Putri cantik kerajaan yang bernama Khanina itu memiliki kemampuan mengubah batu menjadi emas pada saat ia dalam keadaan bahagia. Kemampuan Putri Khanina tersebut membuat sang ayah ketakutan akan sesuatu yang menimpanya.
Kemudian Khanina menikah dan menjadi Ratu di kerajaan suaminya. Banyak permasalahan yang menimpanya selama berada di Kerajaan itu, sehingga ia harus menolong suaminya dengan kekuatan yang ia miliki. Namun malang menimpanya. Saat ia mengubah bebatuan menjadi emas, ada seorang yang melihatnya. Masalahpun semakin berat, ia dan suaminya dituduh berkhianat dan harus dipenjara, dan ia harus melarikan anaknya Mahiya yang juga memiliki kemampuan yang sama ke hutan gunung dan terus berada disana hingga akhirnya Mahiya menikah dan memiliki anak bernama Rae. Bebatuan di gunung itupun banyak yang berubah menjadi emas. Rae dan gunung emas menjadi incaran para pengkhianat kerajaan. Apa yang terjadi pada mereka selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atika rizkiyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Farami Berhasil Melarikan Diri
Juna beranjak keluar dari kamar Tuan Indrana sambil memakai jubah hitam, kemudian ia menaikan topi dari baju jubahnya sehingga menutupi sebagian wajahnya.
Juna tampak sangat yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Derap langkahnya seolah tak sabar ingin segera sampai ke tahanan bawah tanah istana untuk menemui Farami dan kawan-kawannya.
Juna tampak sangat bersemangat jika tindakannya ini akan segera membuatnya memiliki jabatan dewan utama kerajaan Jatinra dan ia pun memiliki banyak harta dan kuasa dari jabatan itu. Khayalan itu terus berada di kepalanya. Angan-angan itu yang membuatnya mampu melakukan apapun.
Kini Juna hampir memasuki area tahanan istana. Ia mulai terlihat tak tenang, sambil melangkahkan kakinya, matanya sibuk melihat kesana kesini, khawatir jika ada prajurit yang memergoki aksinya.
Seketika Juna terdiam dan berdiri kaku dibalik tembok tahanan istana. Ternyata ia mendengar suara dua orang prajurit yang sedang berjalan sambil mengobrol. Setelah dua prajurit itu lewat. Ia menghela napas panjang. Ia lega jika keberadaannya tidak diketahui prajurit tersebut.
Juna kembali meneruskan langkahnya untuk mencapai tujuannya. Sampai di depan pintu utama ketika memasuki area tahanan bawah tanah istana.
“Maaf Tuan, ada urusan apa anda datang kesini ?” tanya penjaga pintu.
Juna lalu mengeluarkan kantung yang berisikan uang dan koin emas dari jubahnya. Juna membuka kantung itu, menunjukkannya kepada penjaga. Penjaga terkejut tak percaya melihat uang dan koin emas itu yang jika diuangkan mencapai ratusan juta. Juna lalu berkata
“ambil ini semua untukmu.”
“benarkah Tuan ?”
“dan yang ini bagilah dengan teman-temanmu (sambil memberi beberapa kantung lagi kepada penjaga tersebut).
Wajah dan mata yang sangat berbinar terlihat dari penjaga pintu tersebut.
“aku mengingkan sesuatu darimu” ucap Juna.
“Katakan Tuanku, pasti akan aku lakukan” jawab penjaga pintu tahanan.
“Aku mengingkan kau membuka pintu untuk tahanan bernama Farami dan beberapa orang temannya. Biar mereka lari. Setelah mereka lari, dan kau anggap sudah aman, cepat bakar ruangan tahanan bawah tanah ini. Dan kau, juga temanmu.. pergilah yang jauh dan jangan pernah kembali ke istana ini. Aku rasa, uang yang kuberikan itu sudah lebih dari cukup untuk mengganti gajimu hingga berpuluh-puluh tahun yang akan datang. Apa kau mengerti yang harus kau lakukan ini ?..”ucap Juna.
“Ya, aku mengerti Tuanku.”
“kau tak mengenal siapa aku. Dan jangan ceritakan kejadian ini kepada siapapun atau kau bisa celaka.”
Penjaga tahanan hanya mengangguk tanda memahami dan menyepakati perintah tersebut.
“Biarkan aku berbicara pada Farami. Satelah kami pergi, lakukan tugasmu.” Ucap Juna.
“Baik Tuan” jawab penjaga tahanan.
Penjaga tahanan bergegas membuka pintu tempat Farami ditahan.
Melihat kedatangan seseorang dan penjaga pintu yang dengan cepat membuka gembok besar yang menjadi pengunci pintu ruang tahanan mereka, Farami dan teman-temannya terkejut. Sontak Farami langsung berdiri.
Juna langsung masuk dan berdiri tepat didepan Farami dengan jarak yang cukup dekat.
“Kau pasti tau siapa aku!”
Farami terkejut dan spontan berkata
“Tuan Ju..”
Langsung Juna memberi kode “Shuuttt” sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya.
“Aku ingin sekarang ini juga, kalian pergi meninggalkan istana. Tunggu aku di perbatasan sungai bagian barat kerajaan ini. Tetaplah disitu sampai aku datang” ucap Juna sambil berbisik ke arah telinga. Farami.
Farami langsung paham dan mengangguk. Ia tau ada maksud dari Tuan Juna atas perintah ini.
“Kalian, cepat pergilah.. ikuti Farami” ucap Juna kepada teman Farami yang lain.
