Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Tersisa Hanya Kecewa
Hari-hari berlalu sejak saat itu, maka Alea benar-benar tidak lagi bekerja. Hanya menghabiskan waktu di rumah tanpa ada kegiatan lainnya.
"Hari ini aku periksa kandungan"
"Aku akan temani, tunggu aku pulang sore ini"
"Baik"
Alea menatap kepergian suaminya, dengan mengelus perutnya yang semakin terasa kencang. Sudah memasuki bulan ke empat, dan Alea semakin gelisah dengan waktu yang terus berjalan tanpa terasa.
"Kita akan baik-baik saja"
Hanya itu yang bisa dia ucapkan pada dirinya sendiri, memberikan semangat agar dia bisa bertahan. Hanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi untuk dia bertemu dengan buah hatinya, tapi itu juga akan menjadi hari terakhir dia menjadi istrinya Rean.
Ketika sore hari Rean telah kembali dari tempat kerja. Alea sudah bersiap juga untuk pergi pemeriksaan. Rean mengantarnya. Tidak seperti sebelumnya yang mereka datang periksa kandungan tapi bersama dengan Riska. Kali ini hanya mereka berdua.
Setiap kali mendengar suara detak jantung dari bayi Alea, selalu ada sebuah debaran hangat dalam hatinya. Tanpa sadar Rean tersenyum dengan itu.
"Semuanya baik, keadaan bayi dan Ibu sehat"
Setelah selesai, mereka kembali pulang. Dalam perjalanan Alea hanya diam dengan menatap keluar jendela mobil. Hari ini cukup cerah.
"Oh ya Tuan, tadi Ibu menelepon untuk datang lusa. Memangnya ada acara apa?" tanya Alea.
"Hari kematian Kakek Buyut"
Alea mengangguk pelan, tidak berbicara lagi. Tuan Demitri yang pertama kali mendirikan Perusahaan besar itu hingga sekarang memiliki banyak cabang di setiap kota. Termasuk pada Perusahaan dengan saham tertinggi di Dunia. Benar-benar pencapaian yang tidak mudah. Makanya setiap hari kematiannya, maka akan selalu di peringati.
Alea mengambil ponsel, dan dia melihat tanggal di kalender digital di ponselnya. Lalu terdiam, mengembalikan kembali ponsel ke dalam tasnya.
"Kau harus bersiap juga, kau harus ikut"
"Iya"
*
Suasana terasa cukup sendu, pakaian serba hitam yang di pakai semua orang menunjukan rasa duka yang nyata. Banyak sekali orang yang datang di Pemakaman Keluarga ini. Karangan bunga yang juga berjajar rapi. Semua yang datang dari relasi bisnis dan rekan-rekan kerja lainnya.
Alea berdiri disamping suaminya, dia menatap Rean yang memakai kacamata hitam hari ini.
Hari kematian seseorang yang paling dicintai, adalah hari paling menyakitkan bagi orang-orang yang ditinggalkan.
Alea sudah terisak, tidak bisa menghentikan air matanya. Dadanya begitu sesak, menatap gundukan tanah di depannya dengan foto seorang Kakek yang masih terlihat gagah dengan balutan jas. Bunga sudah ditabur, dan juga buket bunga di atasnya. Disamping makam itu, ada makam lain, yaitu istrinya. Mereka benar-benar mencintai sampai mati. Bahkan makam mereka berdampingan sekarang.
Arina menoleh dan menatap heran ketika melihat Alea yang menangis lebih keras dari yang lainnya. Padahal dia saja yang menjadi anggota keluarga, tidak sampai terisak begitu keras. Meninggalnya Kakek buyut juga sudah terlalu lama, bahkan sejak Arina masih kecil. Jadi, tidak perlu di tangisi lagi. Tapi Alea benar-benar menangis sesenggukan.
Rean yang berdiri disampingnya juga merasa heran, dia merangkul bahu Alea dan semakin merapatkan tubuh mereka saat ini.
"Kenapa kau menangis begitu keras? Kakek buyut sudah lama meninggal, bahkan sejak aku kecil. Jadi, sudah tidak perlu di tangisi lagi" ucap Rean.
