NovelToon NovelToon
Kau Selingkuhi Aku, Ku Ambil Bapakmu!

Kau Selingkuhi Aku, Ku Ambil Bapakmu!

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Balas Dendam / Selingkuh / Wanita Karir / Sugar daddy / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:31.7k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Diselingkuhi sedih? Sudah tidak jaman! Angkat kepalamu, gadis, mari kita balas dendam.

Betari diselingkuhi oleh kekasih yang dia pacari selama tiga tahun. Alih-alih menangis, dia merencanakan balas dendam. Mantan pacarnya punya ayah duda yang usianya masih cukup muda. Tampan, mapan, dan kelihatannya lebih bertanggungjawab. Jadi, Betari pikir, kalau dia tidak dapat anaknya, dia akan coba merebut ayahnya.

Namun ditengah misi balas dendamnya, Betari justru dikejutkan oleh semesta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadi Nikah Karena Kutukan

Pernikahan yang harusnya digelar untuk sepasang mempelai, mendadak berubah karena ada sepasang mempelai lain yang menyusul dadakan. Mereka adalah Melvis dan Betari.

Semalam, sekumpulan warga yang kebetulan melintas menemukan mereka dalam posisi yang ambigu. Kendati sudah menjelaskan kronologi yang sebenarnya, dan warga tampaknya percaya, kepala desa tetap memutuskan bahwa mereka harus dinikahkan secara adat. Katanya untuk menghindari kutukan. Untuk menjauhkan desa mereka dari bala bencana karena tindakan tidak senonoh yang dilakukan oleh sepasang manusia bukan muhrim di desa orang.

Betari jelas menolak. Apa-apaan dirinya dipaksa menikah tanpa persetujuan darinya, terlebih dengan Melvis. Melvis?! Ayah dari mantan kekasihnya?! Meskipun berencana untuk balas dendam, Betari tidak pernah berpikir sejauh ini untuk sampai menikahi Melvis dan menjadi ibu tiri untuk Nando. Tidak begini cara mainnya!

Kendati begitu, mau seberapa keras pun Betari menolak, dia tetap tidak bisa membatalkan keputusan sang kepala desa. Bi Imah juga tidak bisa banyak membantu. Wanita paruh baya itu hanya bisa menenangkannya dengan mengatakan bahwa pernikahan ini hanya dilakukan secara adat. Katanya, Betari bisa membatalkannya kalau sudah pergi dari desa ini dan kembali ke kota.

Akan tetapi, mau secara adat atau tidak, ini tetaplah pernikahan! Bagaimana bisa Betari membiarkan dirinya menikah, lalu membatalkannya sesuka hati? Memangnya dia sesampah itu untuk mempermainkan sebuah pernikahan?!

Serangkaian upacara selesai digelar disaksikan seluruh warga desa. Sepasang mempelai utama tampak berseri setelah resmi menikah. Sementara mempelai dadakan yang terpaksa menikah tampak murung dan merutuki diri.

Betari di tempat duduknya mengepalkan tangan erat-erat, masih merasa kesal. Rasanya tidak adil. Di saat di kota sana, orang-orang bisa melakukan seks bebas tanpa konsekuensi untuk dipaksa menikah, kenapa dirinya yang tidak melakukan apa-apa ini justru harus dinikahkan? Ini membuatnya malu. Seperti sedang ditelanjangi oleh belasan pasang mata padahal dirinya tidak bersalah.

“Non....” genggaman tangan Bi Imah yang hangat bahkan tidak sanggup membuat hati Betari menjadi tenang. Ketika matanya bertemu dengan milik wanita itu, dia justru semakin merasa marah.

“Saya nggak berzina, Bi. Saya udah jelasin itu cuma kecelakaan,” bisiknya dengan bibir nyaris terkatup rapat.

“Iya, Bibi tahu, Bibi percaya. Sudah ya, besok pagi langsung pulang ke Jakarta, ya. Semuanya akan baik-baik aja setelah kalian kembali ke sana. Bibi minta maaf, karena Non menghadiri undangan bibi, Non mengalami hal seperti ini."

"Bibi nggak salah. Mungkin udah takdirnya saya begini." Begitu kata Betari sebagai kalimat penenang untuk Bi Imah.

Namun,

Betari mengentakkan kakinya pelan, tantrum sendiri. Dia melirik ke samping dan semakin merasa kesal karena Melvis tampak tidak menunjuk reaksi apa pun. Kenapa lelaki itu bisa terlihat tenang-tenang saja di saat seperti ini?

“Pak Melvis!” tegurnya.

Melvis menoleh. Sorot matanya yang redup seketika membuat amarah Betari perlahan memudar.

