Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 20
Setiap melihat senyum dan tawa Dewi, Aji selalu terkesima. Apalagi wanita itu memiliki lesung pipi di kedua pipinya, semakin membuat wajahnya cantik. Dan itulah yang membuat Aji jatuh cinta waktu itu.
Lebih dari 30 tahun silam, ketika MOS, itu adalah pertama kali Aji melihat bagaimana Dewi tersenyum. Dia seolah terkena sihir cinta yang membuatnya benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.
Dan apa yang dilakukan Aji setelahnya, ya dia selalu ingin melihat Dewi tersenyum dan tertawa. Sehingga dia sering mendatangi tempat dimana Dewi berada. Baik itu di kelas maupun di sanggar tempat Dewi berlatih menari.
Dan sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun berlalu, ternyata Aji masih sangat suka melihat Dewi tersenyum dan tertawa.
"Dari dulu kamu selalu cantik kalau tersenyum dan juga tertawa, Dew."
Degh!
Dada Dewi seketika berdebar ketika mendengar ucapan Aji yang baru saja. Apalagi Aji bicara seperti itu sembari menatapnya dalam.
Ia pun segera mengalihkan pandangannya ke lain tempat. Entah, Dewi pun tak bisa jika berlama-lama menatap Aji yang tengah dalam keadaan sepeti ini.
"Sudah lah bang, jangan menggoda ku terus."
"Eii mana ada aku menggoda mu. Apa yang aku katakan ini betul, tahu. Ya sudah kalau gitu aku pamit dulu ya. Sudah sore ini. Sudah mau magrib juga. Lain kali kita ngobrol lagi. Aku pulang ya, Dew. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati Bang."
Ketika Aji meninggalkan rumah, Dewi langsung masuk. Dia sebenarnya tak suka berada lama-lama di teras. Hanya karena ada Aji saja dia mau tinggal lebih lama di teras rumah.
Haaah
Dewi menghela nafasnya panjang. Stelah dipikir-pikir dia jadi sering bertemu dengan Aji. Dan yang paling membuatnya tidak enak adalah setiap datang Aji selalu membawa buah tangan.
Hal ini membuat Dewi berpikir tentang sesuatu.
"Kayaknya aku harus gantian bawa makan untuk dia. Bang Aji suka makan apa ya. Aah Ais, mungkin saja Aisya tahu. Tapi masa iya sih harus nanya cuma untuk bawakan makana. Sudah lah, masakin saja sendiri."
Rupanya itu yang dipikirkan Dewi.
Akan tetapi apa yang dipikirkan oleh Aji sangat berbeda. Saat ini dalam berjalan ulang dia tengah menelaah lagi tentang hatinya. Aji bukan orang yang bodoh yang tidak tahu tentang perasaannya.
"Apa mungkin ketika bertemu dengan Dewi lagi rasa itu bangkit?" ucapnya. Tidak dipungkiri cinta pertama itu jelas masih ada dalam hatinya. Dan ketika menemukan kembali, cinta itu seolah muncul kembali juga beserta hatinya yang merasakan.
"Haah, aku benar-benar seperti ABG lagi kalau begini. Apa kali ini aku bisa mendapatkan cinta pertama ku itu? Entahlah, kita lihat saja nanti."
Ckiiit
"Hai Bang."
Duuuh
Aji nampak enggak ketika Rasti datang menghampirinya. Bukan hanya sekedar menyapa seperti biasanya tapi dia datang mendekat.
Perasaan Aji jelas tidak enak dengan itu. Dia sebisa mungkin tidak terlibat dengan janda satu anak ini.
Tapi Rasti nampaknya terus berusaha untuk mengejarnya.
"Ada apa ya Mbak Rasti?"
"Kok Mbak, Dek dong Bang. Kan aku lebih muda dari Bang Aji. Nanti malam di rumah ada acara ulang tahun anak aku, Abang datang ya."
"Aaah begitu, duh maaf ya Mbak. Aku tidak bisa. Soalnya aku takut kalau kekasihku marah."
Doeeeng
Wajah Rasti seketika berubah. Dari senyum penuh keramahan menjadi asam dan kusut. Dan yang paling utama adalah dia sangat terkejut.
