Enemy To Lover

Mandaka terbangun saat mendengar suara PIP di jam tangan Tag Heuer nya. Pria itu melirik ke arah pergelangan tangan kirinya dan ada lampu kelap kelip merah kecil di jam tangannya.

Kode Morse? Tunggu. Gue mana paham!

"Chagiya ... Carole," panggil Mandaka membuat Carole terbangun.

"Ada apa Manda?" gumam Carole bingung.

"Kamu ... Bisa baca Morse?"

Carole mengerenyitkan dahinya. "Morse?"

"Iya ... Ini jam tangan aku kedip-kedip dan sepertinya kode Morse. Aku buta huruf kode Morse," ucap Mandaka.

Carole lalu meraih tangan Mandaka dan mulai melihat kedip-kedip di jam tangan itu. Gadis itu berkonsentrasi saat membaca kode Morse di jam tangan mahal itu.

"Jangan khawatir, bantuan segera datang." Carole menatap Mandaka. "Siapa ini?"

"Aku rasa antara Oom Rylee atau Oom Junjun. Tapi aku berani bertaruh satu mangkuk ramen panas, pasti Oom Rylee." Mandaka tersenyum ke arah Carole.

"Manda, mana ada ramen disini!" cebik Carole gemas.

"Kalau sudah bisa keluar dari sini, Chagiya." Mandaka tersenyum lalu meraih kotak P3K. "Sekarang, sembari menunggu bantuan datang, biarkan aku yang akan mengobati luka di keningmu yang mulus itu."

Carole terkejut ketika Mandaka mengobati keningnya dengan telaten.

"Ini sudah mau malam. Kita harus makan, Chagiya," ucap Mandaka setelah mengobati Carole dan menempelkan perban serta band-aid disana.

"Tapi ... di tas Doraemon aku hanya ada beberapa bar coklat dan biskuit ransum tentara." Carole mengambil tas dan merogoh isinya. Beberapa coklat dan biskuit berada di genggamannya.

"Itu sudah cukup Chagiya." Mandaka mengambil dua batang coklat dan memakannya. "Di tas aku juga ada beberapa air mineral yang aku ambil tadi di mobil. Untuk dua hari ke depan, kita masih aman lah."

"Manda ...." Carole menatap Mandaka dengan wajah serius.

"Apa sayang?"

"Kenapa kamu selalu manggil aku Chagiya?" Mata hijau Carole tampak kepo.

"Namamu Carole dan Chagiya adalah 'darling' dalam bahasa Korea. Depannya sama-sama C jadi aku pas-paskan saja," jawab Mandaka kalem.

"Oh begitu. Jadi azas dibuat semua serba pas?" tanya Carole.

"Iya sayang. Eh, kalau kita sudah selesai misi ini, bagaimana jika kita kencan di New York? Masa kamu tidak mau healing sih?" Mandaka menaik turunkan alisnya.

Carole hanya mendengus. "Yang mau kencan sama kamu itu siapa!"

"Kamu lah! Memangnya kita sudah ciuman dan tidur bareng itu tidak bisa jadi pacaran?" kerling Mandaka.

Bibir seksih Carole menganga. "Kapan kita tidur bersama?"

"Tadi. Kita tidur bersama sambil berpelukan. Bukannya itu tidur bersama?" jawab Mandaka dengan wajah polos. "Aaaadduuhhhhh!"

Carole mencubit hidung mancung Mandaka. "Itu tidak bisa dibilang tidur bersama!"

"Terus apaan?"

Carole hendak mengatakan sesuatu tapi telinganya mendengar suara-suara mencurigakan. Keduanya saling berpandangan dan sama-sama meraih Glock masing-masing.

"Bersiap C?" bisik Mandaka. Carole menjawab dengan anggukan.

Carole berjalan pelan ke arah berlawanan dari pintu. Gadis itu menodongkan pistolnya ke arah pintu sementara Mandaka dengan sedikit tertatih, berdiri bersandar tembok dan menodongkan Glocknya ke pintu sementara dirinya juga menajamkan telinganya ke arah jendela di sebelah kirinya.

Mandaka memberikan kode ke Carole untuk mengambil pistolnya satu lagi guna diarahkan ke jendela dan gadis itu mengangguk. Kedua tangan Carole mengarah ke pintu dan jendela. Mandaka menatap kagum ke gadis itu. Entah memang dari nenek moyangnya, semua pria-pria keturunan Pratomo, suka dengan gadis tangguh dan bisa membela diri.