“Saya minta maaf, ya,” ucapnya penuh sesal. Kalau sudah begitu, Betari mana bisa lanjut marah? Kalau dipikir-pikir, ini juga bukan salah Melvis. Ini semua salah si kepala desa dengan pemikiran primitif itu!

Betari mengalihkan pandangannya ke depan, menusuk jauh pada sosok kepala desa yang duduk menjadi pusat perhatian. Lelaki tua dengan jenggot panjang hampir memutih itu benar-benar membuatnya naik darah.

“Awas aja, kalau dapat kesempatan, walaupun cuma dalam mimpi, aku bakal cekik lehermu sampai kehabisan napas!” rutuknya. Betari tidak peduli ada yang mendengar atau tidak. Dia sudah betulan merasa kesal.

Menyadari situasinya tidak akan baik jika dibiarkan lama-lama, Bi Imah cepat-cepat mengambil inisiatif. Betari dan Melvis digiring pergi meninggalkan pendopo.

Namun, sebelum langkah mereka sempurna terayun pergi, suara sang kepala desa datang menginterupsi. Katanya, “Kalian sudah terikat pernikahan, jadi sekarang kalian sudah satu. Tidak ada jalan untuk memutus pernikahan itu. Kalau mau hidup kalian selamat, segera daftarkan pernikahan kalian supaya sekalian tercatat juga di negara.” Kepalanya berputar, memandang Betari dan Melvis secara bergantian. “Kalau kalian berpikir bisa memutuskan tali pernikahan hanya dengan kembali ke kota, kalian salah besar. Tidak ada gunanya untuk kabur, terima saja takdir kalian.”

Betari bukan orang cengeng. Saat Papa dan Mama meninggal pun dia hanya menangis sedikit dan segera bangkit. Tetapi hari ini, untuk pertama kalinya, dia rasanya benar-benar ingin menangis meraung-raung.

Kenapa hidupnya jadi sekacau ini?!

...****...

Perjalanan mereka kembali ke Jakarta diselimuti atmosfer yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Betari diam di sepanjang perjalanan, sementara Melvis juga tidak berani mengajak ngobrol karena aura senggol bacoknya terlalu kuat terasa.

Sampai roda-roda mobil berhenti di depan gerbang rumahnya pun, Betari masih tidak mengatakan apa-apa. Gadis itu bergerak lemah membuka pintu mobil, menunggu Melvis membukakan bagasi dan menurunkan kopernya, lalu meraih gagang kopernya dan menariknya dengan lunglai. Separuh nyawanya bagai diseret pergi. Menyisakan raga setengah kosong yang tidak lagi menyisakan energi.

“Mbak Betari.” Setelah sekian dekade, Melvis baru berani bersuara. Kondisi Betari mengkhawatirkan. Dia tidak yakin bisa meninggalkan gadis itu sendirian.

“Omongan Pak Kades itu ... sebaiknya nggak usah terlalu dipikirkan. Kita kan hidup di dunia modern, agak nggak logis juga kan kalau kita percaya dengan hal-hal mistis semacam itu?” tuturnya panjang lebar.

Betari masih tidak menyahut. Dirinya tampak begitu linglung.

“Mbak—“

“Masuk dulu aja,” potong Betari.

Melvis kebingungan, dahinya berkerut. “Masuk? Masuk ke mana?” tanyanya.

“Ke rumah saya. Kita bicara di dalam,” ucap Betari.

Tanpa menunggu diiyakan, dia melangkah lebih dulu menyeret langkah dan kopernya dengan bahu jatuh terkulai.

Melvis tidak punya pilihan selain mengekor. Dia tutup kembali bagasi mobilnya dan bergegas menyusul Betari.

Mereka berhenti di ruang tamu. Betari melemparkan tubuhnya ke sofa panjang dengan posisi telungkup. Satu tangannya terjuntai menyentuh lantai, kedua kakinya tersampir di sandaran tangan sofa. Sementara Melvis, lelaki itu duduk di single sofa sebelah kiri. Diperhatikannya saja Betari yang tak bergerak. Hanya terlihat napasnya yang berhembus teratur.

“Pak Melvis,”

“Ya?” Melvis menyahut cepat.

Betari mulai tampak bergerak perlahan. Seperti kupu-kupu yang berusaha keluar dari kepompong yang membalut tubuhnya yang semula adalah ulat. Gadis itu perlahan duduk. Raut wajahnya berantakan, sorot matanya tidak fokus, napasnya mulai tidak beraturan.

“Saya bukannya percaya sama takhayul dan hal-hal mistis semacam kutukan atau apalah itu,” ujarnya. Tatapannya jatuh pada taplak renda-renda putih tulang yang membungkus meja kaca panjang di ruang tamunya. “Tapi ini kan pernikahan. Saya percaya pernikahan itu bukan hal main-main yang bisa digelar lalu dibatalkan begitu aja, walaupun hanya digelar secara adat dan nggak tercacat di negara. Saya ... Saya nggak mau mempermainkan pernikahan, Pak Melvis.”