Alea tidak menjawab, dia hanya terus terisak. Alea menyembunyikan wajahnya d di dada Rean, entah ini boleh atau tidak. Alea hanya butuh seseorang yang memeluknya sekarang. Tidak peduli jika nanti Rean akan marah.
Setelah acara selesai, pemuka agama sudah membacakan doa. Semua orang mulai pergi meninggalkan lokasi. Di ujung sana juga ada makam lain yang berdampingan, Arina dan Arian berada disana sebelum pulang.
Itu adalah makam pasangan tragis yang kebahagiaannya tidak pernah nyata. Airin, dan Lion. Orang tua Arina dan Arian. (Yang udah baca, pasti ngertilah)
Sampai di dalam mobil, Alea masih terus terisak. Dia tidak bisa menghentikan tangisannya.
"Kau ini kenapa?" tanya Rean, merasa bingung karena Alea menangis lebih kencang dari anggota keluarga yang lain.
Alea mencoba menghentikan tangisannya, lalu dia menoleh pada Rean meski masih terisak pelan. "Bolehkah pergi ke suatu tempat dulu, aku ingin pergi"
"Pergi kemana? Kita harus kembali, keluarga berkumpul sekarang"
Alea tidak menjawab lagi, dia hanya menunduk dan tidak mengatakan apapun. Tangannya saling bertaut di atas pangkuan.
Apa aku terlalu keras? Kenapa dia terlihat begitu sedih.
Kembali ke rumah Kakek dan Neneknya Rean, berkumpul disana. Alea hanya duduk diam di sebuah kursi di halaman rumah, tidak ikut campur dengan semua orang.
Melirik ke arah seseorang yang berdiri tidak jauh darinya, itu Arian, dan dia terlihat sedang melakukan panggilan video entah dengan siapa.
"Kau benar-benar tidak bisa pulang dulu? Tante Yuli terus bertanya tentangmu, kau sudah menghubungi Ibumu kan?"
"Aku tidak bisa, sudah bicara dengan Ibu juga semalam"
Deg... Alea terdiam mendengar suara yang sangat familiar baginya. Dia menoleh dan di balik berdirinya tubuh Arian, dia melihat sekilas dari ponsel yang diangkat itu, wajah seseorang yang sangat Alea kenal memenuhi layar ponsel.
Kak Athan..
Tangan Alea bahkan bergetar, dadanya bergemuruh penuh amarah dan kekecewaan. Rindu? Tidak, Alea bahkan sudah tidak lagi mempunyai perasaan pada pria yang sudah menghancurkan hidupnya. Yang tersisa hanya kekecewaan.
Alea segera memalingkan wajah dan segera pergi dari sana.
Sementara di tempat yang berbeda, Athan terdiam cukup terkejut saat matanya menangkap seseorang yang duduk di belakang Arian, dia masih ingat jelas wajahnya.
"Rian, apakah di belakangmu itu Alea?" tanya Athan.
Arian langsung menoleh, dan dia melihat punggung Alea yang sudah menjauh. "Mungkin, tidak tahu juga ... dia sudah pergi. Kalau kau ingin meminta maaf padanya, datang dan temui dia sendiri"
"Aku belum siap Rian, aku tahu dia pasti akan marah padaku"
"Kalau aku jadi dia, aku juga akan marah"
*
Alea kembali masuk ke dalam rumah, dimana anggota keluarga yang lain berada disana.
"Darimana saja?" Rean langsung datang menghampirinya, menarik tangan Alea untuk duduk di sofa yang kosong di sudut ruangan. "Sekarang kau jelaskan, kenapa kau menangis begitu kencang tadi?"
Alea menghela napas, dia tersenyum tipis pada suaminya ini. "Hari ini juga hari kematian orang tuaku, mereka kecelakaan pada malam hari dan meninggal pagi harinya di tanggal ini"
Deg..
"Alea, maaf, aku tidak tahu soal itu"
"Tidak papa, aku bisa mengunjungi makam mereka besok"
Bersambung
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....