Suara langkah kaki terdengar dan Mandaka bersumpah bisa mendengar suara degup jantungnya sendiri. Keringat dingin mengalir di kening dan punggungnya. Mandaka tahu, kakinya sangat sakit dan dia tidak bisa melakukan bela diri secara maksimal.

Brengseeekkkkk! Kenapa sakitnya baru terasa sekarang?

Mandaka dan Carole sudah bersiap untuk melawan siapapun yang masuk. Tak lama mereka mendengar suara kambing mengembik. Keduanya saling berpandangan.

Kambing? Ini jam berapa?

Mandaka membuka sedikit jendela dan melihat ada gembala sedang membawa kambing-kambingnya. Pria itu memberikan kode ke Carole untuk menurunkan tangannya dan menunggu sampai dua orang gembala itu pergi.

"Penggembala?" bisik Carole yang dijawab anggukan oleh Mandaka. Gadis itu melihat jam G-Shock nya dan baru sadar mereka sudah tidur hampir delapan jam! Untung semalam tidak ada apa-apa.

Carole dan Mandaka memang semalam tidur nyenyak usai minum obat. Ya ampun ...

Mandaka masih mengawasi situasinya dan kembali duduk karena kakinya sakit. Carole pun menghampiri pria itu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Carole.

"Kakiku sakit ... Sepertinya ada yang salah deh!" jawab Mandaka.

"Coba aku li ...." Carole dan Mandaka berpandangan saat mendengar suara roda mobil mendekati pondok mereka. "Siapa itu?"

Mandaka memberikan kode ke Carole untuk kembali ke posisinya tadi. Mereka pun waspada, super waspada.

"GPS nya disini Snake!"

Mandaka dan Carole saling berpandangan.

"Daddy?" gumam Carole.

"Manda? Carole? Princess? Vous êtes dans ( Kamu di dalam )?" panggil Snake dengan bahasa Perancis.

"Nous sommes à l'intérieur Daddy!" jawab Carole sementara Mandaka membuka pintu pondok itu.

Snake melihat putri dan keponakan sahabatnya selamat, langsung merasa lega. Pria seram itu langsung memeluk Carole yang menangis lega ayahnya sudah menemukan dirinya dan Mandaka.

"Kamu baik-baik saja Manda?" tanya Bear yang melihat darah di baju dan celana Mandaka.

"Tidak terlalu Bear." Tubuh Mandaka melorot ke lantai karena kakinya terasa sakit luar biasa.

"Dokter Kenzō, Dokter Heaven Canceller!" panggil Bear membuat Mandaka menatap pria dengan tinggi 205 sentimeter itu.

"Serius nama mereka itu?" tanyanya tidak percaya.

Bear hanya nyengir. Tak lama masuk dua orang dokter yang mirip dengan tokoh di manga yang dibacanya.

"Busettt! Beneran choy!" umpat Mandaka dengan bahasa Indonesia membuat orang-orang disana tampak bingung. "Oh jangan terlalu dipikirkan."

Dokter Kenzō dan Dokter Heaven langsung memeriksa Mandaka dengan seksama sementara tim Black Scorpio lainnya melakukan parameter di sekitar pondok itu.

Snake menggelengkan kepalanya lalu memindai putrinya.

"Kamu tidak apa-apa Mon Chéri?" tanya Snake sambil memegang wajah Carole yang masih menangis.

"Aku tidak apa-apa Daddy ... Tapi Bixby dan Boromir ... Mereka membawa Bilbao, Daddy! Aku tidak tahu siapa mereka!" jawab Carole.

"Kamu tidak usah khawatir ... Daddy akan membalas semuanya !" Snake memeluk putrinya lagi. "Yang penting ... Kamu selamat. Daddy tidak tahu bagaimana jadinya kalau kamu ...." Suara Snake tercekat karena tahu dia hampir kehilangan putri tunggalnya!

Carole mengangguk dalam pelukan ayahnya. "Bagaimana dengan jenazah Bixby dan Boromir?"

"Kita bawa pulang. Binturong sudah berada di lokasi kalian menguburkan mereka berdua."

Carole merasa lega dan tahu dirinya akan segera pulang.

***

Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️