Keputusasaan terdengar jelas dari suara Betari. Membuat Melvis semakin merasa bersalah.

Andai saja dia tidak kekeuh untuk ikut ke desa itu... Ah, tidak, tidak. Kalau Melvis tidak ikut, tidak ada jaminan bahwa Betari tetap tidak akan dipaksa untuk menikah. Bagaimana jika kejadian Betari jatuh tetap terjadi, dan yang ada bersamanya saat itu bukanlah dirinya? Bagaimana jika Betari malah dipaksa menikah dengan orang lain, yang lebih parahnya adalah orang dari desa itu? Jika begitu, bukankah akan lebih buruk? Betari bisa tertahan selamanya di desa terpencil itu. Menderita, sendirian, kesepian.

“Kalau begitu....” Melvis menjeda, berpikir sekali lagi. “Mbak Betari setuju untuk daftarkan pernikahan kita secara resmi agar tercatat di negara?”

.

.

.

Bersambung.

1
FT. Zira
karya luar biasa...ada pembelajaran yang bisa di ambil dari karya ini.
Betari yang bisa menguasai dirinya sendiri.
Om Durenku-Melvis yang bijak dalam menghadapi masalah dan bersikap adil meski itu ke anak sendiri..
dan perubahan positif Nando Andara...

aku menantikan karya luar biasamu yang lain kak.. semamgat berkarya😘😘🥰🥰❤️❤️❤️❤️
FT. Zira
misteri lagi dong kak Ze/Whimper//Whimper//Whimper/
FT. Zira
yaahhh.. kok udahannn sih kakkkk
FT. Zira
ya ampunn.. ngomongnyaa🤭🤭
FT. Zira
gak bisa komen.. repisi katanya/Grimace//Grimace/
Teteh Lia
Terimakasih untuk cerita luar biasa na, Kaka... 🙏❤️.

di tunggu cerita2 lain na...
Teteh Lia
Kasihan juga sama Andara. tapi dia juga yang memulai semuanya.
nowitsrain
Misteriiiiiiiiiiii
Zenun: masak dulu ya
nowitsrain: Yaudah dimatengin aja dulu. Kusiap menunggu
total 3 replies
nowitsrain
Mantap Djiwa 🤘🤘 akulah si fans number one yang akan selalu muncul ituh
Zenun: hehehe
nowitsrain: Membara membahana syalala
total 3 replies
nowitsrain
Om kamu itu cil, bocil, sadar cil
nowitsrain: Naren mah anomali
Zenun: kaya Naren ya
total 4 replies
nowitsrain
Apalah Mak bapaknya ini. Tapi semoga sama suami baru hidupmu bahagia ya, An.
Zenun: Biar gak anu
total 1 replies
nowitsrain
Puas-puasin dah nangisnya. Abis itu bangkit, tegakkan kepala! Masih banyak yang mau terima kamu sebagai kamu. Jangan diulangi lagi kesalahan yang sama 😡
nowitsrain: Yash. Kuncinya adalah menerima diri sendiri dulu
Zenun: Iya betul. Yang nggak sampai mengorbankan harga diri
total 2 replies
nowitsrain
Halo Iyo, ikut Aunty yuk, nanti Aunty jajanin seblak level 25.
Zenun: /Determined/
nowitsrain: Lesgoooo
total 3 replies
nowitsrain
Kan pabriknya sama, ya wajar kalau mirip
nowitsrain: Oiya bener.
Zenun: Pabriknya beda, tapi bahan bakunya sama😄
total 2 replies
nowitsrain
Udah dibuang Be sampahnya
nowitsrain: Oooo ya ya
Zenun: itu yang sampai dikumpulin terus dibakar, bekasnya jadi gundukan abu gitu kak, terus dipakai bakar berkali-kali, namanya tabunan
total 4 replies
Sunaryati
Terimakasih Happy ending, Thoor. Kutunggu karyamu selanjutnya
Zenun: Iya kakak
total 1 replies
RR🫶🏻🌊
Sukses dengan karya barunya nanti dek ❤️
Zenun: iya kakak😍
total 1 replies
RR🫶🏻🌊
Astaga
RR🫶🏻🌊
Aku kira orang tua Andara ngotot mau ambil anak mereka tp trnyta nggak ya
Zenun: Nggak kak, karena anak hasil malu mungkin, jadinya dikasih ya terima nggak dikasih ya gapapa.
total 1 replies
RR🫶🏻🌊
Gak bisa komen di part nya 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!