerbang besar yang tinggi. Kami melihatnya langsung.”

“Kerajaan Rawa?” Ratu musang bergumam lirih, seakan tak percaya.

“Benar, Yang Mulia. Dan lebih mengejutkan lagi, kemarin sore kami menyaksikan sendiri para bebek masuk ke dalam bangunan itu. Mereka tidak terluka, tidak ada yang mati. Bangunan itu seolah hanya mengizinkan mereka.”

Ratu musang memukul sandaran kursinya dengan cakar, suara kayu berderit keras. “Jadi ini benar-benar pasti, ya?”

“Betul, Yang Mulia.”

Sejenak, ratu musang memejamkan mata, berpikir keras. Napasnya terdengar berat. “Kalau begitu… apakah dirimu memiliki strategi yang bisa menguntungkan kita, Neya? Kau adalah ahli strategi terbaik di sini.”

Seorang musang betina maju selangkah. Bulunya berwarna abu-abu pekat, matanya menyipit licik. Dari awal ia hanya tersenyum kecil, mendengarkan semua laporan tanpa terlihat cemas. Kini, bibirnya melengkung lebih lebar.

“Ada satu strategi yang bisa kita lakukan,” ucapnya tenang. Senyum sumringahnya tidak hilang sedikit pun, membuat suasana di ruangan semakin tegang.

...----------------...

Hari itu suasana kerajaan terasa tenang di permukaan, namun pikiranku terus gelisah. Sejak malam kemarin, sistem memberikan peringatan yang sulit untuk kuabaikan.

[Perhatian! Individu musang sedang menghancurkan tembok luar]

Tulisan itu muncul jelas di hadapanku, membuatku langsung sadar bahwa sesuatu memang sedang terjadi.

Dan benar saja, pagi ini Vlad datang padaku dengan wajah serius. Bulu hitam di sekitar lehernya terlihat agak mengembang, tanda kalau dia sedang waspada.

“Rajaku,” katanya pelan tapi tegas, “sepertinya akhir-akhir ini ada beberapa makhluk mencurigakan sedang mengamati kerajaan Anda. Perintah Anda bagaimana?”

Aku menatapnya tajam. “Tujuan mereka apa? Apakah mereka ingin membalaskan dendam sesuatu atau apa?”

Vlad menggeleng. “Tidak, Tuanku. Mereka dari tadi hanya mengamati. Apakah Anda ingin saya membinasakan mereka?”

Aku menarik napas panjang. Di luar, angin siang terasa panas, membuat udara di dalam ruangan ini semakin berat. “Tidak perlu,” jawabku tegas. “Mereka pasti akan datang sendiri. Kita tunggu saja.”

Vlad menunduk hormat. “Baik, sesuai perintah Anda.”

Setelah itu, aku tak bisa diam begitu saja. Aku segera bertanya pada sistem, bukan untuk mencari jalan keluar seperti sebelumnya, tapi untuk memastikan apa sebenarnya yang sedang terjadi di sekitar wilayah ini.

Jawaban sistem kali ini membuatku sedikit kaget.

[Tuan berada di wilayah Kerajaan Musang. Wilayah ini termasuk salah satu dari Empat Kerajaan Besar.]

Aku terdiam beberapa saat. Jadi benar, informasi tentang empat kerajaan yang sempat kulihat di daftar quest bukan sekadar pajangan. Kupikir kerajaan-kerajaan itu jauh dari tempatku sekarang, tapi kenyataannya aku sudah berdiri tepat di salah satunya.

“Pantas saja mereka berkelompok besar,” gumamku pelan.

Namun, yang membuatku resah adalah satu hal: aku belum tahu tujuan mereka. Apakah aku dianggap pengganggu di sini? Apakah mereka ingin aku pergi dari wilayah ini? Atau ada sesuatu yang lebih rumit?

Siang itu, ketika aku masih memikirkan berbagai kemungkinan, suara ketukan keras terdengar dari arah gerbang. Suara besi beradu membuat beberapa pasukan bebek di dekat sana langsung menoleh waspada.

Vlad dengan cepat masuk ke ruangan membawa sesuatu. Ia berjalan cepat, sayapnya menekan gulungan kertas bersegel.

“Tuanku, ada pesan untuk Anda.”

Aku menajamkan mata. “Pesan?” gumamku. Di kepalaku, berbagai kemungkinan muncul dengan cepat. “Apa aku akan diajak negosiasi kali ini? Apa mereka ingin aku meninggalkan tempat ini, kalau tidak akan ada ancaman pemusnahan?” pikirku dalam hati.

Aku menatap Vlad. “Siapa yang mengirimkan ini?”

“Seorang utusan musang, Tuanku. Mereka menolak berbicara panjang, hanya menitipkan gulungan ini.”

Aku menerima gulungan itu. Kertasnya digulung rapi dan diikat dengan tali tipis agar mudah dibuka. Begitu aku membuka ikatan itu, mataku langsung menangkap sesuatu yang membuat bulu kudukku merinding.

Di dalam gulungan, terselip satu helai bulu. Warnanya persis sama denganku.

Tanganku terhenti sejenak. Aku menatap bulu itu lama, lalu beralih pada tulisan di dalam pesan. Tulisan itu jelas, ditulis dengan tinta emas pekat:

...----------------...

...Kepada Yang Menyebut Dirinya Raja Rawa....

...Aku, Ratu Lira dari Kerajaan Musang, menyampaikan salam beserta kehormatan atas kelahiran kerajaanmu yang baru berdiri. Meski masih muda, kabar tentang kekuatanmu telah sampai hingga ke istanaku....