Seketika Farami dan teman-reman pergi meninggalkan istana..
Juna segera bergegas kembali ke kamarnya agar ketika tersebar berita tentang Farami, ia akan berkata jika ia tak tau apapun karena hanya berada di kamarnya malam itu.
Setelah Farami, temannya dan Juna pergi dari ruangan tahanan itu. Beberapa penjaga yang sudah berkomplot dengan Juna tadi sibuk mengumpulkan jerami kering yang mereka ambil dari dekat kandang peternakan istana. Mereka menyerakkan jerami kering itu mulai dari pintu masuk sampai kedalam ruang tahanan bawah tanah istana tersebut. Setelah terkumpul banyak, penjaga tersebut membakarnya. Lalu mereka juga melarikan diri dari istana dengan membawa uang dan koin emas yang diberikan oleh Juna. Sesaat kemudian api berkobar memenuhi ruang tahanan. Hal ini diketahui oleh prajurit penjaga malam yang kala itu melintas yang bertugas mengamankan istana.
“kebakaraaaannn.... Kebakaraaaannnnn......
kebakaraaaaann....”
Teriakan penjaga keamanan istana tersebut didengar oleh penjaga yang lainnya dan ikut berteriak memberitahu semua orang bahwa ada sesuatu yang terjadi di istana saat itu.
Suara teriakan itu memecah keheningan di ujung malam menjelang subuh...
Mendengar teriakan para prajurit, Davin tebangun dari tidurnya.
“Apa yang terjadi ?”.. Gumamnya dalam hati.
Davin bergegas keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi.
“Apa yang terjadi ?” tanya dapat pada salah seorang prajurit yang berjaga di ujung kamarnya.
“Ruang tahanan bawah tanah istana terbakar, Tuan..” jawabnya.
Seketika Davin terkejut, Ia tau bahwa disitu Farami dan komplotannya ditahan untuk mendapatkan hukuman. Mendengar berita itu, ia bergumam “sesuatu yang buruk akan terjadi disini”.
Bergegas Davin kembali ke kamarnya mengambil jubah hangat lalu memakainya sambil berjalan setengah berlari menuju ruang tahanan bawah tanah istana.
Sementara, pada prajurit dengan sigap berusaha memadamkan api dengan menyemprotkan air ke arah pusat kebakaran tersebut.
Sampai di tempat kejadian, Davin bertanya “apa yang terjadi ?”.
“kami tidak tau Tuan, ketika kami sedang berjaga dan melintasi tahanan ini, kami melihat asam tebal dan api yang menyala. Lalu kami berteriak dan banyak prajurit yang bergegas datang membantu memadamkan api. Syukurlah, saat ini api sudah mulai padam, Tuan”
“tadii... apa kau mendengar suara teriakan minta tolong dari dalam tahanan ?” tanya Davin.
Prajurit tampak bingung dengan pertanyaan Davin dan mencoba mengingat kembali kejadian tadi.
“Saya tidak mendengar ada suara minta tolong dari dalam ruang tahanan, Tuan” jawab prajurit.
Davin menghela napas panjang, jantungnya berdegup kencang, matanya liar kesana kemari seolah mencari kebenaran bahwa ini adalah ulah Farami. Davin tau jika tahanan itu sengaja dibakar agar mereka bisa melarikan diri.
“apa yang diinginkannya dan siapa yang telah bekerjasama dengannya?” gumam Davin dalam hatinya yang dipenuhi ribuan pertanyaan.
Kobaran api sudah mulai menjinak. Davin sedikit tenang karena jika api terus membesar, maka istana kerajaan Jatinra tidak bisa diselamatkan. Tapi ada yang lebih buruk dari itu.. ya.. hal itu adalah pemberontakan.
Davin kembali bergumam dalam hatinya “aku harus bersiap menghadapi ini semua”.
“Tetaplaj disini untuk berjaga. Pastikan api segera mati. Jika api sudah mati dan baranya telah mendingin, panggil aku. Aku akan segera kembali kesini.” Perintah Davin.
“Baik Tuan” ucap para prajurit.
Davin kembali kebruang utama istana. Disana telah berkumpul Dewan pejabat istana, kakek Diaru dan juga Juna.
“Dimana Raja Rae ?” tanya dari salah seorang Dewan Istana.
Davin hanya terdiam, bingung ia harus berkata apa.
“Dimana Raja Rae, Tuan ?” tanya Dewan Istana kembali.
Davin yang gugup menjawab “Rae.. emm..Rae”..
“Rae pergi berburu kijang tadi malam” ucap kakek Diaru yang telah mengetahui kepergian Rae, karena Rae sempat bercerita pada kakek sehari sebelum kepergiannya mencari ibunya ke hutan gunung.
“Davin, segera panggil Rae kembali ke istana. Katakan padanya istana dalam masalah besar (sambil melihat ke arah Juna, seolah tau bahwa ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh Juna dan komplotannya)” ucap kakek Diaru.
Juna membuang pandangannya dari kakek Diaru. Ia sangat gugup namun berpura pura tidak tau apapun.
“Baik ayah” jawab Davin pada kakek Diaru.
“Prajurit, temui Raja Rae yang saat ini berada di hutan gunung. Pergilah ke arah Timur dari kerajaan ini. Susurilah jalan itu dan berhentilah di dekat hulu sungai. Kau tau wilayah itu kan?”. Tanya Davin.
“Baik Tuan. Saya tau !” jawab prajurit. Kemudian ia bergegas pergi dengan kudanya untuk memanggil Raja Rae kembali ke istana.