Selama tinggal dilingkungan ini dia yakin betul kalau Aji sama sekali tak punya kekasih. Maka dari itu, dia jelas tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Aji itu.
"Alaah Abang pasti bercanda kan?"
"Maaf aku tidak pernah bercanda untuk sesuatu yang serius. Kalau begitu permisi. Maaf aku tidak bisa menerima undangan dari mu."
Aji melenggang pergi, dia tidak peduli dengan tatapan Rasti yang seolah masih ingin banyak tahu itu.
"Aah memangnya aku pikirkan. Males sekali aku kalau harus bergabung dengan mereka-mereka itu,"gumam Aji ketika memasuki rumah.
Sedangkan Rasti, dia terlihat sangat kesal.Dia benar-benar menginginkan bisa dekat dengan Aji, tapi teryata Aji begitu sulit di dekati.
"Huh, dasar pria kaku!" kesalnya.
"Ada apa Ma?"
"Itu tetangga sebelah. Mama udah baik-baik mengundang dia, eh malah nolak. Katanya takut pacarnya marah."
"Ya sudah sih Ma. kalau memang dia tidak mau. Lagi pula banyak pria yang suka ke Mama. Kalau dia memang tidak dapat digapai ya sudah,tinggalkan jangan diharapkan lagi."
Rasti mengangguk, tapi rasanya tetap saja masih kesal. Lalu sekarang dia menjadi penasaran, seperti apa wanita yang jadi kekasih Aji. Dia tahu pria itu tidak mudah didekati. Sehingga wanita yang jadi kekasihnya itu, Rasti sangat ingin melihatnya.
Beberapa hari kemudian, seperti janji yang sudah Dewi katakan, dia pun datang bertamu ke kediaman Aji. Kebetulan Aji sedang off dari rumah sakit. Dia hanya menerima konsultasi pribadi saja tadi.
"Hai Dew."
Dewi terkejut ketika Aji sudah berada di depannya. Padahal dia baru saja turun dari mobil.
"Bang, Abang nunggu aku kah?"
Tidak ada jawaban, Aji hanya tersenyum lebar. Dan Dewi pun juga tak bertanya lagi. Dia mengeluarkan sebuah tote bag besar. Aji melihatnya dan mengambil itu dari Dewi.
"Apa ini?"
"Makanan Bang, tapi masakan ku sendiri. Untuk rasanya, ya aku kurang tahu. Kalau kata Ais sih masakan aku paling enak sedunia."
"Kalau kata Aisya begitu, berarti kata aku pun begitu."
Dua orang dewasa itu tersenyum lebar. Mereka tampak nyaman satu sama lain. Dan semua itu bisa dilihat oleh mata Rasti.
"Ooh ini kekasih Dokter Aji. Usianya memang kelihatannya tidak muda sih.Tapi dia cantik dan anggun. Setiap tindakannya pun juga lembut. Ya kalau begitu aku jelas tidak bisa menyainginya. Baiklah, mundur teratur saja."
Seperti itulah ucapan Rasti. Dia memang sedari tadi mengintip ke arah rumah Aji. Dan ketika dirinya melihat semuanya, Rasti seolah mengerti kenapa Aji memilihnya.
"Tapi jika dilihat-lihat, mereka berdua cocok. Semoga jodoh deh."
Doa Rasti tulus. Dia juga tidak perlu melewati batas untuk berusaha mendekati Aji.
Di sisi lain, dua orang yang tengah menikmati makanan itu benar-benar tak memedulikan saat ada yang memerhatikan mereka.
Terlebih Aji, dia tahu kalau sedari tadi Rasti melihat kearahnya dan Dewi. Tapi dia berpura-pura tidak menyadari.
"Setidaknya ini akan membuatnya berhenti. Siapa kira Dewi akan datang begini. Sepertinya aku harus berterimakasih kepada Dewi karena sudah datang di waktu yang pas."
Aji bicara dalam hati sembari tersenyum simpul.
TBC
Jatuh cinta berjuta rasanya
Biar siang, biar malam terbayang wajahnya
Jatuh cinta berjuta indahnya
Biar hitam, biar putih manislah tampaknya
🎶🎶🎶🤣
emng y,yg nmanya jth cnta tu ga pndang usia....brsa msih 17 thn....mga jdoh sm dewi y bang....