...Namun, aku tidak dapat menutup mata atas insiden yang baru saja terjadi: kematian Kapten Kokok dari Kerajaan Ayam Jantan. Adiknya, Raja Pekokok, kini menuntut darahmu sebagai ganti. Amarahnya membakar rawa, dan ia telah datang padaku, memohon agar aku menjadi penengah dalam perselisihan ini....

...Atas dasar itu, aku memanggilmu....

...Datanglah ke Balairung Musang pada hari ketiga setelah pesan ini sampai. Kita akan berbicara, tidak hanya tentang dendam, tetapi juga tentang masa depan wilayah rawa yang kini menjadi tempatmu berkuasa....

...Ingatlah, wahai Raja Rawa, bahwa kerajaanmu berdiri di tanah yang termasuk dalam pengaruh musang. Menolak undangan ini berarti kau menolak perdamaian dan konsekuensinya akan segera kau rasakan....

...Datanglah. Mari kita bicarakan dengan kepala dingin… sebelum darah benar-benar membanjiri rawa....

...Dengan tinta emas dan tanda kerajaan,...

...Ratu Lira, Penguasa Musang...

...----------------...

Aku menatap gulungan itu lama sebelum akhirnya menarik napas dalam-dalam. Tali tipis yang membungkus kertas itu terasa kasar di ujung jariku. Cap emas berbentuk simbol kerajaan musang masih menempel jelas di permukaannya.

“Sepertinya… aku baru saja menerima undangan kerajaan pertamaku,” gumamku dalam hati, suara nyaris tak terdengar.

Ada perasaan ganjil di dadaku. Baru kemarin guild kecilku ramai-ramai berubah menjadi kerajaan rawa, kini tiba-tiba ada ratu musang yang mengirimkan pesan formal dengan segel emas. Dari satu sisi, ini berarti keberadaanku diakui. Tapi di sisi lain… aku bisa merasakan tekanan yang tersembunyi di balik kata-kata manis itu.

Aku membuka gulungan tersebut. Tulisan di bagian tengah terbaca jelas: Kapten Kokok.

Tanganku mengepal refleks. Ingatanku melayang ke percakapan beberapa waktu lalu.

“Apa kau tidak tahu siapa adikku?” begitu kata Kapten Kokok padaku waktu itu.

Ternyata benar. Adiknya bukan sembarang prajurit—dia seorang raja. Jadi maksudnya, surat ini adalah jawaban atas kematian sang kakak. Adiknya tidak menerima peristiwa itu begitu saja.

Aku menghela napas panjang. Vlad berdiri di sampingku, tubuhnya kaku. Dari sorot matanya, aku tahu ia sudah menyadari isi pesan ini. Tapi dia memilih diam, menunggu aku bicara lebih dulu.

“Sepertinya aku akan diundang ke kerajaan seseorang,” ucapku akhirnya, suaraku berat. “Tapi ini bukan sekadar undangan untuk negosiasi. Ini undangan yang sarat dengan dendam.”

Vlad mengangkat kepalanya. Ekspresinya serius. “Jika benar ini undangan berselimut dendam, maka satu hal pasti: mereka tidak menganggap rajaku sekadar seekor bebek yang berkuasa. Mereka menganggap Anda ancaman.”

Aku menatap matanya, lalu mengangguk pelan. “Sepertinya begitu. Aku juga memikirkan hal yang sama.”

Vlad menunduk sedikit, suaranya lebih pelan namun tegas. “Kalau raja ingin pergi, izinkan saya ikut. Dendam tidak pernah melahirkan negosiasi yang jujur.”

Aku terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. Suara tawaku terdengar hambar di dalam ruangan berbatu ini. “Tenangkan dirimu dulu, Vlad. Jika ada manusia datang bersamaku, mereka akan berpikir aku sudah beraliansi dengan manusia.”

“Tapi itu lebih baik daripada dianggap yang lain,” balas Vlad cepat.

Aku menggeleng pelan. “Tidak, tidak. Jika mereka tahu aku bersama manusia, mereka akan berhati-hati. Bahkan niat dendam mereka mungkin akan digusur terlebih dahulu. Tapi jika mereka melihat kita sebagai makhluk lemah, mereka akan mencoba menggigit ekor kita.”

Aku berhenti sebentar, menatap gulungan surat itu lagi, lalu melanjutkan dengan suara rendah. “Dunia ini kejam, Vlad. Makhluk lemah akan selalu dianggap lemah. Tidak ada yang menolong mereka. Sekalipun kita bisa bertahan sendiri, pada akhirnya kesendirian adalah musuh terbesar semua makhluk hidup.”

Vlad menelan ludah, matanya tidak berkedip menatapku.

“Kita berpura-pura lemah terlebih dahulu,” lanjutku. “Kalau mereka menerima kita sebagai sosok yang lemah, berarti ada dua kemungkinan. Mereka benar-benar aman untuk kita… atau—”

“Atau?” potong Vlad, suaranya nyaris berbisik.

“Atau mereka hanya ingin menabur benih untuk dimanfaatkan oleh mereka sendiri.”

Ruangan itu mendadak terasa hening. Hanya suara angin yang berhembus masuk dari celah bebatuan yang terdengar samar.

Aku kemudian menegakkan tubuhku. “Kita akan berangkat tiga hari setelah pesan ini dikirim. Latihan untuk tiga bebek itu harus diperketat. Kita tidak tahu apa yang menunggu di balik negosiasi mereka.”

Vlad menunduk dalam, lalu menjawab tegas, “Baik, Rajaku! Sesuai perintah Anda.”

1
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 1 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 1 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 1 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!