Annika, kembali setelah bertahun-tahun di asingkan oleh keluarga nya sendiri karena bisu. Takut menjadi perbincangan publik seorang anak yatim piatu yang mereka angkat malah di perkenalkan sebagai anak mereka.
Sampai saat pesta perayaan keberhasilan si putri palsu, Annika datang dan membuat semua orang bertanya-tanya siapa kah putri yang asli dan yang palsu itu.
Saksikan kelanjutan ceritanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Hei reader cinta ku, Jangan lupa like dan beri dukungan sebanyak-banyaknya ya . Terus baca semua bab nya biar retensi nya stabil dan karya ini terus berlanjut.
Terimakasih
...****************...
...Panggilan itu menyeret Annika pada memory masa kecil yang hangat dan senang. Annika meneliti Elgar dari atas sampai bawah. Hanya satu orang yang memanggilnya seperti itu. Apa mungkin lelaki depannya ini......
Sejenak Annika tertegun pada manik Elgar yang begitu tenang pekat dan hangat. Perlahan rasa itu menjalar pada hatinya.
" Jangan takut.. Aku disini putri Ann" kembali lagi Elgar berucap dengan begitu perhatian.
lelaki itu bahkan sudah berganti menjadi duduk bersimpuh. Tangannya mengambil selimut yang dipeluk erat oleh Annika.
Bersamaan dengan itu, Annika yang sedang menahan selimut itu mulai melunak dan melepaskan jemarinya. Dia tertegun melihat senyum tipis dari bibir Elgar. membuat kepercayaan nya menjadi lebih besar, rasanya kabur ketakutan mulai menipis.
" jangan takut" kembali lagi Elgar menenangkan Annika. Dia membuat Annika melupakan sejenak rasa sakit traumanya.
Berselang lama, Elgar mengambil tangan Annika. mengajaknya berpindah tempat ke ranjang.
Annika seakan merasa jika Elgar memanglah anak lelaki di mana kecilnya. Melihat raut tanya Annika, setelah melihat Annika tenang di atas ranjang Elgar mengeluarkan dompetnya.
Lalu dari sana selembar kertas foto di keluarkan, manik Annika mengikuti tangan Elgar sampai lembaran itu berada di tangannya.
" apa kamu masih ingat dengan ku?" suara lembut Elgar seketika meruntuhkan ketakutan Annika. Apalagi fakta jika Elgar memanglah anak lelaki di masa lalunya.
" sekarang aku akan selalu di sampingmu" Elgar memeluk Annika pelan. Perlahan dia ingin melihat reaksi Annika. Saat tidak ada perlawanan lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya. Dia begitu merindukan sosok Annika, kini pelukan itu perlahan mengobati nya.
Elgar sangat lega, hatinya bersorak riang karena penerimaan Annika. Dalam hatinya dia berjanji akan membuat siapapun yang sudah membuat Annika menderita seperti ini, membayar atas semua sudah dia lakukan.
Perlukan itu berlangsung begitu lama, Elgar terus menemani Annika sampai wanita itu tertidur pulas. Di dalam tidur nya tangan Annika menggenggam tangan Elgar dengan begitu erat. Seakan berbagi kekhawatiran bersama.
Sedangkan lelaki itu setia duduk di samping ranjang, dengan sesekali merapikan rambut Annika yang menutupi wajah cantiknya.
Melihat Annika yang tenang. Hatinya ikut merasa tenang. " maafkan aku.. Dan terimakasih sudah bertahan sejauh ini " lirih Elgar. meksi begitu banyak penderitaan yang di alami oleh Annika, Elgar bangga Annika bisa bertahan. Mereka di berikan waktu untuk bertemu dan bersama seperti ini.
Di sisi lain. Kediaman Masashi kembali lagi terdengar keributan. siang ini, Calvin sengaja mengosongkan jadwal meeting nya. Hanya demi meminta jawaban dari ke lima belas pelayan serta pekerja yang sudah di kurung semalam.
Calvin masuk ke ruangan itu di lengkapi dengan beberapa bodyguard yang juga terlihat garang.
Semua orang langsung berkumpul. Meskipun tubuh mereka lemas karena tidak di berikan makan dan minum sejak semalam. Mereka tetap berusaha untuk ikut dalam barisan.
Sebuah kursi tersedia di depan mereka. Calvin duduk dengan kaki di lipat penuh dengan keangkuhan.
Kini lelaki menatap garang pada semua orang, Calvin sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan. Lalu tanpa bersimpati berucap dengan tegas " aku tidak memiliki banyak waktu. Jadi sebaiknya kalian jangan bertele-tele" suaranya terdengar malas dan menghina. Seakan nyawa pelayan dan pekerja ini hanya sebuah candaan baginya.
Tidak ada rasa bersalah atau perhatian, melihat beberapa pelayan tua yang terlihat kesusahan berdiri dengan membungkuk.
Tak ada satu jawaban pun yang keluar dari mulut Ara pelayan itu. Semuanya menunduk dengan beberapa terlihat meremas kedua tangannya. Mereka cemas dan khawatir, berdoa agar seseorang mau membuka mulut. Agar mereka terselamatkan.
Kesabaran Calvin semakin menipis, merasa pertanyaan sama sekali tidak berarti karena tak ada jawaban. Dia tentu saja tidak terima. Lewat ekor matanya dia memberikan kode pada bodyguard.
Situasi semakin mencekam, saat salah satu bodyguard mengambil balok kayu dari pojok ruangan.
" ap.. Apa yang.. " lirih salah seorang pelayan yang melihat bodyguard itu semakin dekat.
" pukuli mereka sampai mengaku" perintah Calvin menggelegar, serasa sebuah putusan hakim yang tidak bisa di ganggu gugat.
Para pelayan itu menggeleng cepat, mereka bahkan mulai mundur demi menghindari pukulan. " tidak.. Tuan.. jangan lakukan ini pada kami.." suara itu begitu mengiba dan penuh pengharapan.
Tetapi bukan rasa simpati yang terlihat, Calvin malah menarik sudut bibirnya karena merasa menang.
Para pelayan itu segera berlarian tak kala bodyguard lainnya berhasil mengunci pergerakan di antara mereka.
" tidakk! Lepaskan akuuu!" salah seorang berhasil di tertangkap.
Tak berselang lama, semakin banyak yang tertangkap. Kini mereka bersimpuh dengan barisan memanjang.
" hiks hiks tuan.. Maafkan kami... Kami mohon jangan lakukan hal ini kepada kami..hiks.." pelayan wanita bergetar ketakutan. Karena tepat di belakang mereka bodyguard yang membawa kayu itu berdiri tegak.
" iya tuan.. Kami benar -benar tidak tau dimana nona Annika berada . " sautan dari yang lain.
Calvin sama sekali berlagak tidak dengar. Bukan jawaban seperti ini yang dia inginkan.
Alhasil dengan penuh kekesalan Calvin memberikan putusan " pukul mereka!"
Brugh
" akkkk"
teriakan pertama dari pelayan dan sangat menyayat hati.
Bodyguard berpindah ke pelayan samping nya
Bugh
" akk"
Satu persatu semua pelayan merasa rasa sakit dari balok kayu tersebut. Sedangkan Calvin melihat dengan penuh rasa puas.
semangat kak💪