Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Mengucapkannya ternyata lebih sulit daripada ijab kabul. Aku menarik napas panjang. Entah kenapa dadaku sesak, tapi aku tetap harus tersenyum untuk Desi.
"Tapi, mas.... "
"Gak ada yang perlu khawatirkan. Percaya sama mas... semua bakal baik baik aja".
Aku memeluk Desi dengan erat, berusaha meyakinkan diriku sendiri dengan apa yang kukatakan.
Desi Pov
Aku terbangun pukul empat pagi. Kulihat Bobby sedang tertidur pulas di sebelaku. Fabiayyi alaa irobbikuma tukadziban? (Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan?) Entah apa yang mendorong ku jadi ingin menyentuh wajahnya. Ku telusuri dari kening, mata, pipi, dan berganti di hidung mancungnya. Aku tersenyum mengagumi keindahan ciptaan Nya dan Bobby pun ikut tersenyum bersamaku.
Eh? kok Bobby ikut tersenyum? bukan, itu bukan tersenyum, tapi seringai. Ku tarik tanganku dari wajahnya, tapi berhasil di tahan oleh Bobby. Tanganku di letakkan di rahangnya yang kokoh.
"Kenapa ingin lari? Seperti tertangkap mencuri. Hmmm? " Bobby masih memejamkan matanya.
" Ini lebih buruk dari itu", ucapku spontan.
Terdengar jelas kekehan Bobby. "Hmmm, aku tahu aku sangat tampan, tapi kau tidak. perlu mengagumiku dalam diam begitu".
" Aku gak mengagumi dalam diam. Mas kan suamiku, kenapa harus secara diam-diam? "
"Lalu, apa yang kamu lakukan barusan? "
"Aku hanya sedang mengagumi ciptaan Nya".
" Eh? spontanitasku malah mendapat hadiah tawa Bobby. ku cubit perutnya dengan gemas.
"Aaaaw ae! sakit, Desi! iya iya.... ampun! "
Aku tertawa melihat Bobby meringis kesakitan memegang perutnya.
"Ini sih kekerasan dalam rumah tangga namanya, huh! " Bobby masih saja memegangi perutnya bekas cubitanku tadi.
"Biarin aja.... siapa suruh sok kegantengan gitu. Awas aja kalau kita jauh, mas tebar pesona sama gadis gadis di sini. Lebih dari ini sakitnya".Nada mengancam yang kubuat malah mendapat sambutan seringaian Bobby.
" Kamu kan gak bisa ngapa ngapain. Kita kan jauh".
"Aku do'ain cewek yang kamu suka selain aku berubah jadi onta"
"Kamu kan gak tahu kalau aku lagi sama perempuan di sini".
" Tapi, Allah kan Maha tahu, mas. udah ah, keburu shubuh. Yuk, shalat dulu, mas".
Aku beranjak bangun mengambil air wudhu. Sambil menanti Bobby selesai wudhu, aku menggelar dia sajadah untuk kami. Entahlah, aku selalu tersenyum setiap melakukan ini. Semua seperti mimpi mimpiku yang di kabulkan. Angan yang dijadikan kenyataan. Harapan yang menjadi kepastian.
Aku tersenyum melihat Bobby sudah siap dengan sarung dan baju koko hijau muda serta peci hitamnya. Fabiayyi alaa irobbikuma tukadziban?
Dengan penuh hikmat, ku jalani shalat malam berjamaah dengan Bobby. Larut dalam doa doa yang kami panjatkan, tak terasa air mataku menetes. Aku tak ingin menghapusnya. Biar saja dia mengering bersama luka akan kebodohan.
Seperti biasanya, aku mencium tangan Bobby, dan dia mencium kening ku. Tapi kali ini beda, terasa sangat hikmat dan lagi air mataku menetes. Anehnya, aku pun merasakan kening ku basah terkena satu dua tetes air. Aku yakin Bobby menangis.
Aku menghambur ke pelukannya. Aku kembali menumpahkan luapan air mataku dalam pelukannya yang akhir akhir ini jadi canduku. Sebentar lagi, candu ini pasti akan sangat ku rindukan.
"Desi, udah dong jangan nangis! Udah jelek, mata sembab pula. Entar aku illfeel".
Bobby terkekeh. hah? Cepat sekali moodnya berubah. Kembali perut kotaknya jadi sasaran tangan manisku.
" Nih, rasain orang sok kegantengan! "
"Aduduh, sakitt! ini benar benar KDRT. Ku adukan kamu ke Komnas perlindungan suami".
" Hah, emang ada? "
"Enggak sih. " Bobby menyengir kuda.
"Dasar suami sarap! "
"Sarap tapi ganteng".
" Gantengan juga kak Dhika. Eh".
Aku pura pura keceplosan. Niat usilkku begitu cemerlang Bobby sekarang menatapku penuh selidik. Hahaha, makanya jangan sok kegantengan walaupun emang ganteng. lah?
"Dhika siapa? "
"Itu loh..... kakak ganteng yang jalan sama kamu waktu di kapal.... yang baik, lucu, dan nyenengin itu".Aku tersenyum, Pura-pura membayangkan kak Dhika.
" Kenapa kamu gak sama dia aja? "
"Niatnya gitu sih. Waktu kamu datang melamar, kan aku abis jalan sama kak Dhika".
" Iya, dan karena itu pernikahan di percepatan!"
Bobby berdiri melipat sajadahnya dan meninggalkanku di kamar.
Yaelah, abege labil ngambek, wkwkwk. Aku menyusulnya ke luar, tapi tidak kutemukan. Kulihat dari kaca besar yang menghadap ke taman, Bobby sedang duduk memandang langit. Entah apa yang di lihatnya. Bintang pun tak ada.